2. 'Lu gak salah, i know, Nay'

6 1 0
                                    

"Lo gimana sih, Ka. Ngepedekatein Bina, tapi balikan sama Aila. Sinting!"

Raka tersenyum. "Yaelah, Ji. Lebay amat"

"Mending buat gue deh sini, Bina. Anaknya cakep juga"

"Yeee gak boleh. Dia masih punya gue"

"Cih! Pinyi gii. Jadian aja kagak tong!"

"Gak bakal"

"Apanya gak bakal"

"Jadiannya"

"Wahhh gila. Terus lu ngapain masih stay sama Bina, monyetttt. Sinting ya lo? Pilih salah satu lah anjing jangan serakah!"

"Jelas Aila lah."

"Tapi gue gak bakal mau lepas Bina"

"Beneran sinting nih orang. Lu anjing apa babi, nyet?"

"Udah ah berisik. Pokonya gue mau Aila. Tapi butuh Bina"

"Apasi. Ambigu banget. Butuh apa? Temen ranjang?"

"Nggak lah bego!"

Aji dan Raka yang sedang mengobrol disalah satu cafe sambil menikmati kopi dan rokok mereka, tidak menyadari sejak tadi berdiri seorang gadis yang tengah menatap lurus kearah mereka berdua. Sungguh, rasanya saat ini jantung Bina serasa berhenti berdetak. Kata kata dari Raka yang ia dengar, membuat nafas Bina tercekat. Sampai ia harus menghirup udara dalam dalam.

Raka yang menyadari ada yang memperhatikan sejak tadi, menoleh. Ia menatap kearah Bina yang tengah menunduk berusaha mengambil nafas.

"Naya..." ucapnya pelan.

Sang empu pun, mendongak. Menatap manik yang tampak terkejut dengan kehadirannya. Begitupun lawan bicara yang sedang duduk dihadapannya. Ia menoleh pada tatapan yang Raka tuju.

"Gila!" ucap Aji spontan.

Bina menatap Raka dalam. Menyiratkan betapa terlukanya dirinya. Berharap tatapannya dapat memberi tahu Raka apa yang ia rasakan sekarang.

Raka bangkit dari duduknya. Ia yakin, Bina mendengar jelas semua percakapannya dengan Aji.

Bina membalikkan badan. Lebih memilih pergi meninggalkan tempat itu. Jujur, saat ini rasanya Bina ingin memukuli Raka tanpa ampun. Tapi hati kecilnya sangat sakit hanya untuk bertatapan dengan cowok itu. Ia tidak sanggup berdiri lebih lama menatap cowok yang ia anggap benar benar sudah mencintainya setulus hatinya. Tapi ternyata, dihatinya masih bersarang masa lalunya. Dan yang paling mengejutkan, ialah fakta bahwa mereka balikan.

Bina tersenyum pahit.

Jadi maksud Raka mendekatinya itu apa?

Formalitas agar terlihat bahagia setelah putus dari mantannya?

Atau memang karena ia butuh pelampiasan? Dan Bina adalah target paling mudah?

Seharusnya Bina mendengarkan perkataan Thalia dari awal. Raka tidak mungkin secepat itu berpaling dari Aila yang hubungannya sangat didukung satu sekolah.

Seharusnya Bina tidak luluh saat Raka menariknya dari hantaman hujan.

Seharusnya Bina tidak luluh saat Raka menyebut namanya saat orang lain tidak mengenalnya.

Seharusnya Bina tidak luluh dengan helm yang Raka pakaikan untuknya.

Seharusnya Bina tidak luluh dengan jaket yang Raka sampirkan dipahanya karena terekspos.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Panggil dia lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang