☔ Bab 18 : Kembali Sekolah

1K 69 1
                                    

Terdengar bunyi klakson dan beberapa saat itu pula Gilsa masuk ke dalam rumah meminta ijin pada Mama untuk berangkat sekolah bersama Beby.

Gilsa dan Beby berangkat ke sekolah menggunakan motor matic berwarna putih. Kali ini wajahnya terlihat berseri. Udara pagi memang menyegarkan, Beby mengembangkan senyumnya.

"Jangan senyum-senyum sendiri, ngeri gue," celetuk Gilsa yang melihat dari kaca spion.

Beby mengedikkan bahunya acuh.

Mereka sampai di sekolah lima menit sebelum bel berbunyi, Gilsa memarkirkan motornya dahulu. Tidak lama setelahnya motor trail terparkir di samping motor matic miliknya.

"Awas lo nyenggol motor gue!" seru Gilsa galak.

Cowok itu membuka helmnya.

"Nggak level!" balas cowok itu sinis.

Tubuh Beby membeku, lidahnya kelu dan napasnya kembali sesak. Cowok itu adalah Leo Morgan versi muda. Beby mengenalnya cowok itu pasti Om Leonya. Benar, karena ini sebelas tahun yang lalu.

Tiba-tiba saja air matanya keluar dengan deras ia menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan isak tangis.

Gilsa langsung panik, "Lo masih sakit? Ayuk kita pulang aja."

Beby menggeleng ia menatap cowok di depannya dengan rasa yang campur aduk. Bahagia, sedih, sakit dan menyesal.

Leo menatap Beby ngeri, "Jangan-jangan temen lo kesurupan si Yeyen."

"Nggak usah ngadi-ngadi anjing, kisah si Yeyen di sekolah cuma mitos." Kata Gilsa sambil menatap Leo sinis.

Leo nampak bingung, "Gue sering banget nemuin cewek yang nangis-"

"Ya itu mah karena lo mutusin mereka," potong Gilsa dengan nada sewot.

"Tapi kalau yang tiba-tiba nangis kayak gini bikin merinding serius. Cepetan diemin ege."

Dari tadi Gilsa mencoba menenangkan Beby tetapi gadis itu masih menangis. Gilsa dapat merasakan tangisan sahabatnya itu rasanya sangat sakit.

Akhirnya Leo mendekat dan mengambil sebungkus permen karet yang ada di saku celananya. Ia menyerahkannya pada Beby.

"Nih jangan nangis."

Gilsa melotot ke arah Leo, dikira Beby anak kecil kali nangis di kasih permen langsung diem. Namun, tidak di sangka Beby berhenti menangis dan meraih permen karet dari Leo. Karena refleks Beby memeluk Leo membuat tubuh cowok itu membeku.

"Aduh gue tambah bingung, masalahnya daftar buat jadi pacar gue udah penuh," ucapnya dengan nada tengil.

Gilsa menarik Beby agar gadis itu melepaskan pelukannya, ia memegang dahi Beby berkali-kali.

"Lo beneran masih sakit malah kali ini lebih parah, nggak mungkin lo bisa suka sama cowok modelan dia. Bener kata Oji, setan mana anjir yang rasukin lo ah gue mau nangis rasanya."

Suara bel berbunyi membuat Leo langsung berlari meninggalkan mereka.

"Itu Om Leo kan?" tanya Beby yang sudah meredakan tangisnya.

"Om?" Gilsa tertawa kencang, "Muka dia emang pedo sih."

Beby mengulum bibirnya seharusnya ia memanggil nama saja karena sekarang mereka seumuran.

"Leo Morgan kan itu?"

"Iya si playboy paling songong." Kata Gilsa sewot, matanya seakan memancar laser yang akan melubangi siapapun.

Gilsa segera mengajak Beby menuju kelas. Sejak tadi Oji berada di depan pintu menunggu kedatangan mereka.

Oji langsung memeluk Beby penuh haru, "Ya ampun sobat gue." Ia menangkup wajah Beby, "Muka lo bengep, sini gue make-up."

Oji menarik tangan Beby menuju bangkunya paling belakang, ia mengambil bedak bayi dan spons bedak yang sedikit basah lalu melumurinya dengan badak dan langsung ia tap tap di wajah Beby, gadis itu hanya diam dan menurut.

Gilsa sudah tau gelagat Oji dari awal yang anehnya adalah Beby yang menurut begitu saja biasanya gadis itu langsung memukul kepala Oji dengan pergelangan tangannya yang memakai jam tangan. Gilsa mendekat ke arah mereka, ia memegang bahu Beby dan memanggil gadis itu agar menoleh ke arahnya.

"SETAAAN!"

"MANA?" Beby jadi ikutan terkejut, teman-teman sekelas jadi tertawa keras melihat wajah Beby yang sangat putih karena bedak yang di pakainya.

Sang pelaku malah tertawa puas, Beby meraih cermin dan terkejut saat melihat mukanya.

"Beneran Beby nih sobat gue yang rada bego." Kata Oji setelah meredakan tawanya.

Beby kesal karena di kerjai ia langsung menjambak rambut Oji. Gilsa yang melihatnya hanya tertawa.

Lalu segerombolan cowok datang ke kelasnya, mereka termasuk makhluk penghuni kelas 12 IPS 2.

"ANJING! GUE BILANG APA, DIA KERASUKAN SI YEYEN!" Pekik Leo heboh.

Jambakan Beby mengendur saat mendengar suara yang familiar. Ia menoleh ke arah Leo, semua anak kelas sedang menatapnya sambil menahan tawa.

Langsung ia berlari keluar kelas menuju kamar mandi, ia menutup wajahnya sampai tiba di kamar mandi dan langsung mencuci muka.

"Bisa-bisanya si Oji kerjain gue, aaaaaaah gue udah gak punya muka di depan Om Leo."

Ia berdiam diri cukup lama di kamar mandi. Gadis itu menepuk-nepuk mukanya sambil bercermin.

"Yeyen Yeyen muka lo Yeyen," kesalnya.

Bruk!

Beby terkejut mendengar suara dari salah satu bilik toilet. Jantungnya mulai berdegup ia memukul bibirnya karena asal mengucap. Hawa takut mulai mengelilinginya. Gadis itu langsung berlari keluar dari kamar mandi.

Ia berhenti berlari dan menyenderkan punggungnya di tembok kelasnya. Napasnya naik-turun, Beby lupa jika ia lemah jantung dan tubuhnya gampang merasa kelelahan. Santai, Beby harus menormalkan napasnya.

Saat sudah tenang ia kembali masuk ke kelas dan ternyata sudah ada Guru yang mengajar. Wajah teman-temannya menahan tawa saat melihat Beby, gadis itu langsung memberikan tatapan tajam.


 Wajah teman-temannya menahan tawa saat melihat Beby, gadis itu langsung memberikan tatapan tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oh My Beby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang