☔ Bab 39 : Minta Maaf

704 53 0
                                    

Hari ini Beby sekolah di antar Papa, ia juga sudah mengabari Gilsa jika tidak bisa berangkat bareng. Mungkin pulangnya baru mereka bisa bareng karena Papa masih kerja dan tidak mungkin untuk menjemputnya.

Semua murid menatap ke arahnya, ia jadi salah tingkah karena tatapan mereka tertuju padanya. Beby menjadi kurang percaya diri dengan rambut pendeknya.

Ia menuju kelas dan di kelas sudah ada Gilsa dan Oji di meja mereka. Gilsa menatap Beby dengan mata berbinar.

"Rambut lo bagus banget, cocok."

Gadis itu langsung menggeleng, "Sialan, gara-gara si Ria!"

Perubahan ekspresi Gilsa membuat Beby takjub sendiri.

"Jadi lo suka apa nggak sama rambut barunya Beby." Kata Oji dengan mata mendelik.

"Suka, tapi gue masih kesel karena di potong secara paksa."

Beby menenangkan Gilsa, agar gadis itu tidak marah-marah di pagi hari. Namun, Gilsa mencecarnya dengan banyak pertanyaan.

"Nanggung banget nggak sih masuk hari ini padahal besok libur."

"Hari nyempil!" ujar Zaki menimpali ucapan Oji.

Beby mulai tertawa bersama Gilsa, tetapi tawanya mereda saat melihat Leo masuk kedalam kelas.

Gilsa menyadari sikap Beby yang diam saat Leo masuk kelas. Setelah Leo duduk di bangkunya Gilsa memiringkan badan menghadap cowok itu, lalu tersenyum remeh sambil memberikan jari tengahnya.

Beby menepuk pundak Gilsa membuat sahabatnya itu menoleh.

"Besok ke pantai yuk," ajak Beby antusias.

"Mager ah panas."

"Lo nggak mau nemenin gue ke pantai?" tanya Beby dengan raut sedih.

Gilsa tidak bisa menolak saat melihat ekspresi wajah Beby, "Iya mau."

"Tapi emang lo boleh sama Om Ridwan? Bukannya Papa lo ngelarang main ke tempat jauh ya."

Beby memegang kedua pundak Gilsa, "Nah justru itu. Lo sama Oji bantu gue biar Papa ijinin."

"Emmm, iy-iya deh."

Suasana kelas kembali hening saat Guru killer masuk kedalam kelas. Sampai jam istirahat tiba Beby masih di kelas karena Gilsa melarangnya untuk keluar, gadis itu sedang membelikan makanan di kantin dan akan kembali lagi ke kelas.

Dua orang mengetuk pintu kelas dan berdiri di depan pintu. Beby yang sedang menonton anime mengalihkan pandangannya.

Disana ada Ria dan Marisa.

Marisa mengajak Ria masuk ke dalam. Ria memasang wajah sombong sedangkan Marisa menampilkan raut menyesal.

"Aku minta maaf, ya." Ujarnya tulus, "Maafin Ria juga."

Ria hanya diam sampai Marisa menyenggol lengannya.

"Kamu udah janji buat minta maaf, Ria." Bisik Marisa pada sepupunya itu.

"Gue minta maaf."

Beby mengangguk, ia tidak perduli Ria meminta maaf dengan tulus atau tidak yang penting masalahnya sudah kelar. Ia juga tidak mau ribet dengan berurusan sama Ria.

Ria langsung berlari keluar sedangkan Marisa masih berada di kelasnya Beby.

"Boleh duduk di situ?" tanyanya sambil melirik kursi kosong disamping Beby.

"Oh iya boleh. Ada apa lagi?" tanya Beby yang tidak ingin basa-basi.

Marisa duduk disamping Beby, Beby menaruh ponselnya dan mulai mendengarkan apa yang di ucapkan Marisa.

"Kamu beneran nggak ada hubungan sama Leo?"

Beby menggeleng.

Tiba-tiba saja Marisa memegang tangan Beby, gadis itu hampir menangis, "Aku nggak marah kalau yang di pilih Leo itu kamu."

"Lo ngomong apa? Nggak usah ngawur."

"Aku rela, siapapun pilihan Leo. Kalau itu kamu, tolong jaga dia ya. Sayangi dia sebanyak yang kamu bisa."

Beby melepaskan genggaman tangan Marisa.

"Lo lemah banget, masa relain orang yang lo sayang demi orang lain. Terus lo gimana hah!"

Beby tidak suka dengan sikap Marisa yang mengalah, sikap gadis itu membuat Beby semakin tidak tega untuk bersama Leo.

Marisa malah tersenyum manis, "Karena nggak semua hal yang kita suka bisa kita miliki. Ada beberapa hal yang harus di relakan."

"Hubungan lo baik-baik aja kan sama Leo?" tanya Beby dengan mata mendelik lalu ia menggeleng, "Nggak, gue nggak perduli tapi maksud gue lo nggak usah ngomong kayak gitu ke gue. Jalanin aja hubungan lo kayak biasanya."

Marisa terdiam beberapa saat lalu menatap lurus ke arah papan tulis, "Perempuan itu makhluk paling peka. Leo sering banget manggil Caaa, Icaaa, Caaaaa, Caaaa, seakan-akan nggak pernah bosen. Tapi akhir-akhir ini dia nggak pernah manggil aku kayak gitu lagi."

"Lo bisa tanya alasan dia kenapa berubah."

Marisa menghela napas pelan, "Udah aku bilang kan perempuan itu makhluk paling peka."

Gadis itu bangun dari duduknya, Beby mendongak menatap Marisa. Gadis itu malah tersenyum manis ke arahnya.

"Kalau ada kesempatan, mari kita ngobrol lagi." Kata Marisa yang pergi meninggalkan Beby.

Marisa berpapasan dengan Gilsa dan Oji di depan kelas.

Buru-buru Gilsa duduk di samping Beby dan bertanya mengapa ada Marisa di kelasnya.

"Dia tadi sama Ria buat minta maaf."

"Terus muka lo kenapa sedih gitu?"

Beby mengusap wajahnya, "Gue laper."

Gadis itu langsung menyambar batagor yang di bawa Gilsa dan menyuruh gadis itu makan agar tidak banyak bertanya.

"Kuy besok ke pantai." Ajak Oji semangat.

Beby mengacungkan jempolnya dan melirik Gilsa.

"Iya, nanti pulang sekolah gue bantuin lo ngomong sama Om Ridwan." Kata gadis itu pasrah.

"Main dulu dirumah gue sambil nunggu Papa balik, oke."

"Oke lah, gue juga pengen main sama Deva. Gue pengen cubit pipinyaaa, aaaaa andaikan gue punya Adik."

"Request aja ke Mama lo."

Gilsa menganga lebar, "Anjir lo ngingetin gue sama kejadian waktu itu."

Oji tertawa terbahak, "Iya anjir si Gilsa cangak banget ngintipin Mama sama Papanya lagi nganu."

Beby terdiam dengan pikiran melayang entah kemana. Matanya masih menatap dalam kedua sahabatnya itu.

"GUE NGGAK SENGAJA, GUE JUGA LANGSUNG LARI ANJIR!"

"Gausah pake kuah anjir!"

"Dasar lekong!"

"Body shaming tuh mulut!"

"Mulut estetik gue nggak salah!"

Beby terdiam dalam lamunannya sambil menatap sahabatnya yang sedang berdebat.

Beby terdiam dalam lamunannya sambil menatap sahabatnya yang sedang berdebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oh My Beby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang