"Lu dimana, Nay?"
"Gue lagi rapat. Kenapa, Ka?"
"Keluar. Gue digerbang"
"Gak bisa, Ka. Gue gak enak sama yang lain. Nanti kalo udah selesai--"
"Sekarang, Bilia Nataya."
"Oke, otw"
Setelah menutup sambungan telpon, Bina segera meminta izin kepada para seniornya. Jujur, ia sangat takut. Tapi lebih takut ketika Raka memanggil nama lengkapnya. Karena cowok itu bisa saja menghancurkan ruang rapat eskulnya saat ini.
Bina berlari dengan kencang menghampiri cowok dengan seragam sekolah yang terlihat sangat acak acakan dengan kedua kancing atas terbuka itu.
"Kenapa, Ka? Gue sibuk banget. Jangan lama lama ya?"
"Lu apa apaan sih, Nay?"
Bina mengerutkan dahinya. "Hah? Maksudnya? Gue ngapain?"
"Temen temennya Aila ngadu ke gue kalo lo tadi bikin bajunya basah ketumpahan air pel. Maksud lo apa sih, Nay? Lu sebenci itu sama Aila?"
"Ka.. Lu yang apaan tau gak?!" sentak Bina tidak terima.
"Oke, gue emang buat baju Aila tadi basah. Tapi gue gak sengaja! Apa untungnya buat gue basahin bajunya sih, Ka"
"Karena lo benci dia"
"Emang!"
"Tapi harusnya lo juga mikir, Ka! Siapa yang buat gue harus ngepel koridor yang panjang banget itu! Ngotak gak sih lo? Hah?!"
"Kalo lo gak ngejanjiin buat jemput gue, dan lebih milih jemput Aila, gue gak bakal dihukum sama senior gue gara gara gak bisa jadi petugas upacara!"
Raka diam. Ia melupakan fakta itu. Fakta bahwa ia berjanji mau menjemput Bina tapi mengingkarinya dan malah menjemput Aila. Membuat Bina dihukum oleh para seniornya.
"She's my girlfriend, Nay"
"Udahlah. Terserah lo. Itu ajakan? Nanti gue bakal minta maaf sama tuan putri Aila kesayangan lo itu, Puas? Itukan yang lo mau?" ucap Bina penuh emosi.
Raka ini memamg sangat senang merusak moodnya. Sudah sejak pagi mood Bina kacau, sekarang masih belum puas juga membuatnya keluar ruang rapat dimana tatapan tajam para senior seperti akan menerkamnya. Keren. Anuraga Raka Selangit memang paling keren. Belum ada 24 jam, cowok itu sudah tiga kali membuat darahnya mendidih. Pertama, mengingkari janjinya dan lebih memilih menjemput pacar tersayangnya. Kedua, membuatnya dihukum mengepel koridor. Dan ketiga, membuatnya tidak tahu malu meninggalkan rapat yang sedang panas panasnya. Terimakasih Raka, kamu memang sangat handal mempermainkan Bina.
Saat Bina hendak membalikkan badannya, berniat meninggalkan Raka, cowok itu segera menahannya.
"Ambil" ucapnya memberikan plastik berisi makanan. "Gak pake daun bawang, sambelnya dua sendok, sengaja gue gak mesen setengah porsi biar makan lu banyak. Ada telor puyuhnya juga."
"Oh sama ini" Raka mengambil sesuatu dari kantongnya. "Gulanya dikit" lanjutnya memberikan minuman rasa kopi.
Bina menatap plastik ditangannya. Lalu beralih menatap Raka.
Keren banget lo, Ka. Ngacak ngacak perasaan gue segininya banget.
"Thanks, tapi gak us--"
"Makan, Bilia. Abisin."
Bina menghela nafas. "Fineee" ucapnya pasrah.
"Good girl! Jangan lupa pap kalo buburnya udah abis. Gue cabut"
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil dia luka
Teen Fiction"Gua salah Nay, gua butuh lo. Plis balik ke gua" ini tentang hubungan antara Raka dan Bina yang seharusnya tidak mereka ulang. Karena pada akhirnya, salah satu diantara mereka kembali lagi terluka. Bina yang tidak sanggup pergi, dan Raka yang tidak...