"Aaahh." Desahan penuh kepuasan memenuhi kamar yang didalamnya ada pasangan kekasih yang sedang dimabuk cinta.
Bibir dari sang lelaki tak henti-hentinya membisikkan kalimat penuh cinta untuk sang wanita.
Bibir keduanya pun bergulat dengan panasnya.
Setelah sama-sama mencapai puncak kenikmatan. Pria dan wanita itu mulai berpelukan, saling membagi kehangatan di tengah hujan lebat yang mengguyur kota Jakarta.
Bibir sang pria mengecup lembut puncak kepala wanitanya.
"Jangan tinggalin aku ya, kalau aku pergi, kamu jangan berpaling ke cowok lain ya." Rio memandang teduh pada Shabila, wanita yang satu tahun ini menjadi kekasihnya.
Rio jatuh cinta di kali pertama pertemuannya dengan Shabila. Awalnya, ia tak percaya jika cinta pada pandangan pertama itu ada. Namun setelah bertemu Shabila, Rio baru percaya sepenuhnya. Karena nyatanya Rio cinta mati saat pertama kali melihat Shabila di pameran.
Ia tak akan rela jika Shabila meninggalkannya dan bersama dengan pria lain.
Sampai matipun Rio tak akan pernah rela.
Shabila mendongak menatap wajah kekasihnya. "Kok ngomong gitu? Seakan-akan kamu mau pergi ninggalin aku." Ucap Shabila. Rio hanya tersenyum. Bibirnya mengecup bibir merah muda Shabila.
"Rio." Panggil Shabila.
"Hmm." Gumam Rio.
"Maksud kamu tadi apa?" Shabila memandang Rio, raut wajahnya terlihat sedikit takut dan khawatir.
Rio mengangkat alisnya. "Yang apa?" Tanyanya.
"Yang kamu bilang 'kalau aku pergi' itu, emang kamu mau pergi kemana? Kamu gak akan ninggalin aku kan? Kamu akan tetep nikahin aku kan? Kamu gak akan ngingkarin janji kamu kan?" Shabila memberondong pertanyaan pada Rio. Dalam hati perempuan muda itu takut jika Rio lari dari tanggung jawab setelah pemuda itu mengambil keperawanannya.
Rio tersenyum geli. "Takut banget sih kalau aku tinggalin."
Mendengar itu Shabila memukul dada bidang Rio.
"Aawh." Tanpa diduga, Rio mengerang kesakitan. Padahal pukulan Shabila tidak terlalu keras.
"Rio." Panik Shabila. "Kamu kenapa?"
#
"Tuan Rio menderita kanker paru-paru stadium empat. Karena selama ini tuan Rio sering telat dalam pengobatan mandiri, kondisinya jadi makin melemah."
Rentetan kalimat yang diucapkan Dokter Adam terasa bergema di telinga Shabila.
Ia terkejut tentu saja.
Selama ini Rio tak pernah mengatakan apapun tentang penyakitnya. Pria itu selalu terlihat baik-baik saja dan bersikap menyebalkan saat bersama Shabila.
Shabila tak kuasa menahan tangisnya. Wajahnya ia benamkan di ranjang pasien tempat Rio berbaring. Bahu Shabila bergetar.
Selama ini Rio memang seorang perokok aktif. Bukan hanya perokok, kekasihnya itu juga seorang pecandu alkohol.
Terlahir dari keluarga broken home membuat Rio lari ke rokok dan alkohol.
Sebelum mengenal Shabila, Rio adalah pria pecinta rokok, alkohol, dan sex bebas. Hidup pria itu amat sangat berantakan.
Namun setelah mengenal Shabila, perlahan-lahan Rio mulai meninggalkan kebiasaan buruknya. Pria itu lambat laun meninggalkan aktifitas seksualnya dengan wanita lain, ia juga mulai mengurangi konsumsi alkohol. Namun untuk rokok, Rio tak bisa berhenti. Pria itu terlanjur kecanduan dengan batang nikotin.
Dalam satu hari saja Rio bisa menghabiskan 10 batang rokok. Terkadang malah lebih. Pantas tubuh Rio kurus dan bibirnya menghitam.
Mata Rio mulai terbuka. Matanya menyesuaikan dengan cahaya terang di ruangan serba putih itu.
Rio menoleh saat telinganya mendengar isakan pedih wanita yang ia cintai setengah mati. Rio sedikit terkejut melihat Shabila yang menangis di sampingnya.
Mata Rio mulai menyendu. Shabila pasti sudah tahu apa yang ia sembunyikan.
Rio seorang pesakitan. Dokter mendiagnosis umurnya mungkin tak akan sampai satu tahun ke depan.
Sejujurnya saat mendengar itu Rio merasa takut. Ia tak takut dengan kematian, saat masih kecil dulu ia selalu menunggu kapan ajal menjemput dirinya.
Namun setelah mengenal Shabila. Rio takut. Ia takut meninggalkan Shabila dan Shabila akan bersama pria lain.
Tidak.
Rio tak akan rela.
Shabila hanya miliknya. Seumur hidup Rio tak pernah berdoa kepada Tuhan. Tapi kali ini, hatinya berdoa kepada Tuhannya, meminta pada sang penguasa alam semesta untuk memberikan ia umur panjang agar bisa bersama lebih lama lagi dengan Shabila.
"Kenapa kamu gak bilang?" Shabila menangis sesenggukan. "Kenapa gak bilang tentang penyakit kamu."
Rio tersenyum lemah.
Alasan kenapa ia tak pernah bercerita tentang penyakitnya, karena Rio tak ingin dianggap pesakitan oleh gadis itu. Harga dirinya menolak.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI [SELESAI]
Short StoryRio mencintai Shabila. Rio rela memberikan hidupnya untuk Shabila. Cinta Rio untuk Shabila tak akan pernah padam bahkan jika Rio mati sekalipun. Jika Rio mati, tak ada yang boleh memiliki Shabila, karena Shabila terikat dengan Rio. *** Shabila ingin...