Biasa & Cukup Umum Bukan?

5 2 0
                                    

KRINGG!!

    Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi, seorang gadis dengan piyama oversize dan wajah kusut khas bangun tidur itu terduduk ditempat tidur setelah mematikan alarm.

    El masih diambang kesadaran gadis itu masih terpaku mungkin arwahnya belum kembali total. Ia mencoba mengingat scedule-nya hari ini.

     "Astaghfirullah!" El berseru kencang sembari mengacak surai pendek dengan potongan seperti anak lelaki itu. Ia bergegas turun dari tempat tidur lantas mengambil handuk dan mandi dengan mode turbo.

     Melewatkan sarapan dan bersegera melaksanakan kewajibannya kepada yang maha esa. Sungguh gadis itu lupa jika hari ini adalah hari pertamanya magang  di toko pastry.

     Gadis itu merapikan posisi jilbabnya setelah menaiki bus dengan tujuan destinasinya. El mencoba menenangkan diri yang masib diliputi kecemasan.

     Seorang wanita hamil menaiki bus yang ditumpangi El di pemberhentian selanjutnya. Tak ada tempat duduk tersisa untuk wanita itu, bahkan tempat khusus untuk wanita hamil pun telah diduduki oleh seorang cowok seumurannya.

     "Ck!" Ngerusak pagi gue aja tu pemandangan" El berdecak kesal menghampiri cowok tak tahu malu itu.

     "Pindah" Gadis itu menatap cowok dihadapannya datar, namun cowok itu berlagak menulikan diri menghiraukan El yang semakin dongkol, namun selanjutnya gadis itu terlihat tersenyum usil sepertinya ia memiliki ide cemerlang mengusir rasa dongkolnya.

     "Misi, hamil ya kak? Gapapa kak duduk aja, ntar anaknya keguguran" El tersenyum lembut sembari menahan tawa menatap cowok dihadapannya yang wajahnya mulai terlihat memerah menahan malu.

     "Sialan!" Cowok itu bergegas turun saat bus yang mereka tumpangi berhenti di pemberhentian. Penumpang bungkam dan menatap gadis muda itu dengan tatapan yang sulit diartikan entah itu takjub ataupun maksud lainnya.

     Namun El sudah cukup muak dengan tatapan-tatapan sejenis itu terutama dengan orang-orang yang hanya bungkam dengan pemandangan sejenis tadi.

      Bukannya apa, hanya saja ia miris menatap masa depan negri yang dicintainya ini. Banyak dilingkungan kita penyelewengan hak seperti tadi, bukan tidak banyak generasi muda negri ini hanya saja mereka menutup mata dan hati kepada keadilan. Bahkan seperti tadi, para pemudalah yang merusak masa depan mereka sendiri.

°EL°

     El bersenandung kecil sembari berjalan santai di trotoar, ia ingin menikmati sore yang indah ini. Mungkin tidak bagi banyak orang, namun bagi gadis itu tidak ada yang disebut waktu atau kejadian sial dalam kesehariannya. Semua terasa indah bagi gadis manis itu, bukti bahwa ia mensyukuri apapun yang diberikan tuhannya.

     Suasana trotoar dan jalan raya terdengar bising akan suara deruman mesin kendaraan yang berlalu lalang, memenuhi pendengaran gadis yang baru menginjak umur 20 itu. Suara percakapan manusia dan berita dari toko-toko yang dilewatinya juga tak luput dari pendengaran. Namun sebuah perdebatan kecil menarik perhatian gadis dengan jiwa penuh keadilan itu.

    "Saya rasa uang saya pas kang... " seoarang wanita yang tampak berusia akhir 20an itu memohon lirih pada pedagang sebuah toko elektronik. El mengernyitkan alisnya bingung menatap pemandangan tersebut, ia melangkahkan kaki kedalam toko elektronik bernama "Elektronik Jujur" itu.

     "Uang ibu jumlahnya kurang bu" pedagang itu mulai mengeraskan volume suara kepada pembelinya yang buta, wanita muda yang didengarnya memohon tadi ternyata adalah seorang tunanetra. Wanita dengan pakaian lusuh tadi berjalan gontai keluar dari toko.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang