Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, Rayo tertinggal dari rombongannya. Ia membawa mobilnya sendiri. Pajero merah, dan memang sendirian di mobil itu. Diperjalanan mobil tersebut mogok tanpa di duga-duga.
"Aneh!" gumam Rayo sambil keluar dari mobil untuk memeriksa mesin.
Bukan karena tertinggal rombongan yang membuat Rayo cemas, karena meskipun tertinggal menurutnya tak perlu dicemaskan. Toh untuk mencapai Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar dua setengah jam.
Tapi kemogokan mobilnya itulah yang perlu dicemaskan, karena selama ini hal itu tak pernah terjadi. Biasanya jika mobil tak pernah mogok, lalu mengalami kemogokan satu kali, maka hari-hari berikutnya pasti akan mengalami kemogokan berkali-kali. Kecuali jika penyakit mobil segera ditemukan oleh teknisi di bengkel perawatannya.
Beruntung sekali sore itu kemogokan mobil terjadi di tempat ramai. Tak jauh dari situ ada tempat peristirahatan para pengemudi atau penumpang yang dalam perjalanan ke luar kota. Di sana ada kedai kopi, warung makan, toilet umum. wartel dan sebagainya.
Kira-kira hanya berjarak 100 meter dari tempat mogoknya Pajero merah tersebut. Pedagang asongan menghampiri Rayo saat Rayo mengutak-atik mesin mobilnya. Ia menawarkan manisan buah dalam kantong Plastik. Rayo tidak tertarik. Hanya menggelengkan kepala lalu seorang lagi datang menawarkan rokok, dan Rayo menolak secara baik-baik.
Belum sempat pedagang rokok itu pergi, datang lagi pedagang asongan lainnya dari sisi kanan Ia menawarkan minuman mineral dengan menenteng dua botol minuman tersebut, yang satu berukuran besar, satu lagi berukuran sedang. Rayo menolak tanpa memperhatikan pedagang itu. Tapi si pedagang minuman dalam botol plastik itu mendesaknya dengan suara dan gaya bahasa yang mengejutkan hati Rayo.
"Ayo dong, Oom Beli minuman dong. Murah kok. Oom. Masih segar nih. Biar nggak haus, Oom."
"Hey..!" Rayo tertawa, menarik diri dari bawah kap mesin.
Pedagang minuman itu anak berusia 6 tahun, berbadan kurus dan berkulit hitam dengan rambutnya yang pendek kaku. Ajong! Rayo sama sekali tak menyangka akan bertemu dengan anak itu lagi. Padahal kemarin malam dan seharian tadi Rayo dan teamnya mencari-cari anak itu di pantai, tapi tak berhasil.
Penduduk perkampungan nelayan setempat ketika diberitahu ciri-ciri anak itu, ternyata tidak satu pun yang merasa memiliki anak atau keluarga berciri-ciri seperti itu. Karenanya, rombongan yang mestinya kembali ke Jakarta tadi siang, akhirnya baru meninggalkan pantai sekitar pukul 3 menjelang sore. Sekarang disini Rayo bertemu dengan Ajong. Padahal jarak pantai dengan tempat tersebut cukup jauh jika ditempuh dengan jalan kaki. Perjalanan Rayo pun sudah memakan waktu satu jam lebih. Rupanya anak itu semalam langsung pergi meninggalkan pantai, mungkin ikut mobil truk pengangkut pasir atau entah menggunakan kendaraan apa, yang jelas hari ini Ajong sudah berada di daerah mendekati gerbang tol menuju Jakarta.
"Bagaimana kamu bisa berada di tempat ini Jong?"
"Saya mau ke Jakarta kok, Oom."
"Ngapain? Mau jualan minuman yang cuma dua botol itu?"
"Bukan," Ajong menggeleng polos.
"Habis, mau ngapain ke Jakarta?"
"Mau...mau...." Ajong tampak bingung Rayo tertawa sambil mengucal-ucal rambut jabrik itu.
"Sudah pamit orang tuamu kalau mau ke Jakarta?"
"Nggak. Saya... nggak pamit orang tua, Oom."
"Lho, kenapa? Nanti orangtuamu bingung mencarimu, Jong!"
"Nggak. Nggak akan dicari kok, Oom."
"Kenapa begitu?"
"Habis, saya nggak punya orang tua sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
18. Misteri Pohon Kematian✓
ÜbernatürlichesSilakan follow saya terlebih dahulu. Serial Dewi Ular Tara Zagita 18 Berawal dari seorang bocah bernama Ajong, yang Rayo ketika mengadakan penelitian di atas sebuah karang yang ajaib.Ternyata karang itu adalah ari-ari iblis yang dibuang dan jatuh k...