Lama mereka menunggu Rea yang tak kunjung bangun. Sampai pada akhirnya Alvin mempunyai cara, cara yang sama seperti saat ia membangunkan Rea yang pingsan waktu itu.
"Za. Tolong ambilin minyak kayu putih," perintah Alvin.
"Buat apaan?"
"Ambilin aja cepet."
Reza mencari-cari benda itu, setelah ditemukan ia menawarkannya ke Alvin yang masih duduk di samping kasur.
"Buat apa sih?" tanya Reza.
"Diem aja, ini cara gue buat bangunin Rea, semoga kali ini berhasil." tutur Alvin, lalu mulai mendekatkan benda itu ke hidung gadis di depannya.
Perlahan namun pasti, Rea kembali membuka mata dan samar-samar melihat bayangan Alvin.
"K-kamu..." ucap Rea memegang kepalanya.
"Lo apain adek gue!?" sentak Reza menarik pundak Alvin, disusul oleh tubuh cowok itu yang jatuh tersungkur ke belakang.
"Bang... Rea kenapa?"
"G-gak, tadi kamu cuma pingsan doang, hehe."
Kemudian Rea bangkit dari tidurnya, memposisikan duduk senyaman mungkin di sebelah Reza.
"Kalian?" netra mata Rea tertuju ke arah Ica dan Tiara yang berdiri di depan kasur itu.
"Kenapa, Re?" tanya Reza gugup.
"Kayak gak asing, bang."
"Emang gak asing, kan Rea baru kemaren ketemu sama dia... " ucap Alvin menghalau topik yang tidak diinginkan.
"Kamu kan... cowok yang tadi?" tanya Rea, sedikit demi sedikit pikirannya kembali.
"Iya, gue... Alvin."
Rea seperti tidak mendengarkan ucapan cowok itu, ia melihat Ica dan Tiara dengan seksama, seperti ada yang mengganjal di pikirannya.
"Ah, mungkin cuma pikiran aku aja." Gumam Rea yang masih bisa di dengar oleh Reza.
"Pikiran apa, Re?" tanya Reza.
"E-enggak. Oh iya, katanya abang tadi mau ngomong sesuatu ke Rea,"
"Hah? ngomong apa?" tanya Reza bingung.
"Tentang apa yang udah terjadi sama Rea setelah kecelakaan." jawab cewek itu singkat, namun bisa membuat hati kakaknya terkoyak seketika.
"Jangan dijelasin, gue tau cara biar Rea bisa inget segalanya," ujar Alvin memberi saran.
"M-maksud lo?"
"Besok kita bawa dia ke rumah yang baru beberapa bulan ini dia tempatin, habis itu bawa dia ke sekolah sama ke kelas. Terakhir, bawa dia ke markas."
Setelah mendengar perkataan Alvin, lantas Reza, Ica, dan Tiara menyetujui sarannya.
Mereka tidur kembali di lantai yang sudah digelari karpet, sedangkan Rea tidur di kasur dengan kehangatan yang dibuat dari dekapan kakaknya.
Sampai pagi datang, menyambut kesegaran di hari itu.
"Gimana, semuanya udah siap?" tanya Reza kepada teman-temannya.
"Siap!" jawab mereka serempak, kemudian mulai mengatur motor mereka dengan kecepatan sedang.
Rea yang di bonceng oleh Reza hanya bisa menurut, melewati beberapa gedung serta jalan besar.
Hingga pada akhirnya mereka sampai di depan perumahan tempat Rea tinggal, lalu perlahan memasuki gang kecil yang menuju rumah gadis itu.Rumah yang 2 Minggu tidak dihuni, kini hampir seperti rumah horor.
"B-bang? kita di mana?" tanya Rea.
