“Apa cita-cita kamu?” Seorang gadis bertanya pada sosok laki-laki disebelahnya.
“Pengen hidup bebas.”
Jawaban itu membuat sang gadis berdecak kesal, “Itu keinginan bukan cita-cita, Harsa.” Serunya.
Harsa terkekeh pelan. Setelahnya memusatkan perhatian pada objek dihadapannya. Matanya menerawang, mencoba mengingat sepenggal ingatan di masa lalu.
Flashback on.
“Bunda, bunda!”
Anak kecil dengan sepasang mata beriris cokelat itu berlari menghampiri sosok wanita muda yang sedang duduk di depan teras rumah. Di tangan mungilnya tergenggam sebuah pesawat kertas berukuran kecil.
Wanita dengan senyuman teduh terpatri di bibirnya itu menatap sang anak dengan penuh kasih, “Kenapa, sayang?”
“Bunda, kalau udah besal nanti, Alsa mau jadi pilot!” Serunya penuh kegembiraan.
“Kenapa Arsa mau jadi pilot?”
Bocah laki-laki tersebut tampak berpikir sejenak seraya menatap wajah sang Ibu, “Emm, kalena Alsa suka langit!”
“Alsa suka lihat langit, Bunda. Apalagi kalau ada senja yang indah. Kalau udah besal nanti, Alsa mau jadi pilot bial bisa telbang tinggi ke atas langit!” Jelasnya.
Wanita tersebut merekahkan senyuman, tangannya bergerak membelai pipi chubby sang buah hati. “Kalau Arsa mau jadi pilot, Arsa harus rajin belajar dulu supaya pintar. Tidak boleh malas.”
“Alsa akan lajin belajal, Bunda.”
“Mau janji sama bunda?”
Anak itu menatap mata sang ibu dengan wajah tidak mengerti, “Janji?”
“Iya. Arsa mau janji sama bunda? Janji kalau besar nanti Arsa sudah menjadi pilot, Arsa akan bawa bunda terbang tinggi ke atas langit agar bisa melihat awan dan senja yang indah. Bagaimana?”
Anak itu mengangguk antusias, “Alsa janji, Bunda!”
Jari kelingking antara anak dan ibu itu menyatu. Mengikat sebuah janji indah yang di dalamnya tersimpan sebuah harapan besar.
Namun, semua itu hanya boomerang semata. Seperti halnya bahwa manusia hanya bisa berencana, selebihnya ketentuan Tuhan, 'lah yang paling berkuasa. Hingga takdirnya memiliki tujuan lain dibalik harapan indah dan membahagiakan tersebut.
Hingga pada akhirnya, anak laki-laki itu mengerti akan satu hal seiring berjalannya waktu ketika usianya menginjak remaja. Satu hal tentang arti dari sebuah kehilangan.
“Bunda ingkar janji. Bunda bilang mau diajak Arsa terbang tinggi ke atas langit. Tapi, nyatanya, Bunda yang pergi terbang sendiri tanpa ajak Arsa.”
Flashback off.
Harsa tersadar dari ingatan berharga itu. Ia menoleh pada gadis disampingnya. Bibirnya tertarik membentuk senyuman manis.
“Cita-cita aku jadi supir terbang.” terangnya mengelus surai gadis tersebut.
...=*=...
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas (HIATUS)
Teen FictionSosok laki-laki penyuka senja itu menatap penuh minat pada semburat lembayung yang menyapa saat sang surya mulai pamit pada tugasnya. Ditangannya sebuah pesawat kecil yang terbuat dari kertas putih tergenggam erat bersama dalam sebuah harapan yang...