☔ Bab 36 : Bullying

694 55 1
                                    

Beby kalah jumlah, ternyata gadis itu serius melabraknya. Ria tersenyum penuh kemenangan. Gadis itu mengambil gunting yang dari awal berada di kantongnya.

Dengan cepat Beby menggeleng tetapi Ria dengan tega menggunting rambutnya hingga pendek sebahu. Beby berontak dan berteriak tetapi tidak ada orang yang membantunya. Semua orang pasti sibuk di luar sana dan Ria datang di waktu yang tepat untuk melabrak seseorang.

"Udah lepasin!" Kata Ria dengan senyuman puas. "Ayuk pergi. Biarin dia disini." Katanya yang berlalu pergi dan di ikuti teman-temannya.

Beby menangis sambil memeluk tubuhnya. Kepalanya berdenyut dan napasnya sesak. Ia menguatkan dirinya dan mencoba bangun. Beby menatap kasihan dirinya, wajahnya lebam dan rambutnya menjadi pendek dan juga berantakan.

Gadis itu mencuci wajahnya dan menguncir rambutnya. Ia keluar dari kamar mandi dengan tatapan datar. Beberapa orang masuk ke dalam dan mengetahui ada seseorang yang di bully saat melihat rambut Beby yang berantakan di kamar mandi tapi saat mereka menyadarinya Beby sudah pergi meninggalkan kamar mandi. Gadis itu berjalan menuju taman belakang sekolah.

Aroma udara di taman membuatnya sedikit tenang, gadis itu bersender di kepala kursi dan mendongakkan kepala menatap cahaya matahari lalu memejamkan mata.

Ia lelah dan ingin beristirahat.

Hari itu, Beby pulang tanpa sepengetahuan teman-temannya. Gadis itu kembali kerumah dengan tampilan mengenaskan.

Mama yang melihatnya terkejut tetapi gadis itu mengembangkan senyum dan menjelaskan apa yang terjadi.

"Kenapa bisa kayak gini? Siapa yang lakuin hal ini ke kamu." Mata Mama berkaca-kaca.

Beby mengusap wajah Mamanya, "Aku berantem sama Adik kelas, luka Adik kelas aku lebih parah lho Ma pasti Mamanya dia juga nangis."

Mama memeluk Beby sembari menangis dan Beby menenangkannya.

"Ini bukti kalau aku kuat, Mama nggak boleh khawatir. Setiap remaja pasti ada perselisihan. Lagian aku juga bosen punya rambut panjang, Mama mau rapihin potongan rambut aku?"

Beby dan Mama berada di samping rumah, Mama merapihkan potongan rambut Beby.

"Adik kelas aku payah, makanya potongannya berantakan kayak gini. Lain kali kalau dia mau potong rambut orang seharusnya belajar dulu ya, Ma."

Mama tidak menjawab, Mama menangis sambil merapihkan rambut Beby.

"Mama cengeng kayak Papa. Aku sedih kalau liat Mama nangis."

Beby juga sedang menahan tangisnya, ia tidak ingin membuat Mama khawatir.

Buru-buru Mama menghapus air matanya dan menahan tangis, "Ma-mama udha nggak nangish kok." Katanya sambil terisak.

Beby membawa tangan Mama dan menduselkannya di pipinya.

"Tangan Mama wangi mawar."

Mama mengusap kepala Beby dengan tangan kirinya, dan mencium pucuk kepala gadis itu.

Setelah Beby mandi, Mama mengobati luka di wajah Beby. Ia semakin sedih melihat wajah anaknya.

Beby meraih kaca dan bercermin, "Aku cantikan rambut pendek ya. Waaah muka aku jadi keren kayak badgirl."

Beby menatap Mamanya yang terdiam, ia memegang wajah Mamanya.

"Mama kalau kebanyakan nangis nanti cepet tua, aku nggak mau liat Mama menua secepat itu," ujarnya dengan tawa tipis.

Mama mencoba tersenyum dan Beby berhasil menenangkan Mamanya. Gadis itu pamit ke kamar untuk istirahat. Ia segera mengunci pintu dan mengambil obatnya lalu meminumnya. Beby langsung jatuh di kasur sambil terus memegang dadanya.

Oh My Beby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang