One Day Before You Go

0 0 0
                                    

"Maafkan saya Alfie, demi menjaga putri saya kamu menjadi celaka seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maafkan saya Alfie, demi menjaga putri saya kamu menjadi celaka seperti ini. Seharusnya saya menjagamu sama seperti ayahmu yang selama ini selalu bersikap baik pada saya. Apa yang harus saya lakukan untuk menyelamatkanmu" ucap Pak Firman dalam hatinya.

Masih dalam lamunan, Pak Firman menatap kosong wajah Alfie yang masih terpejam. Sedetik kemudian ia bangkit dari tempat duduknya. Baru saja berbalik, samar-samar ia mendengar suara lirih yang ternyata berasal dari mulut Alfie. Pak Firman mendekatkan dirinya ke wajah Alfie.

"Mawar...", rintih suara Alfie menyerukan nama Mawar.
" Alfie... " panggil Pak Firman. Alfie berusaha membuka matanya walau masih terasa berat karena pengaruh obat bius.
"Om," suaranya masih sangat lemah hingga hampir tak terdengar.
"Iya Alfie, ini Om. Kamu istirahat saja dulu."
"Mawar,, bagaimana keadaan Mawar, Om? Apa Mawar baik-baik saja?" Alfie terus bertanya seakan lupa dengan keadaannya sendiri.

"Kamu tidak usah khawatir Alfie, Mawar akan baik-baik saja. Fokus sama pada kesembuhanmu." saran Pak Firman meskipun banyak raut kekhawatiran terlihat di wajahnya.
"Maaf Om, Alfie lengah dan lalai dalam menjaga Mawar."
"Harusnya Om yang minta maaf sama kamu karena sudah membuat kamu celaka demi menjaga putri Om."
"Tidak apa-apa Om, Mawar sudah saya anggap seperti adik saya sendiri."

Sore hari ia tampak sedikit sehat dan bisa bangun dari tempat tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore hari ia tampak sedikit sehat dan bisa bangun dari tempat tidurnya. Ia berniat mengunjungi ruangan tempat Mawar dirawat. Ia berjalan dengan langkah yang masih gontai sambil berpegangan pada dinding rumah sakit. Luka di perutnya masih terasa sakit namun tetap dipaksakan untuk melihat keadaan Mawar. Beberapa langkah lagi ia akan sampai di kamar Mawar dirawat. Belum sempat ia membuka pintu, terdengar sebuah teriakan seorang gadis yang sangat ia kenal suaranya. Tidak salah lagi itu pasti suara Mawar. Alfie mengintip melalui kaca kecil yang ada di bagian atas daun pintu ruangan tersebut. Ia bisa melihat sedikit pemandangan di dalam, ada Mawar yang sedang mengamuk juga ayah bundanya yang berusaha menenangkan.
"Nggak mungkin, ini nggak mungkin. Mawar nggak mau buta, Mawar mau bisa lihat dunia ini. Mawar nggak boleh buta, Mawar mau sekolah. Ayah sama Bunda jangan bercanda, cepat nyalakan lampunya." teriak Mawar berulang-ulang, tak terima dengan keadaan matanya yang tak bisa melihat.

Alfie hendak kembali ke kamarnya, ia tertunduk lesu. Ia merasa bersalah karena gagal melindungi Mawar malam itu. Alfie duduk di tepi kasurnya sambil menunduk, tak lama beberapa tetes air mata mulai membasahi wajah pucatnya sebagian lagi menetes di pakaiannya.

Malam itu ia merasakan sakit yang semakin parah dari bekas luka tikaman di perutnya. Pak Firman yang memang hendak mengontrol keadaannya pun terkejut saat melihat Alfie sedang merintih menahan sakit. Pak Firman kembali ke luar untuk memanggil dokter agar memeriksa keadaan Alfie. Dokter memberitahu bahwa keadaannya kritis dan harus dioperasi karena ada bagian organ dalamnya yang terluka parah. Pak Firman meminta dokter untuk segera melakukan operasi pada Alfie namun seperti ada keraguan di wajah dokter tersebut. Keberhasilan operasi tersebut sangat kecil dan sangat beresiko, Pak Firman semakin bingung.

"Om, bisa minta tolong ambilkan saya kertas dan pulpen" pinta Alfie dengan terbata karena masih menahan sakit. Tak menunggu lama, kertas dan pulpen segera diberikan oleh perawat yang sedang mendampingi dokter.
Selang beberapa menit, Alfie menyerahkan kertas yang sudah dipenuhi tulisan itu kepada pak Firman.
"Om, kalau saya tidak bisa bertahan malam ini, tolong berikan surat ini kepada Mawar. Begitu juga mata saya ini Om, saya mau donasikan pada Mawar agar ia bisa melihat lagi. Tolong penuhi permintaan terakhir saya ya, Om. Terimakasih Om telah bersikap baik pada saya selama saya di sini."
"Alfie, kamu harus kuat. Kita usahakan operasi kamu malam ini ya. Kamu dan Mawar pasti sembuh." mohon Pak Firman pada Alfie dengan raut yang sudah pasrah.
"Maaf, Om. Sepertinya saya sudah tidak kuat lagi, Om. Titip salam pada Mawar ya, Om." ujar Alfie dengan air mata yang sedari tadi membanjiri wajahnya. Alfie menyandarkan kepalanya di bantal lalu perlahan-lahan pejaman matanya semakin tenang karena tak lagi merasakan sakit. Dokter memeriksa keadaannya untuk memastikan apa yang terjadi dan benar saja jika Alfie telah berpulang kepada Sang Khaliq.
Pak Firman terjatuh terduduk di samping tempat tidur Alfie sambil meneteskan airmatanya karena melihat putra sahabatnya itu meninggal di hadapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penjaga AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang