"Nivana?"
"Dewi Aphrodite...?"
Nivana berdiri kaku di tempatnya ketika menyadari bahwa dirinya sekarang berhadapan langsung dengan Tuannya, Dewinya, Dewi Aphrodite.
"Kau tahu tujuanku kemari."
Nivana jatuh bersimpuh, ia menunduk sedalam-dalamnya menyadari semua kesalahan yang ia perbuat.
"Aku mohon ampun, Dewiku! Salahku yang lalai dalam menjalankan tugasku, sehingga gagal menjaga kesucian Pulau Herathena serta mutiara keabadian. Ampuni aku, Dewiku!"
"Hahhh... Memang para lelaki bedebah sialan itu-" Sang Dewi mencoba mengontrol emosinya.
"Aku mengerti kau tak sepenuhnya salah, apalagi kau hanya sendiri melawan para perompak dengan lindungan perisai yang serba kuat itu. Entahlah bagaimana bisa mereka mendapat berkat Zeus, bahkan menyebrangi lautan dengan izin Poseidon. Benar-benar tak dapat dipercaya."
Nivana masih menunduk dalam di tempatnya.
"Kau juga beruntung. Walau Hera kemarin dalam suasana hati yang buruk, namun aku berhasil mengalihkan emosinya agar murkanya hanya terfokus pada para perompak itu. Selebihnya, kau selamat. Kalau Athena, jelas ia akan membantai mereka hidup-hidup, kita tahu kebenciannya pada lelaki, bukan? Terutama jika mereka menggangu teritorialnya."
Diam-diam Nivana sedikit lega diceritakan seperti itu, artinya ia tak memicu kemarahan dua Dewi terhebat Olympus tersebut.
"Namun tetap saja, kau mencoreng namaku sebagai utusan yang kukirim langsung untuk menjaga tempat itu. Sebagai hewan suciku pula, kau menodainya. Aku tak suka kalian terlihat begitu lemah, kau mengerti, kan?"
Nivana buru-buru mengangguk di tengah tundukannya yang semakin dalam.
"Namun ternyata, kulihat kau jatuh hati pada seorang manusia, ya?"
Tertegun. Nivana tahu sang Dewi tentu mengetahui segala hal, namun apakah Ia akan membawa-bawa Jarvis di sini? Ah, tidak! Jarvis juga termasuk dalam kelompok perompak itu!
"Benar. Kau jatuh hati pada manusia yang sempat menjadi bagian dari para perompak itu. Ckckck, kalian jatuh hati begitu cepat. Apalagi pemuda itu, sial. Sedetik setelah melihatmu, ia bahkan sudah merencanakan jumlah anak yang akan dibuatnya bersamamu,"
Oh, apa sekarang sang Dewi sudah mulai melaksanakan hukumannya? Karena Nivana benar-benar dibuat malu dengan perkataan itu.
"Hahhhh... Kau kembali beruntung, sisi cinta sedang menguasai diriku. Aku tak akan memberi siksa yang berat, pun karena pengabdianmu yang penuh kesetiaan hanya dinodai oleh dirimu yang tak berdaya. Kuminta, sebelum matahari terbit nanti, kau harus sudah berada di sungai Syve. Sungai terdekat dari dirimu berada sekarang. Kembalilah ke wujud asalmu, Nivana. Dan jangan sampai terlambat, atau aku akan memperberat hukumanmu,"
Nivana sejenak menatap kosong, kemudian mengangguk pelan menyanggupi titah sang Dewi.
"Terima kasih atas kemuliaan hatimu, Dewiku. Pujaku untukmu. Terima kasih banyak, Dewiku."
Nivana kemudian merasakan sosok di depannya mulai menghilang, kemudian ia kembali ditarik ke dunia nyata.
Ia terbangun dari tidurnya. Lalu menoleh cepat ke jam antik di dinding yang menunjukkan pukul lima pagi. Hanya sedikit waktu yang tersisa sampai matahari terbit.
Ia pun segera membangunkan Jarvis yang masih terlelap, lelaki itu terlihat begitu kesal ketika tidur nyenyaknya diusik paksa.
"Jarvis. Antarkan aku ke sungai Syve!"
"Huh? Ap- Hey! Jangan tarik-tarik, ragaku bahkan belum bernyawa!"
Namun Nivana tetap menyeret tubuh Jarvis untuk keluar dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Of The Aphrodite's Swan | NOMIN✅
Fanfiction[END] Di sebuah pulau terpencil bernama Herathena, terdapat sesosok jelmaan angsa utusan Dewi Aphrodite yang menari sepanjang waktu guna menjaga mutiara keabadian yang diincar para manusia serakah di bumi. Di sisi lain, Jarvis tak sengaja bergabung...