strawberry men

228 46 3
                                    

Jungwon tengah berada di rumah Kakak kelasnya semasa Sekolah Menengah, Shin Yuna. Gadis berusia setahun lebih tua itu memiliki banyak stok pewarna rambut, jadi ia menawarkan Jungwon agar mau mewarnai rambutnya.

Dan disinilah Jungwon, menatap pantulan wajahnya pada cermin. Ia meringis melihat warna rambutnya yang terlihat nyentrik, warnanya merah menyala. Bukan karena kemauannya, itu kemauan Yuna.

"Kamu kurang suka sama warnanya, ya?" Melihat Yuna menatapnya sedih, Jungwon langsung menggeleng tidak setuju.

"Suka banget."

Jungwon melirik jam tangannya kemudian menepuk bahu Yuna pelan. "Udah tengah hari, Kak. Kakak harus bantuin Nyonya Shin di cafe, kan? Aku pulang dulu, semangat kerjanya!"

"Tapi rambut kamu masih basah?"

"Nanti kena angin juga kering."

Jungwon tidak membawa payung ataupun topi. Ia total bingung bagaimana cara untuk menutupi rambutnya di tengah teriknya matahari. Saat ia menapakkan kakinya keluar, sinar matahari membuat rambutnya dua kali lipat lebih terang.

"Gak bakal ada yang ngenalin aku, kan?"

Jungwon berjalan cepat menuju rumahnya. Ia menempuh perjalanan selama lima belas menit, seharusnya. Matanya memicing melihat anak perempuan berdiri dengan seorang pria tua di sebelahnya. Pria tua itu berkali-kali mengajak anak perempuan itu ikut bersamanya. Namun anak itu menolaknya dengan sopan. Jungwon dapat menyimpulkan, pria itu bukanlah ayahnya.

"Kamu harus ikut saya."

Melihatnya berusaha menggendong anak perempuan itu, Jungwon buru-buru berlari menghampiri kemudian menghalangi jalannya.

"Maaf.. anak saya mau dibawa kemana?"

"Dia anak kamu? Gak mungkin banget, kamu itu masih muda. Kamu penculik, ya? Saya ayahnya, jangan ngaku-ngaku kamu."

Jungwon melirik anak itu mulai ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, matanya terus menatap Jungwon mengharapkan pertolongan darinya.

"Dia anakku, bisa lepasin dia sekarang?"

Pria itu mendorong tubuh Jungwon hingga terjatuh kemudian berlari sekuat tenaga. Jungwon memastikan pria itu tak membawa anak tadi pergi. Syukurnya, anak perempuan itu masih berdiri di sebelahnya.

"Kakak gapapa? Ada yang luka?"

Jungwon berjongkok kemudian mengusap kepala anak itu, "gapapa, lain kali hati-hati. Orang tua kamu dimana? Kenapa kamu sendirian disini? Belum di jemput? Mau Kakak tungguin atau Kakak anter ke rumah kamu?"

"Sebentar lagi Ayah jemput. Biasanya Jihan ditemani sama Bunda Isa, Bunda Isa itu guru di sekolah Jihan. Tapi Bunda Isa pulang duluan tadi katanya mau ada keperluan."

"Mm.. namamu Jihan?"

Jihan mengangguk, matanya tak bisa berbohong pria dihadapannya ini sangat cantik. Rambutnya merah menyala membuat Jihan dua kali lipat lebih tertarik pada Jungwon. Menyadari Jihan terus menatap rambutnya, Jungwon jadi salah tingkah.

"Mm.. kenapa?"

"Rambut Kakak bagus banget. Aku juga mau diwarnai kayak Kakak. Tapi aku masih sekolah, kalau sudah besar aku minta Ayah warnai rambut aku kayak Kakak."

"Oh, ya? Kalau gitu kenapa gak warnai pas libur panjang aja? Kalau kita ketemu lagi nanti, aku mau bantu kamu warnai rambut kamu sedikit. Kalau sudah masuk sekolah pakai warna gelap lagi."

"Bolehkah?"

"Iya, sayang."

Jihan melambaikan tangannya, melihat Jihan melambaikan tangannya, Jungwon mengikuti arah pandangnya. Disana berdiri laki-laki dengan setelan kerjanya. Menawan sekali. Ia bisa melihat banyak brand mahal dari semua yang dipakai laki-laki itu. Mulai dari jam tangan hingga sepatunya.

Menyadari laki-laki itu menatap aneh pada rambutnya, Jungwon buru-buru menutup kepalanya dengan telapak tangan lalu berlari meninggalkan mereka.

"Orang aneh."

"Ayah.. tadi Kakak itu tolongin Jihan. Ada bapak-bapak yang Jihan gak kenal mau bawa Jihan tadi. Jihan mau di gendong, tapi buru-buru ditahan sama Kakak tadi."

Jay langsung memeluk sang anak erat kemudian menelisik setiap inci tubuhnya memastikan bahwa ia baik-baik saja."Don't worry Ayah.. aku punya dua superhero sekarang."

"Dua?"

"Papa dan strawberry men."

CHOICE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang