1999Gadis itu menatap nanar bayi dalam buaiannya, ah ralat ia kini bukan lagi seorang gadis. Paradise Stephanie adalah seorang wanita kini.
Bayi itu terus meraung kencang, memekakkan telinga sebetulnya. Namun wanita itu lagi-lagi hanya menatap nanar bayi malang itu. Ia bingung, apa yang harus dilakukannya kini. Paradise benar-benar tak memiliki pengalaman untuk menjadi seorang ibu.
Seharusnya Paradise melalui usianya yang ke-20 dengan berkuliah dan bergembira dengan gadis seusianya. Namun wajah cantik dengan netra hijau safir itu malah terperangkap dengan nasibnya.
Ting tong
Bel rumah minimalis itu berbunyi, menandakan seseorang berada di depan puntu. Paradise meletakkan Hearadith, putrinya yang sudah tertidur lalu berjalan menuju pintu.
"Heaven?" Wanita itu membelalakkan mata indahnya menatap lelaki jangkung dengan sisa darah dipelipisnya. Paradise mengusap lembut pelipis lelaki dihadapannya, lelaki itu tersenyum tipis lantas menggenggam tangan Paradise yang mengusap pelipisnya.
"Aku baik-baik saja, hanya kecelakaan kecil, kamu tidak perlu khawatir Dise" Heaven mengusap pipi Paradise halus lalu memeluk wanita cantik itu erat.
"Oh" datar Paradise kepada Heaven yang menatapnya bingung.
"Apa? Kamu menganggapku apa Eave? Kita sudah cukup lama bersama, masih belum pantaskah kamu mempercayaiku?" Wanita itu tertawa ketir melihat Heaven yang terdiam seribu bahasa.
"Aku hanya tak ingin membuatmu terlalu khawatir Dise"
"Lalu ap-" tangisan Hearadith seketika melerai perdebatan ibu dan ayahnya. Paradise menjeling Heaven tajam lantas bergegas menuju ranjang bayi milik putrinya, meninggalkan Heaven yang hanya dapat menatap kepergian Paradise.
"Sepertinya akhir-akhir ini putri kita sering meraung dan susah tidur" Heaven memberanikan dirinya mendekati Paradise yang tengah menenangkan putri mereka. Wanita bersurai ikal kemerahan itu tampak sangat gusar dan khawatir.
"Aku sangat takut Eave... tidak biasanya Heara seperti ini. Seharusnya aku mengeceknya ke dokter sejak kemarin" tubuh wanita itu tampak bergetar selagi membuai Hearadith yang terus meraung seolah sesuatu menyakitinya.
"Jangan takut Dise, kita akan membawanya ke dokter" lelaki bersurai pirang itu memeluk wanita di hadapannya, mengelus punggungnya berirama lalu mengusap bulir bening yang mulai berjatuhan di pipi Paradise.
"Biarkan aku pergi bersama Hearadith besok, jika kamu ikut musuhmu akan melihatmu Eave..."
2001
"Ini bukan seperti yang kamu lihat, seseorang menjebakku, ini bukan sepenuhnya salahku Dise."
"Kali ini siapa?" Wanita itu masih mengulang pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya sembari menatap kosong atas borgol yang mengunci tangan heaven.
"Kamu begitu bersikeras Paradise Stephanie. Baiklah, seorang rentenir menjebakku, jika aku dapat membunuh Erick, atasan kantorku, maka hutangku akan lunas. Berhubung aku tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan atasanku itu, tawaran itu kusetujui, tentu saja." Jelas Heaven tanpa raut bersalah menatap lekat wanita dihadapannya yang terlihat lelah dan jengah.
"Kamu masih melakukan hal itu Eave?"
"Aku hanya menerima tawaran seperti itu jika aku benar-benar membutuhkannya, maafkan aku Dise telah membuat kehidupanmu dan Heara menjadi seburuk ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Short StoryBanyak hal terjadi dalam kehidupan, semua berlalu, terlupakan, bukankah begitu? Sama halnya dengan aku, kamu, dan kita yang akan saling melupakan begitu saja nantinya.