Kehadiran Alfie

1 0 0
                                    

Mawar membuka sepatu sekolahnya di depan rumah dan meletakkannya di rak sepatu yang terletak tepat di samping pintu utama. Sambil mengucapkan salam, ia berjalan menuju ruang tamu untuk menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di sofa sambil mengobrol. 

“Assalamualaikum Ayah, Bunda,” Mawar mengucapkan salam kembali lalu mengambil tangan ayahnya untuk disalami, begitu pula kepada bundanya. Mawar berbalik dan hendak menuju kamarnya tetapi langkahnya terhenti karena melihat sosok seorang lelaki muncul dari arah kamar tamu.
Masih dalam keadaan bingung, Mawar mengangkat tangannya dan mengarahkan jari telunjuknya kearah lelaki yang berdiri 2 meter di hadapannya sambil menoleh memfokuskan tatapannya ke mata ayahnya seolah bertanya ‘Ayah, itu siapa?’. 

“Itu Kak Alfie, anak teman Ayah yang tinggal di Bandung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Itu Kak Alfie, anak teman Ayah yang tinggal di Bandung. Untuk sementara Kak Alfie akan tinggal di sini beberapa bulan karena lokasi magang kuliahnya di Jakarta.” Pak Firman menjelaskan tanpa ditanya oleh Mawar. 

“Ooh…” jawab Mawar sambil berlalu begitu saja melewati Alfie yang masih berdiri, lalu membuka pintu kamarnya yang berwarna pink.

***

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini suasana di meja makan keluarga Pak Firman terlihat berbeda karena kehadiran Alfie di rumah mereka. Meja makan yang biasanya hanya terdiri dari 3 tempat duduk, sekarang menjadi 4 dengan tempat duduk tambahan. Setelah selesai makan Pak Firman menatap putrinya yang masih menikmati makanan di piringnya. 

“Hmm… Mawar.” panggil Pak Firman.

“Iya, Ayah,” 

“Jadi begini, … Ayah sudah memikirkan tentang penolakan Mawar untuk masuk ke pesantren. Ayah mengizinkan Mawar untuk memilih sekolah sendiri di sini.”

  “Wah, serius Ayah,” seru Mawar sambil kegirangan.

“Iya serius, tapi sebagai gantinya Ayah meminta Kak Alfie untuk menemani Mawar saat ke sekolah dan menjemput Mawar dari sekolah, begitu juga kegiatan Mawar yang lainnya.”

“Hah?” Mawar membelakakan matanya tak percaya dengan perkataan ayahnya. 

“Kamu bersedia kan Alfie?” tanya Pak Firman ke Alfie.

“Siap Om,” jawab Alfie.

“Apa sih Ayah, Mawar kan bukan anak kecil lagi, kenapa harus ada yang antar jemput?” protes Mawar ke ayahnya.

“Ya sudah kalau Mawar tidak mau, berarti harus mau masuk ke pesantren.”

“Ya sudah deh terserah Ayah saja.” akhirnya Mawar mengalah juga dengan keputusan ayahnya walaupun sedikit kesal dan tidak senang dengan keberadaan Alfie di rumahnya.

***

Penjaga AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang