Chapter II: Malam Pertama

2.7K 214 0
                                    

Content warning: NSFW, explicit language, first time

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Content warning: NSFW, explicit language, first time. Please skip if this makes you uncomfortable.

Bercinta itu ternyata sakit juga ya? Aku pikir bakal enak-enak aja. Nyatanya nggak begitu. Selama pacaran, aku sama Dewangga gak pernah bercumbu lebih dari sekadar pelukan dan ciuman ringan. 

Kami terlalu malu, dan memang sama-sama saling memberikan batasan. Meski kadang adek kecil di bawah suka ikut bangun, tapi biasanya kami berhenti saat suasana sudah mulai terlalu panas.

Gak ada satupun teman, atau kerabat yang ngasih tahu aku soal tutorial bercinta yang enak dan laziz

Aku sama Dewa berjuang buat bisa merasakan kenikmatan bercinta, hampir satu bulan lamanya. 

Sama-sama gak punya pengalaman, kami kayak pasangan kikuk yang dipenuhi hawa nafsu, tapi gak bisa ngapa-ngapain.

Malam pertama terjadi tiga hari setelah menikah. Saat itu aku sama Dewangga lagi honeymoon di Bali. Kami dapat hadiah menginap dari Om Bram, di Hotel Alaya Resort di Ubud, selama empat hari tiga malam. 

Kamarnya bernuansa alam, kayak cottage gitu. Di halaman belakang, ada sungai yang mengalir di antara pepohonan, tapi agak sedikit seram kalau malam.

Saat tiba di hotel, kami berdua yang sama-sama ngantuk memilih untuk tidur siang dulu, karena sebelumnya ikut flight pagi. Aku baru bangun dua jam kemudian, saat mendengar suara air keran dari kamar mandi.

Seperti pengantin baru pada umumnya, aku mau dong mesra-mesraan sama suamiku. Pengen dibelai, dicumbu, yang kata orang enak, mantap, asoy geboy, eplok cendol rasanya. Jadilah aku memberanikan diri masuk ke kamar mandi, yang ternyata gak dikunci.

"Sayang..." Aku sudah melucuti semua baju yang aku pakai. 

Jadi aku masuk ke kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat. Dewa seperti biasa, cuma bisa gagap waktu aku masuk ke kamar mandi, dan meluk dia dari belakang.

"Ka..kamu udah bangun?"

"Mmm..."

Jujur saja, aku pun deg-degan setengah mati. Aku takut Dewangga menolak, karena well... ini masih siang. Tapi aku pede saja, toh sudah resmi menikah. Bisa dong aku menggoda jejaka ganteng yang lagi mandi ini.

"Yang, mau cium.."

Dewangga tidak banyak bicara, cuma membalikkan badannya yang atletis, dengan otot-otot yang berada pas di tempatnya masing-masing, lalu mencium bibirku dalam-dalam. 

Ciuman kali ini terasa berbeda dari ciuman diam-diam, yang sering kami lakukan kalau apel ke rumah masing-masing. 

Rasanya seperti kami akhirnya bisa melakukan apapun, untuk bisa saling membahagiakan satu sama lain.

Telapak tangan Dewangga yang sedikit kasar membelai tubuhku perlahan. Membangkitkan gairah yang mulai mengalir dalam nadi di tubuhku. 

Kami berciuman lama, di bawah guyuran air hangat dari shower. Rasanya? Seperti minum air hangat tawar, hehehe.

Menikah DenganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang