Turning Down

1.6K 295 1
                                    

Jarvis sedikit menyentakkan kain pel digenggamannya. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaan dadakan yang dibawa Herlon untuknya, yaitu membersihkan lantai bawah badan kapal milik perompak.

Yah, akhirnya Herlon dengan seenaknya melimpahkan pekerjaan terbengkalai itu kepadanya.

Ia kemudian melangkah ke papan kayu gantung dan duduk di sana menyusul Herlon. Matanya mengintip ke luar jendela kecil di badan kapal itu, dan yang dilihatnya hanyalah deburan ombak yang menghantam sisi kapal.

"Kau tahu? Jika orang biasa yang melakukan perjalanan ini, mereka akan diserang oleh berbagai monster laut, diterjang badai, bahkan tenggelam tiba-tiba. Sedangkan kita? Lihatlah, langit bahkan cerah sejak awal kita meninggalkan Neomeda." Cerita Herlon.

"Maksudmu, karena sihir-sihir itu?"

"Kau bisa menyebutnya sekedar sihir. Namun sejatinya itu adalah perisai yang katanya, ditempa langsung oleh Dewa Hephaestus dan diberkati oleh Dewa Poseidon, pemilik lautan."

"Aku sudah mendengar banyak jenis sihir dan keajaiban belakangan ini," balas Jarvis.

"Hahaha, beradaptasi lah, bro. Karena berbagai keajaiban itulah kita masih hidup hingga sekarang."

Jarvis mengangguk seolah menyetujui.

"Tapi aku penasaran. Apa keistimewaan mutiara yang mereka incar itu?"

"Hmm, dari namanya saja mutiara keabadian. Aku tidak tahu pasti, yang jelas banyak orang berkata semua keinginan akan terkabul jika memiliki benda itu. Hidupmu juga akan bahagia, kaya, dan tak terkalahkan."

"Hmm, terdengar seperti mimpi."

"Begitu lah....."

Keduanya terdiam beberapa saat menikmati keheningan, masih akibat dari lelahnya pekerjaan menjadi awal kapal ini.

Herlon kemudian tiba-tiba bangkit, "Aku harus ke atas dulu. Baik-baik kau disini,"

Jarvis mengangguk dengan kepergian Herlon, lalu kembali mengamati irama ombak dari balik jendela kecil itu.

Ia memikirkan kembali bagaimana dirinya berakhir di sini, sedangkan ia adalah orang awam yang bahkan tak percaya hal-hal semacam berkat Dewa-Dewi. Namun sekarang, dirinya dipaksa mengikuti pencarian keajaiban dengan jalan keajaiban yang penuh keajaiban yang membuat kepalanya pening sekarang.


———

Hari silih berganti, setelah 3 hari mengarungi lautan dari daratan Neomeda, awak kapal dengan teropong di tangannya berseru bahwa kapal sudah mendekati tujuan.

"Akhirnya, sampai juga. Mereka hanya akan mengambil mutiara kemudian kita pulang, kan?" Tanya Jarvis pada Herlon yang berdiri di sampingnya.

"Kau mengatakannya seolah tak ada rintangan lagi untuk menuju ke sana,"

"Huh? Ada rintangan lainnya? Apa itu membahayakan? Atau bahkan mematikan?" Panik Jarvis.

"Yah, mereka bilang cukup dengan menyingkirkan si penjaga kesucian."

"Penjaga kesucian?"

"Mhm. Aku pernah mendengar ceritanya, ia jelmaan angsa milik Dewi—"

"Hah..... Aku harus menemui monster mana lagi...."

"Hey, dengar dulu! Mereka bilang mahluk itu bukan monster! Bahkan wujudnya persis seperti manusia dan mereka sudah pasti cantik dan rupawan. Mereka ini utusan Aphrodite,"

"Oh ya? Siapa dia? Secantik apa? Mereka ada banyak?"

"Entahlah. Itu hanya kabar yang beredar. Mereka yang dimaksud juga bukan dalam jumlah banyak. Melainkan jelmaan angsa itu yang menurunkan berbagai generasi, namun hanya satu sosok saja yang akan menjaga pulau."

"Kalau begitu, bukankah terdengar mudah untuk menyingkirkannya?"

"Semoga saja. Mutiara itu belum ada yang pernah mengambilnya, jadi belum ada yang bisa melewati si penjaga kesucian itu."

Jarvis diam kemudian mengamati awak kapal yang bekerja keras ketika kapal hendak berlabuh. Tak lama kemudian, jangkar diturunkan dan seluruh awak kapal tanpa terkecuali diminta untuk bersiap turun.

"Hey, bergabunglah jika akan ada pertempuran yang terjadi. Jika mutiara itu berhasil didapatkan, kita akan berpesta!" Ujar Herlon pada Jarvis yang kemudian membangkitkan semangat lelaki itu.

Akhirnya seluruh awak kapal berjalan. Pemimpin perompak masih dengan gagah membawa perisainya untuk perlindungan. Keajaiban bekerja, ketika seharusnya tak ada yang dapat menembus perlindungan pulau suci ini, namun akhirnya perompak penuh keserakahan itu membawa senjatanya, perisai suci dengan berkat Zeus di tangannya.

Dengan itu, Nivana di tengah tariannya, tertegun ketika sinar alami yang dipancarkan oleh mahkota miliknya meredup.





Magic Of The Aphrodite's Swan | NOMIN✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang