Part 5: Actually It's Completed
Dia membawaku kerumahnya, aku ulangi dengan lambat-lambat. RUMAHNYA. OMG. Aku berteriak dalam hati. Bukan karna aku senang dia membawaku kerumahnya. Tapi karna takjub dengan arsitektur super mewah dan modern. Aku seperti orang kampung ketika masuk kepagar rumahnya. Bagaimana aku bisa mendeskripsikan rumah Harry. Rumahnya besar berbentuk kotak dan sebagian rumahnya terbuat dari kaca transparant tapi sebagian lagi dari marmer berwarna Gothic. Aku bahkan bisa melihat kamarnya dari sini.
Dia membawa ku masuk kerumahnya. Aku terkejut ketika tidak ada satupun assistant rumah tangga disini. "Kau tidak punya assistant rumah tangga?" aku tidak menyembunyikan nada terkejut disana.
"Kenapa? Kau mau melamar?" dia tertawa menggoda. Aku tertawa garing, sangat tidak lucu. Dia terus berjalan melewati tangga melingkar. Aku membuntutinya dari belakang.
"Mereka tinggal di rumah terpisah dengan ku."
"Benarkah?"
"Yap." Aku mengangguk-anggukan kepala takjub.
"Ini kamar mandinya." Dia menunjukan kamar mandi yang mempunyai dinding kaca disetiap sisinya. Ini transaparant. Aku menatapnya dan menggigit bibir. Dia seperti menyadari kekhawatiranku.
"Selama kau mandi. Aku berada di bawah."
"Bukan. Bukan itu. Masalahnya adalah aku tidak punya baju."
"Oh." Dia berkata seolah masalah itu sudah terselesaikan. Dia turun dan berteriak baju ku akan sampai diatas. Aku mengangkat bahu.
Aku membasahi rambutku dengan Shampoo Harry. Bau shampoo Harry sangat maskulin. Aku jadi berfikir apakah rambutnya seharum ini. Aku jadi ingat saat dia apartement ku tadi aku mencium aroma ini. Aku jadi menyukainya. Maksudku, aroma shampoo-nya.
Aku keluar dengan satu handuk melingkar ditubuhku satu lagi dikepala. Dia naik keatas, dengan dua orang berada dikedua sisinya, itu bukan bodyguard Harry. Mereka lebih kemayu. Harry, nampak menjelaskan sesuatu tapi aku tak bisa menjelaskan apa itu.
Tunggu, apa yang kupikirkan. Harry mengajak dua orang pria kemayu, kemana? Aku cukup yakin mereka mengarah ke kamar mandi. Apa? Perasaan panik naik keatas kepalaku. Apa yang orang gila itu pikirkan? Aku ingin berlari tapi tidak bisa. Jadi aku tetap di dalam dan menunci pintu dengan kuat. Mencari gayung untuk pertahan diri. Namun sial, tidak ada gayung disini. Jadi aku mengambil shower Harry sebagai tameng.
Aku sudah siap dengan posisi tempur saat mereka tiba didepan kamar mandi dan terkejut dengan posisi siaga ku menggunakan Shower sebagai pistol. Harry melotot, aku bisa melihat dia membuat tulisan di kaca menggunakan tatapan lasernya seperti 'apa-apaan kau ini?' sedangkan dua pria lainnya sama terkejutnya dengan Harry, namun dalam level yang berbeda.
Dia menggedor pintu kaca "Open the door." Katanya. Aku menggelang tidak menurunkan kewaspadaan ku. Wajahnya mengeras.
"Apa yang mau kau lakukan?" tanya ku. Dia sadar dengan sikap ku yang waspada. Wajahnya menjadi lembut.
"Ini tidak seperti aku ingin melakukan sesuatu. Damn it, Just open the door. And get out there. Kamu bisa masuk angin." Aku menurunkan pistol ku. Dia khawatir aku akan masuk angin. Mungkin aku memang berlebihan.
"Benarkah?" aku bertanya. Dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Aku memutuskan untuk keluar dan terkejut karna aku kedinginan ketika udara luar kamar mandi menampar kulit bahuku yang telanjang. Refleks, Harry melingkarkan tangannya protectiv ke bahuku yang polos. Aku menatapnya, tapi dia cuek dan menatap lurus kedepan. Dua pria kemayu itu hanya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
She'll Be Loved//h.s//
FanfictionCerita pertama setelah Hiatus dari 2012. Hahaha. No deskripsi lah, langsung baca aja Part 1