Keinginan Pak Firman

3 1 0
                                    

Dunia terlalu bebas bagi Mawar, entah apa yang membuatnya menjadi seperti itu. Jika dilihat dari lingkungan keluarganya, mereka termasuk keluarga yang disegani masyarakat. Orangtuanya dikenal sangat baik dan ramah juga taat dalam beragama. Kakek dan neneknya adalah tokoh masyarakat yang sangat terpandang di desanya. Berkat pengabdian dan jasa-jasanya dalam mengembangkan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat di Desa Merpati Raya, kakeknya pernah menjadi Kepala Desa di sana. Desa Merpati Raya merupakan tempat kelahiran ayah Mawar, Pak Firman. Mereka hanya berkunjung sekali dalam setahun terutama di Hari Raya saja dikarenakan kesibukan ayahnya di Jakarta. Kesibukan tersebut tentu tak menghalangi mereka untuk saling bertukar kabar.

Semenjak kelas IX SMP, perilaku Mawar semakin berubah. Hal tersebut dikarenakan pengaruh lingkungan pertemanannya. Kini ia mulai sering terlambat pulang sekolah karena mengikuti teman-temannya pergi ke Mall, ke rumah teman bahkan tempat-tempat nongkrong lainnya yang biasa dikunjungi para remaja. Tentu saja hal itu membuatnya selalu pulang jam 6 sore bahkan pernah sekali ia pulang jam 8 malam. Bundanya selalu diliputi berbagai macam perasaan jika ia pulang terlambat. Sedih, karena melihat perubahan perilaku Mawar yang semakin meresahkan hati. Khawatir, jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Kecewa, karena tak mampu membimbing anaknya menjadi pribadi yang diharapkan sebagian orangtua untuk menjadi anak yang baik, juga bermacam perasaan lainnya yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Seringkali bundanya menasihati agar tak melakukan hal yang mengkhawatirkan namun tetap saja Mawar terus mengulanginya. Ayahnya pun sudah tak sanggup dengan kelakuan putri tunggalnya itu hingga terlintas dalam pikirannya untuk mengirimnya ke pesantren. Pak Firman memiliki harapan bahwa jika ia dikirim ke sana akan mengubah perilakunya serta mendapatkan ilmu agama yang lebih baik. Hal itupun diutarakan kepada istrinya dan mendapat persetujuan atas rencana tersebut demi kebaikan putrinya.

Seperti pagi biasanya, keluarga Pak Firman selalu sarapan bersama di meja makan mereka. Pagi ini agak berbeda, ada hal penting yang ingin dibicarakan kepala keluarga tersebut kepada keluarga kecilnya. Gelas transparan yang berisi air yang telah berkurang separuhnya diletakkan pak Firman di meja makan lalu mengambil tisu untuk menyeka bekas minyak di bibirnya. Tepat di sampingnya, terlihat seorang ibu muda yang bernama Ibu Yasmine juga putrinya yang bernama Mawar tampak menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut pak Firman.
Seperti pagi biasanya, keluarga Pak Firman selalu sarapan bersama di meja makan mereka.

“Mawar,” Pak Firman memulai ucapan dengan menyebut nama putri tunggalnya.

“Iya Ayah,” sahut Mawar.

“Ayah berencana mendaftarkan kamu masuk ke pesantren setelah kelulusan SMP.”

“Apa…?” tanya Mawar dengan nada yang agak ditinggikan karena kaget.

Mawar tak pernah terpikirkan sama sekali untuk masuk ke pesantren. Beberapa hari yang lalu ia dan teman-temannya berjanji untuk melanjutkan ke SMA yang sama.

“Iya Mawar, Ayah ingin kamu melanjutkan sekolah di pesantren. Di sana kamu bisa belajar menjadi anak yang lebih mandiri, paham ilmu agama, dan berada di lingkungan yang baik.” jelas Pak Firman.

“Tapi Ayah, Mawar sudah janji ke teman-teman Mawar untuk lanjut di sekolah yang sama. Lagipula kalau Mawar masuk ke pesantren jadi nggak bisa ketemu dan jalan-jalan sama temen-temenlagi, terus juga nggak bisa sarapan bareng Ayah dan Bunda kaya begini.”sanggah Mawar untuk meyakinkan ayahnya.

“Nanti kan bisa sarapan bareng lagi kalau waktunya liburan sekolah,” sambung Ibu Yasmine ikut meyakinkan Mawar.

“Beda Bunda. Pokoknya Mawar nggak mau sekolah di pesantren maunya di sekolah biasa aja.” Mawar tetap kukuh pada keinginannya. Kemudian ia mengambil tas dan berlalu meninggalkan kedua orang tuanya yang masih duduk di meja makan sehingga membuat Pak Firman menghela napas sambil menggelengkan kepala melihat perilaku putri semata wayangnya tersebut. Setelah memakai sepatu, Mawar langsung keluar rumah untuk berangkat ke sekolah.

Penjaga AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang