Magic

8 2 0
                                    

Hati itu ajaib, ya. Kenapa ia berdetak seakan dialah yang mengendalikan semuanya. Anehnya, aku suka.
______________________

Senja begitu dingin di ibu kota. Banyak kendaraan yang berlalu lalang di sore yang teramat dingin. Citra memperhatikan awan ibu kota yang penuh dengan warna jingga. Ada guratan pink di sebagian awan yang menyilaukan warna jingga. Citra sangat suka senja. Karena ia bisa mengingat sebuah kenangan.

Masa lalu dan senja :(

Satu Minggu ini Citra merasa sangat bosan di rumah. Usaha yang tengah ia jalani pun sangat sepi pelanggan. Ditambah saat ini ia tengah menghadapi masalah yang benar-benar membuatnya stres. Ya, apalagi kalau bukan pernikahan ini.

Pernikahan antara dirinya dan Rangga terkesan sangat dingin dan acuh. Ia tidak memperdulikan Rangga dan sebaliknya lelaki itu juga tidak memperdulikan Citra. Mungkin mereka hanya bertatap mata saat makan saja. Entahlah, Citra merasa tidak cocok dengan kehadiran Rangga yang teramat dingin.

Drttttdrttttdrrtttt

Bunyi ponsel berdering. Citra yang tengah asik menatap gurat senja di atas balkon kamar tidurnya seketika berlari kencang dengan sedikit menyibak rambut panjangnya yang tertiup angin. Ia mengambil ponsel yang sedari tadi berdering di atas nakas tempat tidurnya.

Tertulis nama 'Amara' di bagian atas ponsel tersebut. Citra mengangkat telepon tersebut sambil mengucap salam.

"Tau nggak Cit?" Tanya Amara dengan nada yang sangat tinggi. Bahkan Citra sampai menjauhkan ponselnya demi menghindari jeritan melengking suara temannya tersebut.

"Apa Ra?"

"Masih inget sama Aksa kan?" Tanya Amara dengan antusias.

Citra memutar bola matanya malas. Kenapa Amara membicarakan Aksa? Bahkan Amara terlihat sangat antusias. Citra yang penasaran pun hanya berdehem untuk menjaga image-nya. Bukan soal apa dan bagaimana. Citra hanya malas jika membahas masalah apapun tentang laki-laki yang bernama Aksa.

"Iya." Jawab Citra sekenanya.

"Itu lho, yang mantan terindah Lo, Cit! Mantan yang nggak bisa Lo lupain."

Seperti dugaan Citra. Apa yang ia tidak ingin dengar malah dengan gampang Amara menyebutkannya. Amara itu memang unik. Dan karena keunikannya itu, Citra hanya pasrah dan mengikhlaskan semuanya pada sang pencipta.

Ember banget sih, Amara

"Nggak usah disebutin juga, Ra."

"Eh! Sorry. Lupa Cit."

"Kenapa Ra?" Tanya Citra penasaran.

"Gue baca di grup WhatsApp. Kalau Aksa mau nikah." Terang Amara.

Degh!

Akhirnya dari semua jawaban doa-doa yang Citra panjatkan setiap ia habis sholat. Citra menemukan jawabannya. Kenapa ia bisa dijauhkan dari Aksa. Kenapa ia bisa putus dengan Aksa. Dan kenapa ia bisa tidak berhubungan lagi dengan Aksa. Karena jawabannya sudah jelas. Aksa bukan untuk Citra dan, Citra juga bukan untuk Aksa.

Tetapi kenapa ia kesal? Dan kenapa juga air mata menguap dari kedua matanya? Ah, menyebalkan. Memang susah ya melupakan mantan terindah dan dia adalah mantan terakhir.

"Nikah sama siapa, Ra?" Tanya Citra dengan mengigit jari telunjuknya.

"Lo nggak buka grup WhatsApp?" Tanya Amara balik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Metamorfosis SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang