1🌻

68 8 0
                                    

Ciluk Baa
Happy reading...

Alaska dan Chandra hanyalah saudara yang saling melengkapi. Serta kehadiran Yesha, adik perempuan mereka yang merampungkan kebahagiaan. Chandra, sang kakak mencoba untuk selalu melindungi adik-adiknya. Walau ia tak tau selama apa mereka akan terus bersama. Tapi selagi ia mampu apapun akan ia lakukan. Begitu pula Alaska, adik yang mencoba untuk terus ada bersama saudaranya. Saling menyayangi, berbagi kasih dan saling melengkapi. Itulah definisi saudara.

Duka dan suka selalu mereka lalui bersama. Tak akan ada yang memisahkan mereka jika bukan takdir yang menentukan.

Namun apa jadinya jika salah satu dari mereka kehilangan sinar kehidupannya. Anak kedua dalam keluarga itu harus menerima kenyataan bahwa dirinya tak lagi sama dengan yang lainnya. Vonis yang menyakitkan hati maupun fisik yang menerima setiap pedihnya. Apakah saudara kembarnya akan ikut merasakan? Tentu saja.

Alaska seakan kehilangan dunia nya saat dokter berkata bahwa ia pengidap penyakit berbahaya. Kanker otak, siapa yang tak takut mendengar apalagi mengalaminya. Chandra, ia sama terpukulnya mendengar kenyataan yang bahkan tak terbayang kan oleh mereka. Yesha, ia seakan tak mempercayai ini terjadi. Apalagi kedua orangtuanya. Tak menyangka bahwa anak yang yang selalu terlihat ceria, harus menerima kenyataan pahit yang ada.

Bisa dibilang Alaska mulai pasrah menjalani hari-harinya. Rasa sakit yang seakan tak lelah untuk datang. Denyutan yang terus menghujam kepalanya setiap saat. Disaat ia mulai lelah, maka Chandra akan datang. Memberi sandaran untuk ia bertopang. Menjadi pendengar setiap rasa sakit yang adik nya utarakan. Selalu mencoba untuk menyemangati walaupun dirinya tak sekuat yang terlihat.

"Kak, kepala gue sakit banget." Itulah salah satu kalimat yang terus terucap dari mulut Alaska. Maka saat itu pula Chandra dengan sigap mendampingi sang adik.

"Dek, Lo tenang ya. Gue selalu disini nemenin Lo. Mana yang sakit." ujar Chandra sembari mengusap kepala Alaska lembut.

"Kak Aska cepet sembuh ya, biar kita bisa terus sama-sama lagi." ujar Yesha.

Memang sejak Alaska divonis mengidap kanker, ia tidak mengikuti pembelajaran sekolah maupun kegiatan lainnya seperti kedua saudaranya. Takut jika si bungsu kembar lelah dan berakhir sakit seperti sekarang. Walau pada kenyataannya ia akan terus merasa sakit meski tak melakukan apapun.

"Kakak minum obatnya ya, biar sakitnya berkurang." Dan dengan anggukan lemahnya, Chandra dan Yesha mulai membantu Alaska untuk menenggak obat yang sudah tak terhitung banyaknya. Setelahnya ia kembali membaringkan Alaska dan berusaha membuat sang kakak terlelap. Mereka tak tega jika harus melihat saudaranya yang terus merintih sakit.

"Tidur yang nyenyak dek, jangan sakit. Gue gak tega liat Lo begini." Sebuah kecupan pada kening sebagai penghantar tidur yang Chandra berikan.

🌻

Sekarang Chandra sedang bersiap untuk berangkat sekolah. Ia segera turun setelah mengambil tas dan menyampirkan di bahunya. Terlihat sang bunda tengah menyiapkan sarapan serta ayahnya yang sedang menikmati kopi di meja makan. Juga Alaska dan Yesha yang sudah duduk dengan tenang tersenyum menyambut kehadirannya.

"Pagi bunda, ayah, adek." sapa Chandra

"Pagi sayang."

"Kak, sini duduk," panggil Alaska seraya menunjuk kursi disebelahnya.

" Lo ganteng banget sih, kak. Gue juga pengen sekolah lagi. Udah lama banget kita gak berangkat bareng." ucap Alaska dengan raut sendunya. Chandra yang mendengar lantas tersenyum, mengusap tangan sang adik tak lupa mengelus surai lembutnya.

"Makanya kakak cepet sembuh, biar kita bisa sekolah sama-sama lagi." Yesha  yang menjawab. Ia juga sama rindunya. Ia merindukan saat-saat mereka terus bersama. Bersenda gurau dan melontarkan candaan satu sama lain.

Surat Terakhir Di Pertemuan Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang