11🌇

15 3 0
                                    


" Kak Tedy!"

Tedy menghela nafasnya pelan, dia tau siapa yang memanggilnya. Suara itu sering terdengar akhir-akhir ini di telinganya. Tak jarang , Tedy merasa frustasi.

Tedy tidak berbalik arah, dia tetap pada pendiriannya, tidak berbalik arah.

Perempuan berambut panjang yang di ikat satu itu, melangkahkan kakinya. Dia berdiri dengan jarak satu meter dari belakang Tedy.

"Kak, Nabila mau ngomong sesuatu" ucapnya.

Tedy tidak menggubris, dia tetap diam.

"Nabila suka sama kak Tedy, apa kak Tedy su-

"Nggak, gue gak suka sama lo," sela Tedy.

Sementara di sisi lain...

"Sumpah! Abang lu minta di ruqyah!" seru Azriel.

"Bang Tedy minta di puterin, terus celupin ke air susu, terus nanti di makan sama kak dayat," dumal Mentari.

"Oreo kali" ucap Azriel, Mentari cuman nyengir.

"Pokoknya, aku nggak bakalan berhenti ngejar kak Tedy. Aku bakalan buat kak Tedy jatuh cinta sama aku!" ucap Nabila, dada nya naik turun menandakan dia sedangkan emosi.

"Kejar aja, gue bakalan lari sejauh-jauhnya."

Lalu, Tedy dengan malas mengubah posisinya menjadi menghadap Nabila. Netra matanya, menatap tajam bola mata Nabila.

"Gue nggak akan pernah suka sama lo, sampai kapan pun," ucap Tedy penuh penekanan.

"Kenapa si susah banget dapetin hati kak Tedy?" Tanya Nabila.

"Susah, soalnya gue nggak suka sama cewek modelan kaya lo, ngerti sekarang?"

Bagaikan disambar petir di siang bolong, kata-kata yang di keluarkan Tedy, cukup membuat luka di hati. Ini bukan masalah perasaan, namun masalah fisik.

Kenapa fisik yang selalu menjadi faktor utama, dalam kesuksesan dalam berhubungan?

Nabila tidak membalas ucapan Tedy, dia terdiam merenungi kata-kata yang Tedy ucapkan.

Setelah mengucapkan itu, wajah Tedy berubah 100% , dia tersenyum sumringah ketika melihat seseorang berjalan mendekati nya. Nabila yang melihat itu pun langsung menoleh kebelakang, lalu dia tersenyum miris.

"Kak Tedy!"

Tedy mengangkat satu tangan nya dan tak lupa melambaikan tangannya. Seorang siswi kelas 10, berlari kecil menghampiri Tedy dan Nabila.

"Ini buku kimia kak Tedy, udah Rara baca, tulisan kak Tedy rapih banget ya," puji gadis itu.

Nabila melirik siswi yang berjabat sebagai adik kelasnya itu. Mata Nabila melirik Rara dari kaki sampai rambut yang di kepang dua, memberikan kesan lucu pada gadis seusianya. Lalu Nabila melirik dirinya pada jendela kaca kelasnya.

"Pantes kak Tedy nggak suka sama gue, dan milih adik kelas yang jauh lebih dari gue,"  Nabila membatin.

"Padahal itu tulisan aku pas kelas 10, Ra" ucap Tedy dengan lembut.

"Apa katanya? Aku??? Why?????"
- nabila membatin

Siswi yang lebih pendek dari Nabila pun, menoleh kearahnya.

"Ini siapa kak?" Tanya Rara pada Tedy.

Tedy melirik Nabila dengan malas, "gak tau, nggak kenal. Ayo, kakak antar ke kelas," ucap Tedy dengan manis.

Kedua anak manusia itu pergi meninggalkan Nabila dengan wajah memerah.

Panas bu?

Namun ketika Nabila hendak berbalik menuju kelasnya, tiba-tiba adik kelas yang bersama Tedy menoleh kearahnya. Nabila menaikan sebelah alisnya, lalu matanya membulat ketika Rara menjulurkan lidahnya tanda mengejeknya.

Mentari untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang