9. Tawaran Rakhan

413 101 13
                                    

Sebelumnya aku mau kasih info dulu nih. Berlaku mulai minggu depan ya.

Jadwal update:

1. Mentari :  Kamis dan Sabtu

2. Rahasia Malia: Senin dan Jumat

Karena aku baru ngelapak di KaryaKarsa, bab 10&11 Mentari bisa dibaca lebih dulu di sana. Harga murmer hanya 2rb-an per bab, tapi kalau belum ada rezeki atau mau nunggu update berikutnya saja, it's okay. Senyamannya reader saja. Link di profil atau bio (IG).

 Link di profil atau bio (IG)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=====

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.15 malam ketika Mentari turun dari bus. Angin kencang yang menerpa dan menghantarkan hawa dingin membuat wanita itu memeluk dirinya sendiri. Ia melihat ke sekeliling. Toko-toko yang berderet di sepanjang jalan sudah tutup. Hanya segelintir kendaraan yang terlihat melintas di jalan dan hanya beberapa orang yang tampak masih berlalu lalang di sepanjang trotoar. Mentari lanjut berjalan ke arah komplek hunian mewah berkelas di mana rumah keluarga Mahawira berada. Sial baginya, hujan turun sebelum ia mencapai setengah perjalanan. Mentari merapat ke emper salah satu toko dan berteduh di sana. Tanpa Mentari sadari, dirinya sedang diamati dua orang pria yang berteduh tidak jauh darinya. Salah satu pria menghampiri Mentari.

"Mau ke mana malam-malam begini, Neng?" tanya pria berkumis yang mengenakan jaket denim lusuh dan berpostur tinggi kurus.

Mentari tercengang. Ia terkejut dengan kehadiran tiba-tiba pria itu. Hasil pindaian matanya memacu jantung Mentari berdetak kencang sesaat kemudian. Kalung rantai perak yang menghias leher si pria, tato wajah naga di lengan, dan tatapan mesumnya membuat Mentari bergidik ngeri. Ia berniat menghindar dengan beringsut menjauh, tetapi pria lainnya yang berpostur lebih berisi dan mengenakan jaket kulit datang mendekat. Ia berusaha mengintimidasi Mentari dengan tatapan laparnya.

"Kalian mau apa? Jangan macam-macam denganku!" Ancam Mentari.

"Hujan begini enaknya di-angetin, Neng." Pria bertubuh kurus melangkah lebih dekat pada Mentari hingga Mentari mundur dan punggungnya menyentuh dinding toko.

Nekad, Mentari mendorong si kurus sekuat tenaga hingga pria itu nyaris terjengkang. Mentari lalu berlari ke trotoar dan menyusurinya di bawah guyuran hujan. Teriakan minta tolong Mentari terbiaskan oleh suara hujan. Ditambah suasana yang kian sepi, Mentari semakin kesulitan mencari pertolongan. Sementara itu, kedua pria yang berusaha melecehkannya terus mengejar. Diserbu ketakutan dan kepanikan, Mentari turun ke jalan dan terus berlari hingga sebuah coupe hitam hampir menabraknya jika tak mengerem mendadak.

Mentari terengah-engah. Ia merasa berkeringat di bawah guyuran air hujan. Jantungnya berdetak sangat kencang menyadari ia bisa saja terlindas mobil itu jika si pengendara tidak segera menginjak rem. Ia syok dan berdiri selama beberapa saat di depan mobil tersebut. Tidak berapa lama, kepanikannya bertambah dua kali lipat saat si pengendara keluar dan membiarkan dirinya basah oleh hujan.

Mentari (tak) Ingkar JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang