• | chap 3 : i can see u

2 0 0
                                    

- happy reading -
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Chloe buru-buru memalingkan wajahnya kearah lain, tangan kirinya terangkat menyentuh tengkuk lehernya sambil sesekali bersiul kecil.

"Lo ... lo bisa liat gue, kan?" Theo berseru sembari melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Chloe.

Chloe cuma diam sambil terus berjalan kembali ke arah rumahnya.

"Ayo Chloe, nggak usah dipeduliin nanti repot sendiri, sebentar lagi juga selesai, semangat diriku," gumam Chloe yang berusaha menyemangati dirinya sendiri.

"Jangan kacangin gue, kacang mahal, woi!"

"Woi!"

"Woi, cewek aneh!! Jawab kek." Chloe menghentikan langkah kakinya sembari melirik ke arah kiri dan kanan. Setelah merasa aman, Chloe kembali menatap Theo.

"Yeah, I can see you. So could you please just shut up for a moment, kepala gue pusing banget dengar bacotan lo!" bentak Chloe dengan telunjuknya yang mengarah tepat di dada Theo.

Theo yang baru yang pertama kali dibentak langsung diam menurut sambil membuat gaya seolah-olah ia sedang mengunci mulutnya.

Alis Chloe terangkat sebelah, ia tidak pernah menyangka kalau Theo sangat kekanak-kanakan. "You know what, I just realize you are weirder than me."

Seolah-olah ada panah yang menusuk Theo, ia terjatuh sambil menundukkan kepalanya dengan sangat dramatis.

Chloe menggelengkan kepalanya tidak peduli dan kembali jalan pulang ke arah rumahnya. Theo yang melihat Chloe pergi, buru-buru ia bangkit mengejarnya. "Heh! Cewek aneh, tungguin gue."

•••

Chloe menghela napas lelah sembari menjatuhkan dirinya di atas sofa. Ia stress dengan Theo yang sedari tidak berhenti ngebacot.

"Cewek aneh!" panggil Theo dengan nada riang serta wajah tanpa dosa miliknya.

"What?!"

"Lo itu arwah yang paling ngeselin diantara semua arwah yang gue temuin," ucap Chloe sembari mengganti posisinya yang tadi tengkurap menjadi duduk.

"Oh ya, berarti gue ini spesial dong," jawab Theo dengan bangga sambil ikut mendudukan dirinya di sisi kasur.

"Nggak ada hubungannya, bego."

"Lo sejak kapan bisa lihat arwah, gini?" Theo bertanya sembari berusaha mengambil bungkus snack di meja.

Chloe menatap tajam dirinya, Theo yang melihat itu langsung tersenyum nggak jelas, "Gue nggak begitu ingat, tapi keknya udah dari dulu deh. Tapi yang bikin gue bingung cuma satu. Gue dari dulu cuma bisa lihat arwah anak kecil, tapi kenapa sekarang gue bisa liat arwah orang dewasa."

"Orang dewasa?"

"Iya, contohnya elo."

"Kan berarti gue ini memang spesia—" Belum selesai Theo berbicara tangan Chloe sudah mendarat di kepala Theo.

"Ouch, kepala berharga gue!" pekik Theo tidak terima.

"Wow, gue bisa mukul kepalalo." Chloe terpukau matanya masih menatap tangannya.

"Gue boleh coba nampol lo lagi, nggak?"

"Nggak! Sakit woi!" Theo berteriak penuh dramatis sembari berlari menjauh dari Chloe.

"Kan lo udah mokad, ayo dong sekali lagi. Gue cuma mau memastikan sesuatu." Chloe langsung loncat dari sofanya penuh semangat, iya semangat untuk menampol Theo.

"Please, lo lebih ngeri dari setan." Theo berteriak ketakukan, karena pukulan Chloe itu memang sakitnya nggak main-main.

"Masa sih!" Chloe tersenyum sinis sembari menarik ujung baju Theo dan otomatis ia terjatuh.

"Hahhaa, gue beneran bisa nyentuh lo." Chloe tertawa layaknya psikopat.

"Anu, kenapa genrenya jadi horor, ya," ujar Theo ngawur sembari mengigit ujung kukunya.

Theo berdehem untuk menenangkan dirinya, padangannya kali ini lurus menatap Chloe serius. "Emang sebelumnya lo nggak bisa nyentuh arwah gitu?"

Chloe yang sedari tadi tertawa sampai terguling-guling langsung diam, ia menepuk-nepuk bajunya untuk membersihkan beberapa kotoran yang lengket.

"Belum, lo yang pertama kali. Dan kenapa lo bisa di sini? Ada sesuatu yang mengganjal, kah? Atau ada sesuatu yang belum tercapai dalam hidup lo?"

"Jujur saja, gue juga nggak tau. Awalnya kukira gue bakal ada di depan timbangan dosa, ternyata masih stuck di sini." Theo menghela napas lelah sembari menghempaskan dirinya di atas sofa, untung aja sofanya kuat.

"Sesuatu yang belum tercapai, kah? Keknya ada deh."

"Hemm, lalu apa sesuatu yang belum tercapai, itu?" Chloe kembali bertanya, soalnya dia kepo.

Theo mendogakkan kepalanya ke atas berusaha mengigat-ingat apa yang selama ini belum tercapai.

"Lagu ... gue belum sempat nyelesain lagu gue."

"Hah lagu? Buat kekasih lo? Dih bucin," hujat Chloe sambil memasang ekpresi mengejek.

"Bukan woi!"

"Oh bukan, ya. Jadi untuk siapa?" Theo tersenyum sambil terus mengelus dadanya dengan sangat sabar.

"Hemm, untuk ... siapa, ya? Itu juga yang pengen gue tau, tiap malam gue bergadang nulis lagu tapi kenapa gue nggak tau itu lagu untuk siapa." Chloe langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi bersiap untuk menampol kepala Theo, siapa tau bermasalah, pikirnya.

"Heh-heh, ampun!"

"Lo nggak jelas banget, deh." Chloe kembali menghujat Theo—sepertinya menghujat Theo sudah menjadi hobinya yang baru.

"Kenapa lo mau buat lagu, padahal lo aja nggak tau itu lagu buat siapa."

"Entahlah, gue juga nggak tau."

"Dih, nggak jelas lo. Btw, aneh banget daritadi kita bicara tapi nggak kenalan. Nama gue Chloe, nama lo siapa?" Chloe bertanya sambil mengulurkan tangannya ke arah Theo.

Theo tersentak saat melihat gelang yang ada di pergelangan tangan Chloe, gelang itu sangat mirip dengan miliknya. "Gue Theo, em lo dapat gelang itu darimana?"

"Gelang ini? Entahlah gue juga nggak ingat. Tapi gue ...."

"Lo kenapa?"

"Nggak apa-apa, lupain aja."

"Chloe, bantu gue nyelesain lagu gue, dong!"

"Dih, nggak!"

- to be continued -
• written by : me <3
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Piece Of SongWhere stories live. Discover now