Risk

61 1 0
                                    

Part 2: Risk


"Benz restaurant. Wow." Aku berdecak kagum melihat nama restaurant yang akan aku datangi. Itu tempat paling bergengsi dan paling mahal. Aku dengar satu menu seharga uang sewa dua bulan Apartement ku. Belum lagi harga sewanya, untuk ukuran bintang terkenal seperti Harry pasti menuntut Privasi yang ketat.

Aku menghitung-hitung berapa kira-kira uang yang harus Harry keluarkan dan tak habis pikir ketika mendapat jawabannya. Wow. Dia sangat kaya.

Aku berdecak kagum ketika sampai di depan Benz Restaurant. Definis karya seni dan keindahan. Dengan arsitektur klasik di bagian pintu dengan kusen berlapis mutiara. Kaca-kacanya transparant tapi agak kabur, namun cukup jelas untuk melihat siapa yang ada didalam. Hari duduk tepat di dekat jendela dengan lilin dan Wine. Aku penasaran bagaimana ekspresi harry ketika tau Chris tidak bisa datang.

Aku tidak berbohong tentang Privasi, buktinya semua wartawan sedang menunggu diluar Restaurant dengan wajah kesal karna beberapa Bodyguard berjaga didepan pintu aku merasa seperti mereka sedang menjaga Presiden atau semacamnya.

Dan banyaknya Fans harry yang menuggu diluar menambah kekesalan para wartawan. Aku mendengar beberapa fansnya menangis. Wow. Mereka jelas tak memperdulikan masa depannya dan menunggu harry disini dan bukannya belajar.

Wow. Aku tidak pernah berhenti untuk terkejut hari ini.

Katika aku berhasil lolos dari kerumunan orang. Well, aku harus berjuang untuk sampai didepan pintu. Lain halnya jika itu majikan ku, selusin Bodyguard pasti akan mensterilkan jalan agar dia bisa jalan tanpa hambatan. Aku terengah sedikit. Dan membenarkan kemeja ku.

Ketika aku berusaha untuk masuk para penjaga menolak ku dengan kasar. Aku menghembuskan nafas.

"Saya kesini buat nemui Harry." Aku berteriak agar para penjaga dapat mendengarku, mengingat disini sangat bising. Tapi yang dapat mendegarku bukan hanya para penjaga. Para wartawan dan fansnya juga dapat mendengar.

Kebisingan tiba-tiba teredam dengan suara bisik-bisik penasaran. Aku dapat mendegar beberapa orang berkata 'aku kira harry akan berkencan dengan Christina' atau 'dia perempuan gila' dan bisikan-bisikan lain yang tidak perlu aku dengar.

Tiba-tiba wartawan mengarahkan microphone ke arah ku dengan segudang pertanyaan-pertanyaan yang sontak membuat ku membalikan topi ku kedepan dan menutup wajah ku dari sorotan kamera.

Sial. Aku tidak memikirkan resikonya.

Aku buru-buru mengelurkan tiket yang diberi Chris dan menunjukannya pada penjaga. Mereka berpandang-pandangan, aku menerobos masuk ketika mereka lengah. Dan menyebabkan kegaduhan diluar.

Fiuh. Aku membuang nafas lega.

Ketika aku masuk, Harry berdiri dari duduknya dan tampak terkejut. Dia belum mengganti outfit-nya. Aku melambaikan tangan canggung. Lalu berjalan dengan kaku ke mejanya. Dia duduk lagi dengan wajah was-was.

"Siapa lo?" katanya berdiri dengan tidak santai. Aku terkejut, bukan karna kata-kata kasarnya tapi karna tidak ada orang di restaurant kecuali kami berdua. Dan 6 orang staff Restaurant. Aku menaikan alis. Dia belum mengganti outfitnya mungkin perbedaannya dia memakai kaca mata sekarang.

"Saya assistant Chris. Dia nyuruh saya dateng karena dia gak bisa dateng." Aku membalas kata-katanya dengan santai sambil membalikan lagi topi ku. Aku bersykur dia tidak ingat aku orang yang ber-high five di acara tadi. Mungkin dia tahu, tapi tidak perduli. Cih. Aku sudah terbiasa dengan sikap sombong artis.

She'll Be Loved//h.s//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang