The Answer 🍃

98 25 4
                                    

"Lo beneran gak apa kalau gue ikut bantu Minju?" tanya Hyunjin antusias.

Ryujin kembali melahap sesendok es krim, lalu menggeleng pelan. "Justru kalau gue ngelarang lo, itu malah mencurigakan. Gue gak mau Minju sampai punya pemikiran kalau gue sengaja ngelakuin semua ini," sahut Ryujin.

"Eh Jin, gue mau bawa pulang ini dong," lanjut Ryujin yang menunjuk es krim-nya, refleks Hyunjin menahan ucapannya yang hendak keluar dari mulut.

"Kalau take away, yang ada malah cair di jalan. Nanti deh biar gue buatin."

"Buatin apa? es krim?" tanya Ryujin penasaran.

"Iya."

"Emang lo bisa?"

"Enggak."

Sontak Ryujin mendengus jengkel, padahal dia sudah bertanya dengan sangat serius pada sepupunya itu.

..🍃..

Chanie dan Jeno sama-sama terdiam selama Minju sibuk dengan pikirannya.

"Kalian gak ada di kelas pas insiden mereka?" tanya Minju, spontan Chanie dan Jeno menggeleng.

Sedetik berikutnya, Jeno mengangkat tangan, membuat Minju memberikan atensi lebih pada Jeno begitu pula dengan Chanie. "Gue dengar Yeji dorong Ryujin dari Jihoon, tapi katanya dia gak begitu yakin, cuma.. itu yang dipercaya sama orang-orang," ujar Jeno memberi secercah harapan untuk Minju.

"Lo mau hubungin Jihoon, Ju?" tanya Chanie. 

Minju mengangguk yakin, "sebagai ketua kelas, gue gak bisa biarin keadaan kelas kayak gini. Gue tau dan semua orang juga tahu kalau Yeji siswi bermasalah."

"tapi untuk kasus ini, gue yakin Yeji bisa jaga sikap. Dia tipikal orang yang nyakitin dengan kata-kata bukan fisik," lanjut Minju.

Chanie setuju dengan pernyataan itu, Minju tidak salah, memang seperti itulah Yeji yang mereka kenal.

..🍃..

Sebuah ruangan bernuansa putih tertata begitu rapi, dan kini seorang gadis tengah duduk pada salah satu sofa coklat, ia sedang menunggu kehadiran seseorang.

Cklek

Pintu terbuka menampilkan seorang perempuan dewasa yang masuk bersamaan dengan tumpukan buku dalam dekapannya, membuat gadis cantik yang semula duduk di sofa refleks membantu.

"Oh Winter, udah lama nunggu ya?" tanya perempuan dewasa itu seraya membawa tumpukan buku ke atas meja kerjanya.

Winter menggeleng pelan, "Gak lama kok," ujar Winter.

Perempuan itu tersenyum simpul lalu mendudukan dirinya pada sofa di seberang Winter, "Winter, apa kabar?" tanyanya masih dengan senyuman.

Winter hanya menyunggingkan senyum tipis lalu ia mengendikan bahu. 

"Uhm, gimana hari ini? ada yang mau Winter ceritain?"

"Hari ini aku ulang tahun," ujar Winter.

"Oh ya? wah.. selamat ulang tahun Winter. Winter mau hadiah apa?" 

"Gak perlu, aku cuma mau menghabiskan waktu disini," sahut Winter.

"Mama Papa gimana?" tanya perempuan itu.

Winter kembali mengendikan bahu, "mereka cuma kasih aku uang, selebihnya gak ada waktu untuk kumpul bersama."

Lagi-lagi perempuan itu tersenyum simpul, "Oke, sehubung ini adalah hari ulang tahun Winter dan ini juga tempat praktik aku. Untuk hari ini kita bisa ngobrol sepuasnya, gimana?" 

Our Blurry PaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang