Childhood Sweethearts

775 40 41
                                    

Yin sedang mengemasi pakaiannya yang berada di lemari kamarnya. Ketika ia meraih kardus diatas lemari, pria bersurai cerah seperti buah pir itu mengangkat alisnya. Di dalam kardus tersebut ada barang-barang seperti sabuk hitam bela diri, piala juara memenangkan bela diri dan buku-buku masa sekolahnya. Tidak hanya itu, ia menemukan pigura foto bergambar dirinya bersama gadis dengan gadis berkucir dua bola di kepalanya.

Tanpa sadar seulas senyuman terukir di bibirnya ketika menemukan album foto berisi kenangannya dengan gadis itu. Ada foto mereka masih kecil, tumbuh menjadi bocah dengan luka-luka beset dan gigi ompong sambil memegang sepeda, lalu remaja yang enerjik. Seluruh album fotonya tidak ada foto Yin sedang sendirian, pasti selalu ada gadis bersurai cokelat berdiri disampingnya. Nama gadis itu, Tang Wanwan, gadis yang selama ini mengisi kehidupannya.

"Ini foto udah berapa lama ya?" kekeh Yin geli memandang foto-foto di dalam albumnya. Niatnya membenahi barang-barangnya jadi tertunda ketika menemukan harta karun di kamarnya.

"Jadi rindu masa-masa sekolah." gumamnya mengingat masa-masa ia masih muda.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Semua itu bermula saat ibundanya telah tiada dan ayahnya menjadi orangtua tunggal yang merawat Yin. Yin yang masih berusia enam tahun harus menerima kekurangan ayahnya yang sibuk bekerja sehingga tidak bisa berperan sebagai seorang ibu dirumah. Hubungan mereka tidak lebih sebagai seorang ayah dan anak, menanyakan kabar sambil sarapan dan bertukar sapa melalui handphone.

"Maafkan ayah, Yin-er. Lagi-lagi ayah menghancurkan janji kita."

Yin menikmati tangan ayahnya yang seringkali mengusap kepalanya ketika meminta maaf. Rencananya mereka akan menghabiskan akhir minggu bersama dengan menonton film, tetapi Jing Feiying yang merupakan ayahnya mendapatkan panggilan di tempat kerjanya.

Dengan boneka panda kungfu di pelukannya, ia mengangguk tidak masalah sambil memandang pria tinggi di hadapannya.

"Tidak apa-apa, ayah. Kalau ayah pulang kita bisa menonton bersama." balas Yin sambil memegang ujung pakaian formal ayahnya. "Aku juga bisa memasak kalau kelaparan."

Sang ayah tersenyum mendengar penuturan anaknya, dia merasa bangga sekaligus bersalah pada Yin. Sebab, dia tidak bisa menjadi orangtua yang baik untuk putranya sendiri.

"Anakku memang hebat." pujinya yang membuat Yin merasa senang. Beliau segera masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya.

Begitu mobil telah melaju pergi dari pekarangan rumahnya, Yin melambai pelan sampai mobil ayahnya menghilang dari pandangannya. Pria kecil itu berniat masuk ke dalam rumah ketika melihat seorang wanita sedang kesulitan mengambil barang belanjaannya.

Yin tidak bisa diam saja melihat bibi itu kesulitan, ia masuk ke dalam rumah demi mengambil tas jinjing kemudian keluar menghampiri bibi tersebut.

"Tidak apa-apa. Aku bisa sendiri--" Bibi tersebut berhenti berbicara ketika melihat penolongnya merupakan tetangga yang tinggal di seberang rumahnya. "Oh, nak. Padahal kamu tidak perlu membantuku."

Oneshots [MLBB Spin-Off]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang