Cerita rumah tangga kami memang tidak se-spesial pasangan lain. Tak ada kemewahan yang luar biasa, atau keromantisan super manis yang bisa bikin kalian iri. Hanya cerita tentang kami berdua.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalian pernah nggak sih, menghadapi satu momen saat semuanya terjadi secara bersamaan? Sampai-sampai bikin linglung, karena terlalu banyak yang terjadi berbarengan atau jarak waktunya berdekatan.
Kami berdua pernah menghadapi 'that moment' yang cukup bikin aku lemas dan hampir menangis. Momen yang bikin keuangan aku dan dan Dewa sedikit terguncang.
Bukan karena judi, tenang. Dewa nggak bisa maen gapleh.
Tapi karena memang sedang banyak pengeluaran mendadak, yang bikin kami berdua sedikit kerepotan. Ehm, banyak sih sebenarnya.
Cerita dimulai saat Mami tiba-tiba telepon di hari Minggu sore, saat aku dan Dewa sedang asyik nonton Kotaro Lives Alone. Mami bicara cukup serius, jadi aku sedikit berdebar, takut kalau Papi sakit atau ada hal-hal genting yang bikin kami berdua harus ke Jakarta secepatnya.
Meski bukan hal genting, namun aku tetap sedikit gugup saat Mami bilang, kalau atap dapur di rumah jebol gara-gara kucing jatuh. Agak mengkhawatirkan, ini kucing makannya besi atau keturunan Thanos?
Anyway, Mami saat itu butuh bantuan uang, dan tentu kami berdua dengan senang hati memberikan pinjaman.
Mami ngotot menyebut nya 'pinjaman' karena beliau berniat mengembalikan uang kami. Padahal Dewa juga gak merasa keberatan kalau tidak dikembalikan.
"Pokoknya bulan depan, Papi mu dapat uang pensiunnya, Mami kembalikan."
"Gak apa-apa Mih, santai aja. Lagian kita juga belum perlu-perlu banget kok." Ujarku saat itu. Dewa cuma tersenyum sambil mengelus puncak kepalaku.
"Nanti tolong WA-kan nomor rekening Dewa, ya."
"Iya Mami, tenang aja sih."
"Jangan tenang-tenang gitu, Mami yang gak tenang minjem uang sama anaknya. Mana baru nikah."
"Hahahaha. Dih si Mamih kaku banget sih. Biasanya juga minjem uang Ega gak kenapa-kenapa."
"Kalau dulu kamu jomblo, Mami gak masalah. Sekarang kamu kan udah nikah. Mami gak enak dong sama suami kamu."
Ku berikan ponselku pada Dewa, agar bicara pada mertuanya yang super cerewet itu.
"Halo Mih, ini Dewa. Gak papa kok, bisa dikembalikan kapan aja. Gak usah buru-buru.
"Tuh ya, kebiasaan Ega nih. Pasti dikasih ke Dewa teleponnya."
Aku cuma bisa cekikikan waktu mendengar omelan Mami. Singkat cerita, Dewa mengirimkan uang sebesar 15 juta untuk dipakai Mami.
Kami melanjutkan tontonan Netflix sore itu, sambil menikmati pisang goreng dan secangkir teh melati. Rasanya santai, tenang, tapi kami tidak tahu kalau malam itu, ada badai yang mengintai.
Badai itu datang dalam bentuk Dewa mengalami demam pukul 1 dini hari. Ia merasa lemas, sakit kepala, dan demam yang tak hilang meski sudah minum parasetamol. Perutnya mual, dan tubuhnya menggigil.