ORANG yang bertugas merawat villa Puri Asmara adalah seorang lelaki tua berusia 60 tahun lebih, Mang Darus, namanya. Ia dibantu oleh anaknya yang sudah cukup dewasa, Icang.
Bila dibutuhkan istrinya pun ikut bekerja di villa tersebut, terutama menyediakan santapan bagi penyewa villa tersebut. Orang yang sudah berusia 25 tahun kini sedang dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian sehubungan dengan kasus kematian Sadhe itu.
"Semalam saya tidak ikut beradadi villa ini, Pak. Saya belum disuruh datang kemari, maka saya pergi ke Ciawi, ke rumah pacar saya, Pak. Jadi yang ada di sini tadi malam cuma Abah sama Emak."
"Pukul berapa kamu pulang dari Ciawi?"
"Sekitar pukul dua malam saya sudah ada di rumah, Pak."
"Lalu, kamu mendengar kasus kematian ini?"
"Sekitar pukul lima pagi Emak pulang ke rumah, membangunkan saya, dan menceritakan tentang kasus kematian ini. Maka, saya segera datang kemari, pakai motor. Boncengan sama Emak juga, Pak."
"Kamu melihat sendiri keadaan korban dan pohon itu?"
"Ya, saya melihatnya. Tapi saya juga heran melihat pohon itu. Saya maupun Abah saya, belum pernah
menanam pohon aneh itu, Pak.""Sebelum pagi-pagi kamu datang kemari, kapan kamu berada di villa ini?"
"Siangnya saya juga datang kemari. Disuruh Abah memangkas rumput di dekat pintu gerbang sana."
"Kamu melihat ada pohon aneh tumbuh di tempat korban?"
"Tidak ada, Pak. Saya ingat betul, di depan jendela kamar tidak ada pohon besar, sebab saya mondar-mandir dari dapur ke halaman depan melalui taman depan jendela kamar. Saya tidak melihat tunas pohon atau tanda-tanda lainnya. Tempat itu tetap bersih, hanya ada hamparan rumput yang saya pangkas dua hari sebelumnya."
"Lalu, sewaktu pagi-pagi tadi kamu melihat pohon itu?"
"Yaa kaget dan heran sekali, Pak. Saya sempat ketakutan. Tidak berani mendekati pohon itu, Pak. Justru sayalah yang segera lari menghubungi rumah keamanan sekitar sini. Bang Jali yang kemudian ikut datang kemari."
Baik Icang maupun Mang Darus mempunyai pengakuan yang sama. Mereka belum pernah melihat pohon berakar besar-besar itu tumbuh di hal aman villa tersebut.
Sewaktu menerima kedatangan Tante Fully dan Sadhe, Mang Darus dan istrinya tidak me mperhatikan apakah pohon aneh itu sudah ada atau belum, maka mereka tak bisa menjelaskan sejak kapan pohon misterius itu tumbuh di halaman depan jendela kamar tidur utama itu.
Kerangka jenazah Sadhe segera di bawa ke rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter forensik. Masalahnya,
pihak kepolisian masih meragukan pengakuan Tante Fully yang kini juga dirawat di rumah sakit karena mengalami gangguan jiwa. Menurut pengakuan Tante Fully, kematian Sadhe akibat dimakan oleh pohon aneh itu. Tetapi tak ada saksi lain yang melihat kejadian tersebut selain Tante Fully sendiri.Sedangkan pihak Mang Darus sendiri tidak bisa menjelaskan apakah benar kematian Sadhe disebabkan oleh keganasan pohon misterius itu, sebab ia tak melihat kejadian mengerikan tersebut. Tetapi baik Mang Darus, Icang, Bang Jali dan beberapa penduduk asli tempat itu yang tadi sempat berdatangan mendengar kasus pembunuhan sadis itu. sama-sama saling mengakui melihat pohon aneh tumbuh di tanah depan jendela kamar tidur utama villa.
Menurut mereka, pohon itu tumbuh kokoh dalam jarak sekitar 10 meter dari jendela. Sedangkan kerangka mayat Sadhe tergel etak dalam jarak hanya tiga meter dari jendela. Pihak kepolisian setempat segera meminta bantuan konsultan kriminil dari kepolisian Jakarta. Mereka sudah acapkali mendengar bahwa konsultan kriminil itu memiliki kekuatan supranatural sangat tinggi, walaupun ia masih sosok seorang gadis cantik jelita yang berusia sekitar 25 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
18. Misteri Pohon Kematian✓
ParanormalSilakan follow saya terlebih dahulu. Serial Dewi Ular Tara Zagita 18 Berawal dari seorang bocah bernama Ajong, yang Rayo ketika mengadakan penelitian di atas sebuah karang yang ajaib.Ternyata karang itu adalah ari-ari iblis yang dibuang dan jatuh k...