3🌻

51 5 0
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
.
.
.

Keadaan kamar rawat Alaska kini dilanda keheningan. Jidan dan Irene yang pulang untuk mengambil keperluan Alaska setelah menangani soal administrasi. Yeji, sedang pergi ke kantin untuk membeli makanan. Chandra, tengah duduk disamping brankar Alaska. Menggenggam tangan sang adik, mengusapnya perlahan berharap dapat mengurangi sakit nya.

Alaska masih setia memejamkan matanya, bibir yang tadi terlihat merah muda kini berubah pucat dan mengering. Chandra membelai rambut Alaska yang sudah terlihat sedikit memanjang. Di usapnya keringat di dahi Alaska, sepertinya ia memang sangat kesakitan sampai-sampai berkeringat banyak begini.

Perlahan mata sayu itu mulai terbuka, lenguhan kecil yang menyadarkan Chandra dari lamunannya. Ia tersenyum melihat sang adik yang sudah siuman. Kekhawatiran nya sejak tadi sudah sedikit berkurang walaupun ia tak mampu mengusir semuanya.

Alaska mengernyitkan kening, menetralkan sinar yang ingin menyerbu masuk ke matanya. Terbuka, tertutup dan setelahnya ia kembali membuka matanya. Terus berlanjut hingga penglihatannya mulai jelas. Ia melihat Chandra yang tersenyum kearahnya, tapi ia tak mampu untuk membalas. Tubuhnya benar-benar lemas serta gejolak aneh diperut membuatnya memejamkan mata dalam. Chandra tentu panik melihatnya.

"Dek kenapa? Apa yang sakit?" Sebegitu paniknya ia. Alaska menggeleng lemah menanggapi pertanyaan Chandra.

"Mual, kak" sahutnya pelan nyaris seperti gumaman. Chandra segera mengambil emesi basin dan membantu menyangga tubuh Alaska. Lagi-lagi Alaska hanya menggeleng.

"Cuma mual, gak pengen muntah."

"Yaudah sekarang istirahat lagi." Chandra membantu Alaska mencari posisinya agar nyaman.

"Bunda sama ayah mana kak?" tanya nya saat menyadari kedua orangtuanya tak ada di ruang rawat itu.

"Bunda sama ayah pulang bentar buat ambil keperluan Lo. Yeji lagi ke kantin, katanya mau beli makanan."

Bersamaan dengan suara pintu terbuka, terlihat Yeji yang membawa beberapa kantong plastik. Seperti nya berisi pesanan Chandra dan beberapa snack. Saat melihat Alaska yang sudah membuka matanya, lantas Yeji langsung memekik tertahan. Berhamburan memeluk Alaska dan membiarkan kantong plastik yang ia bawa tergeletak mengenaskan.

"Kak Askaaa!!" Alaska hanya tersenyum, gemas melihat tingkah sang adik tapi ia tak punya tenaga lebih sekedar untuk mencubit pipi lucu itu.

"Kak Aska lama banget bangunnya, Yeji sedih liat kakak kesakitan tadi." rengek nya. Memang seperti itu, ia akan berubah sangat manja jika bersama Alaska. Tapi jangan tanyakan jika ia bersama Chandra, tak akan ada kedamaian.

Sedangkan Chandra, ia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua adiknya. Berjalan menuju plastik yang dibawa Yeji dan mulai memakan pesanannya tadi.

"Kakak udah makan?" tanya Yeji. Alaska hanya menggeleng.

" Ihhh kok belum makan. Yeji suapin ya,"

"Belum mau makan. Kamu makan duluan aja sama kak Chan." balas Alaska dengan suaranya yang serak.

Surat Terakhir Di Pertemuan Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang