Perjalanan kelompok perompak itu sempat diganggu oleh beberapa hewan buas yang muncul, namun sekali lagi, mereka takluk oleh perisai yang dibawa sang pemimpin perjalanan.
Setelah menempuh jarak cukup jauh, akhirnya terlihat lah singgasana yang berupa susunan batu cukup tinggi. Di atas sana, jelas terdapat kerang putih besar yang mulutnya setia tertutup.
Belum selesai ketertegunan seluruh awak kapal, mereka disuguhkan pemandangan indah dari Nivana dan tariannya yang mengitari singgasana tersebut.
Pria manis itu berhiaskan mahkota dan baju putih bersih yang diterpa sinar mentari hingga membuatnya begitu terang. Liukkan tubuhnya seolah membuat semua yang menatap terhipnotis.
Namun tak mau berlama-lama terlena, pemimpin perompak di barisan paling depan dengan tak sabaran mengejar Nivana yang terus bergerak menari. Ia harus menghentikan tarian Nivana agar dapat mendapatkan mutiara keabadian segera.
Yang lain kemudian ikut membantu mengejar dan menangkap Nivana, walau beberapa di antaranya masih tenggelam terlena, seperti Jarvis. Lelaki itu rasanya ingin bersimpuh mengagumi keelokan paras jelmaan angsa Aphrodite tersebut.
"Argh! Tariannya terlalu lincah. Ia tidak dapat dihentikan," seru salah seorang awak kapal.
Kepala perompak yang sudah geram pun menarik pedangnya, kemudian kembali mengejar langkah anggun tarian Nivana.
Nivana di atas sana tiba-tiba merasa tak enak ketika dirasa sesuatu yang berbahaya memburunya. Ia melirik ke bawah menemukan ujung pedang terus membuntutinya. Ia merasa, pedang itu bukanlah pedang biasa, seolah pedang tersebut sama kuatnya dengan milik Dewa Ares atau pun ditempa dengan tembaga dari Gunung Etna.
Yang bisa Nivana lakukan hanya terus menari menjauhi ancaman pedang tersebut. Ia semakin takut ketika sinar mahkotanya semakin redup dan ia merasa tak dapat memegang kendali pada pulau ini.
Semakin lama ia semakin kalut, hingga tariannya tak karuan dan berakhir pedang kepala perompak itu berhasil menghunus ke kakinya, membuat kakinya terpotong dan jatuh begitu saja ke tanah.
"AAAAKH!!"
Pekik kesakitan datang dari Nivana, mengundang seringai kejam dari si pelaku.
"Akhirnya, aku berhasil menyingkirkanmu."
"Wah, bos! Kita benar-benar sampai untuk mengambil mutiara itu!"
"Tapi bos, akan kita apakan dia?" Tunjuk salah seorang pembantu kapal pada Nivana.
"Sebaiknya kita pakai saja dia, bos! Sayang sekali kalau dibiarkan, lihatlah dia begitu cantik wajahnya, tubuhnya juga!" Seru yang lain.
"Bagaimana?"
Sang kepala perompak mengabaikan usulan dari para awaknya dan beralih meminta pendapat pada 'orang pintar' yang dibawanya.
"Yang kutahu mereka tidak akan bisa cacat. Jadi setelah ini kakinya mungkin bisa tumbuh kembali, sekarang ia hanya kesakitan."
Kepala perompak mengangguk paham, kemudian menitah pada anak buahnya.
"Ikat dia di pohon! Biarkan ia disini saja, yang terpenting kita dapatkan mutiara itu. Ambil dan pakai mahluk ini setelah pesta,"
Perintah mutlak terdengar, kemudian sang pemimpin itu segera menuju ke puncak singgasana guna mengambil mutiara.
Di tempatnya, Jarvis masih terdiam. Ia menatap iba pada sosok rupawan yang tengah meringkuk sembari terisak di bawah sana. Ia tak bersinar secerah lagi seperti sebelumnya, namun kecantikannya tak pudar. Yah, Aphrodite's, indeed.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Of The Aphrodite's Swan | NOMIN✅
Fanfiction[END] Di sebuah pulau terpencil bernama Herathena, terdapat sesosok jelmaan angsa utusan Dewi Aphrodite yang menari sepanjang waktu guna menjaga mutiara keabadian yang diincar para manusia serakah di bumi. Di sisi lain, Jarvis tak sengaja bergabung...