Kritik dan saran diterima dengan pintu yang lebar.
Entah mengapa hari terakhir mos ini begitu lama sekali tidak seperti saat aku mengikuti mos saat di smaku yang dulu. Entah kenapa aku menjadi merindukan pelukan hangat Ibu.
Homesick.
Setiap orang yang pergi dari kampung halamannya pasti akan terkena penyakit yang menyakitkan itu. Ya homesick adalah penyakit menurutku.
"Lo engga makan?"Tanya Jessica. Aku tersenyum lalu mengangguk.
"Serem lo, kalo senyum kaya gitu."
Aku mengerutkan dahiku, bingung."Kenapa?"
"Nanti lo dikira lesbi, senyum kayak begitu ke gue."
Aku tertawa dengan kencang sampai akupun tak sadar sudah menarik perhatian murid yang ada dikantin.
"Ups, hehehe."
"Lo tau, Prince natap lo di jarum panjang angka tiga." Ucap Jessica. Aku langsung menolehkan kepalaku.
Astaga!
Dia adalah pria yang sama yang menanyaiku tentang tujuan kenapa aku masuk ke sekolah ini. Pantas saja, lihatlah wajahnya yang sombong itu.
"Mau apa dia melihatku?" Tanyaku. Jessica menggelengkan kepalanya. Astaga, ini nightmare!
"Mungkin dia menyukaimu," Ucapnya santai. "Atau memang tidak sengaja melihat karena lo teriak tadi."
"Mungkin."
Aku benar benar butuh istirahat sekarang, benar saja kepalaku mulai berdegung dan pandanganku mulai gelap.
---
Aku mengerjapkan mataku, dimana aku mengapa catnya berubah menjadi warna cream? Seingatnya kamar asramanya berwarna putih.
"Lo ada diUks, kalau lo bingung."
Aku langsung menolehkan kepalaku kearah sumber suara.
"Makasih udah tolongin gue."Aku segera bangun dari ranjang dan keluar dari uks. Aku melihat Jessica dikantin bersama sekelompok anak terkenal aku rasa.
"Hey J!" Sapaku pada Jessica. "Hey, guys she is Disty and Disty they are my friends from junior high school." Ucapnya dengan riang.
"Disty." Aku hanya tersenyum lalu memijat dahiku pelan.
"Lo udah engga kenapa kenapa? Setelah tadi pingsan gitu ajah, ah gue baru inget lo belum sarapan." Aku tersenyum mendengar celotehan Jessica.
"I'm fine." Jessica menghembuskan nafasnya setelah mendengar ucapanku.
"Gue ke kamar duluan ya, bye." Mereka mengangguk aku langsung melangkahkan kakiku kearah kamar asrama.
Selama perjalanan aku merasa ada yang mengikutiku namun aku mengacuhkannya. Karena siapa tahu ada yang berjalan kearah asrama seperti aku, namun saat menoleh kebelakang tidak ada siapapun disana.
Akhirnya
Aku segera mencari kunci didalam tasku. Lalu segera memasukannya kedalam lubang kunci.
"Hey!"
"Akh." Tanpa sengaja aku menjatuhkan kunciku, siapa suruh aku dikejutkan begitu saja.
"Maaf, tadi saat diUKS lo ninggalin makanan yang dari Dokter." Ucap pria yang tadi berada diUKS sembari menyodorkan tempat makan berisi makanan kepadaku.
Aku segera mengambilnya,"Makasih lagi." Dia mengangguk.
"Gue pergi dulu jangan lupa di minum obatnya, kata dokter magh lo udah kronis." Ucapnya lalu pergi begitu saja.
Well, setidaknya ada makanan disini.
-----
Silahkan Kasih saran atas cerita di atas
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Cold
Teen FictionI met in a pool party, his eyes was intimidated me. He said i'm going to be his princes. Seems like a pycho he is a possesive boy. He has a cold heart couldn't touch, yet. @ItsAraHill