Happy reading
.
.
.Dan sesuai janjinya, Chandra mengajak Alaska untuk pergi berkeliling. Saat ini mereka sedang berada didekat sungai sembari mengayuh sepeda. Cuaca sangat bersahabat untuk mereka, tidak terlalu terik tapi terlihat cerah. Angin yang berhembus lembut menjadikan suasana hari ini menghangat sehangat hati keduanya.
Mereka berhenti mengayuh, meletakkan sepeda masing-masing dan segera meneguk air yang sudah dibeli. Alaska tersenyum, menikmati setiap apa yang ia lihat. Sudah lama rasanya ia tak merasakan ini. Melihat hamparan air yang terlihat tenang, angin yang berhembus lembut menggoyangkan dedaunan, suara kicauan burung yang menyejukkan hati. Ah, rasanya ia ingin menghentikan waktu agar semua ini tak cepat berlalu.
"Indah,"
Satu kata terucap yang mewakilkan semua yang ia lihat. Chandra tersenyum, terlihat bahagia melihat sang adik yang nampak sangat antusias. Disaat Chandra melihat senyuman dan tawa lepas itu, ia jadi teringat akan masa kelam yang adiknya lalui. Saat senyuman di wajah yang indah itu hilang digantikan oleh tatapan sayu dan rona yang pucat, serta erangan yang tak ada hentinya. Ah, sudahlah. Ini bukan waktunya untuk mengingat kejadian yang tak seharusnya kembali diingat. Ini waktunya untuk mereka bahagia, menikmati keindahan selagi masih ada waktu. Karna tak ada yang tau kapan waktu akan berhenti selain Yang Maha Kuasa."Dek, tetap tersenyum ya."
Hanya itu yang Chandra inginkan, senyuman adiknya yang sangat damai. Yang menyejukkan hati orang yang melihat nya. Ia tak mau senyuman itu hilang. Chandra akan berusaha untuk tetap menjaganya.
"Kak, makasih Lo masih sabar ngehadapi gue yang udah banyak ngerepotin Lo. Lo gak pernah ngeluh soal itu, dan makasih udah selalu jaga gue. Gue gak tau gimana caranya buat balas apa yang udah kalian perlakukan buat gue. Bunda sama ayah, kadang gue kasian liat mereka berdua. Ayah yang udah mati-matian kerja buat pengobatan gue, bunda yang selalu siap siaga, dan elo sama Yeji yang selalu mau gue repotin. Gue ngerasa gak berguna banget, cuma bisa nyusahin. Gue-" kini air mata Alaska kembali jatuh bersama dengan kepalanya yang tertunduk. Ia sudah tak sanggup memendam apa yang dirasakannya. Hanya kata terima kasih yang dapat terucapkan tak lebih dari apa yang sudah mereka berikan untuk dirinya.
"Dek, dengerin gue, gak ada yang lo repotin. Kami semua sayang sama Lo, Aska. Kami gak tau gimana rasa sakit yang Lo rasain. Yang bisa kami lakukan cuma ngejaga Lo. Jangan pernah berpikiran begitu. Lo itu gak nyusahin, sama sekali enggak. Alaska itu istimewa, permata yang harus kami jaga. Bahkan kami sedih liat Lo kesakitan sementara kami gak tau harus ngelakuin apa. Semua ada ulur tarik nya, Ka. Cukup rasa sakit itu yang menyiksa, jangan tambah beban pikiran yang bakal bikin Lo makin sakit. Semua nya bahagia punya Lo, Alaska." Chandra pun tak jauh berbeda, air matanya mengalir membasahi kedua pipinya.
"Lo pengen liat kami bahagia?" Alaska mengangguk. "Tetap berjuang buat sembuh dan pertahankan senyuman Lo. Itu udah lebih dari cukup buat balas semuanya."
Dan kini mereka saling berpelukan, menyambungkan naluri satu sama lain. Apa yang dirasakan seorang saudara akan dirasakan oleh saudaranya bukan? Mereka berusaha menguatkan. Menjadi sandaran untuk tatap bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terakhir Di Pertemuan Pertama
FanfictionBagaimana rasanya kehidupan setelah dijatuhkan vonis yang membawa kesedihan. Maka itulah yang dirasakan oleh seorang pemuda yang sudah tak sanggup memikul beban. Lalu ia datang menghampiri, seorang gadis yang membawa banyak perubahan. Akan kah ia...