keempat.

752 67 46
                                    

[!!] explicit mature scenes ahead.


Sekitar satu jam lebih kemudian, kedua sejoli itu keluar dari tempat pergumulan mereka– kamar mandi, walaupun tepatnya jacuzzi. Keduanya terbalut bathrobe putih dengan rambut setengah basah, sudah membersihkan diri bersama-sama.

Jantung Hyunjin rasanya jatuh ke lutut karena melihat sesosok orang di balik remang-remang lampu kamar Jeongin malam itu, siapa lagi kalau bukan Minho. Well, Hyunjin bingung– mau bilang tidak menyangka, tapi bukannya seharusnya malah ia yang merupakan 'tamu' dan tidak layak terkejut, bukan? Namun tidak dapat menyangkal, Hyunjin kaget– dan takut.. sedikit? Banyak? Entahlah.

Coba bayangkan, kalian baru saja selesai bermain dengan tunangan orang lain, lalu menemukan tunangannya duduk manis di sofa bekas tempat Jeongin minum-minum tadi dengan posisi menghadap balkon, seperti tertangkap basah.. bagaimana respon kalian?

Masa bodoh, intinya Hyunjin belum siap wajahnya terpampang di artikel-artikel berita karena berurusan dengan kedua sejoli kesayangan para konglomerat negeri ini. Bisa habis nyawanya. Hii, membayangkannya saja Hyunjin bergidik ngeri.

"Acaranya sudah selesai, kak?"

Keheningan ruangan itu dipecah oleh si manis Jeongin, sambil berjalan menghampiri sofa tempat Minho berada.

"Mmm, belum juga, sih. Masih ada yang di luar tapi ada juga yang sudah ke kamar masing-masing." Minho menjawab, tangannya naik untuk mengusak rambut setengah basah si manis yang posisinya sudah terduduk di sebelah Minho.

Dimana Hyunjin? Ia melangkah melipir– langkahnya pendek, seakan tidak tahu harus melakukan apa, melangkah kemana, saraf-saraf otaknya seakan berhenti dan lidahnya kelu untuk sekedar bertanya soal apa yang sebenarnya terjadi di sini.

Minho seakan sadar dengan Hyunjin yang salah tingkah dan mengode Hyunjin tanpa kata, dengan jarinya menunjuk lengan sofa kokoh yang diduduki Minho dan Jeongin, menyuruh Hyunjin untuk duduk disitu.

Jeongin bersandar pada Minho, kepalanya sedikit pusing karena efek alkohol yang masih bekerja. Sementara Hyunjin merasa alkohol dalam dirinya terserap entah kemana, tubuh dan pikirannya terfokus sejak kehadiran Minho.

"Kamu mabuk-mabukan?" tanya Minho singkat pada Jeongin, sambil menaikkan alisnya pada Hyunjin seakan sekaligus bertanya apakah Hyunjin terlibat. Hyunjin sontak menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi terkejut dan bingung, selanjutnya menggeleng-geleng kencang seakan menjawab bahwa Jeongin berinisiatif sendiri– walaupun Hyunjin juga minum-minum, sih.. tapi kan tidak bersamaan dengan Jeongin.

"Tadi aku sendiri, kakak. Aku malas di luar, energi bersosialisasiku rasanya sudah terkuras habis. Melelahkan sekali berbasa-basi dengan manusia. Huh, bisa tidak sih jumlah populasi manusia dikurangi." Jeongin semakin bersandar pada Minho, memejamkan matanya sambil mengadu dengan nada setengah memelas pada Minho.

"Mana bisa, lagipula kan mereka semua karyawan. Kalau tidak ada mereka, kita yang habis." jawab Minho, mengelus pundak Jeongin sedikit. "Lagipula tidak apa-apa sih, kalau kamu mabuk sendirian. Kamu jelek kalau sedang mabuk."

"Menyebalkan!" Jeongin terbelalak dan mencubit keras pinggang Minho setelah ucapan itu terlontar dari mulut yang lebih tua.

Hyunjin total merasa sebagai pajangan dinding sekarang.

"Tapi terima kasih kakak, kalau kakak tidak ada pasti aku yang harus berbincang berbasa-basi dengan orang-orang." Jeongin bangkit dan mengecup pipi Minho sekilas.

☆ Sin's Circle《hyunjeongknow》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang