4🌻

66 5 0
                                    

Hari ketiga di rawat di rumah sakit, kini keadaan Alaska sudah lebih baik. Ia sudah diperbolehkan pulang dan kini sedang mengomel panjang pada kedua saudaranya yang tak henti bertengkar dan saling menjahili.

"Kak Chan, balikin hp gue!!" teriak Yeji menggelegar. Semua berawal dari dirinya yang tersenyum-senyum sambil memandang layar ponsel. Lalu dengan jahil nya Chandra mengambil ponsel Yeji yang memperlihatkan roomchatnya dengan kontak yang tertera nama "💙". Seketika tawa Chandra terdengar saat membaca pesan keduanya.

"Hahahaha. Yeji, gue gak nyangka kalau Lo suka sama Iyan. Ini gue gak salah kan? Iyen adek nya Cakra kan? Wahahahha." Chandra tertawa semakin kencang bahkan sampai memegangi perutnya saking puas nya ia tertawa. Ayolah, ia sangat gemas melihat wajah memerah adik nya yang satu itu.

Sementara Yeji, ia sudah tak tau harus meletakkan wajahnya dimana. Kedua pipinya memerah, serta malu yang luar biasa. Alaska hanya menggeleng melihat tingkah keduanya. Ia pun sama gemasnya melihat Yeji yang terus berusaha merebut hp nya dari Chandra.

"Kak udah dong ngeledek nya, kasian Yeji udah mau nangis gitu. Balikin gih hp nya." suruh Alaska. Chandra sebenarnya agak tak terima, ia belum puas menjahili adiknya. Kapan lagi ia bisa menjahili Yeji sampai segitu nya. Tapi apa yang dikatakan Alaska tak boleh di tolak jika tidak ingin mendengar ceramah nya. Dengan wajah cemberut ia mengembalikan hp itu kepada sang pemilik.

"Lo juga dek. Udah tau kak Chan jahil, tapi malah senyum-senyum sendiri gak jelas gitu."

"Ya kan gue tadinya mau main sama Lo kak. Tapi dia ngechat gue nanyain tugas." terang Yeji.

"Nanyain tugas kok senyum-senyum." Hahhh, sudah dibilang Chandra belum puas menjahili Yeji. Wajah Yeji semakin tertekuk. Ia sudah sangat kesal pada Chandra yang terus menggodanya.

"Tadinya nanyain tugas. Terus dia ngajakin gue jalan." Suara Yeji menelan di akhir kalimatnya. Ia malu, sungguh malu. Bagaimana bisa ia ketahuan.

"Hahaha, yaudah pergi aja." Kini Alaska menyahuti sambil mengelus kepala adiknya.

"Nah iya. Lagian si Iyan kayak nya juga mau pdkt sama Lo. Si Cakra sering cerita kalau dia punya rasa sama Lo. Hihhh, gak elit banget sok-sok nanyain tugas. Padahal aslinya mau pendekatan." Chandra julid, Yeji kesal.

"Hahaha, biarin aja sih bang. Lagian biar Yeji ada yang jagain. Kasian juga gue lama-lama dia gak laku." Tak hanya Chandra, kini Alaska pun bertambah julidnya.

"Hehh, jangan sembarangan Lo kak. Gini-gini juga gue banyak yang suka. Emang kalian berdua tuh gak ada yang nerima." balas Yeji sarkas. Biar agak tidak sopan, toh mereka juga begitu.

"Gue udah punya satu ye. Cantik, baik, manis, ramah, gak galak. Pokonya jauh beda dari Lo deh." Chandra, Chandra. Tidak lihat adik mu sudah seperti harimau. Siap menerkam dan mencabik-cabik wajahmu.

"Yahh berarti tinggal gue dong yang masih jombs," Alaska berucap. "eh, tapi Lo kok gak pernah cerita ke kita kak?"

"Iya nih, kak Chan gak asik. Gue juga mau kenalan sama calon kakak ipar." Chandra tersenyum masam menanggapi penuturan adik-adik nya. Kakak ipar katanya, bahkan ia tak berpikir sampai kesana. Mereka masih ingin fokus belajar dan meraih cita-cita. Baru kemudian masalah itu.

"Males gue ngenalin sama Lo. Yang ada Lo iri lagi karna kalah cantik."

"Lo bilang gue jelek? Secara gak langsung Lo juga bilang bunda gak cantik dong. Emang muka cantik gue dari siapa kalau bukan dari bunda." Hahaha rasakan itu Chan. Bahkan mulut adikmu lebih licin untuk membalas kejulidan mu.

"Y-ya gak gitu juga Yeji. Adek yang paling kakak sayang."

"Cihh, jijik gue kak."

Alaska yang sedari tadi diam hanya tersenyum melihat perdebatan kakak dan adiknya. Mendengar cerita mereka, ia jadi merindukan sekolah. Hahh, seberapa banyak ia melewati masa-masa remaja nya. Seharusnya ia bisa berkumpul bersama teman-teman nya. Membuat tugas bersama, saling bercanda. Ia jadi teringat saat dulu bisa tertawa lepas bersama teman-teman sebelum penyakit itu menghampiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surat Terakhir Di Pertemuan Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang