Lima tahun sudah berlalu.
Usia Shabila kini menginjak angka 25 tahun. Perempuan itu kini tumbuh menjadi perempuan dewasa yang menawan.
Seiring berjalannya waktu, luka yang ada di tubuh kita akan membaik dengan sendirinya. Semua hanya butuh waktu.
Dan itu yang terjadi pada Shabila.
Perempuan muda itu kini sudah melupakan sang mantan kekasih dan melanjutkan kehidupannya.
Rasa sakit dan luka karena kehilangan Rio sudah sembuh seiring berjalannya waktu.
Semua hanya butuh waktu.
Kehidupan asmara Shabila juga tidak berhenti di Rio saja. Wanita itu kini sudah membuka hatinya pada lelaki lain.
Hidup Shabila terus berjalan.
Satu Minggu lagi, Shabila akan melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya, seorang pengusaha muda yang sedang naik daun, Harris Pambudi.
"Kamu suka?" Tanya Harris pada Shabila. Kini mereka sedang melihat persiapan lokasi untuk kelangsungan pernikahan mereka.
Shabila menatap Harris dengan binar bahagia di matanya. "Ya aku suka." Jawabnya bahagia.
Senyum di bibir Shabila menular di bibir Harris. Pria itu turut bahagia melihat kekasihnya tersenyum bahagia seperti ini.
"Tapi, kamu kan gak suka kalau konsep pernikahan kita outdoor." Ucap Shabila sedih.
"Gak apa-apa, aku akan bahagia kalau kamu juga bahagia. Kebahagiaan kamu juga kebahagiaan buat aku." Ucap Harris romantis.
Mendengar itu pipi Shabila memerah. "Gombal."
"Sayang." Harris memandang penuh cinta pada Shabila. "Aku gak sabar untuk nikahin kamu." Kata Harris. Bibirnya mendarat di bibir Shabila.
Kedua insan itu kini mulai saling melumat tak peduli dimana mereka berada saat ini.
#
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari ini Shabila dan Harris akan mengucap janji pernikahan di gereja.
Shabila terlihat cantik dengan gaun putih yang melekat sempurna di tubuh indahnya.
Shabila memandang wajahnya di cermin. Ia merasa gugup juga takut. Takut jika kejadian tahun lalu terjadi lagi. Kejadian dimana-
"Kenapa pengantin pria sampai sekarang belum juga tiba?" Suara Ferdian, ayah Shabila menggema di depan pintu kamar.
Deg.
Jantung Shabila rasanya ingin lepas dari tempatnya. Kejadian ini hampir mirip dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dulu, Shabila jatuh cinta dengan kakak seniornya sewaktu SMA, hubungan mereka sudah sampai pada tahap pernikahan. Namun sayang, kakak seniornya menghilang saat hari pernikahan mereka. Lalu tiga hari kemudian, jasad calon suami Shabila ditemukan tewas karena perampokan.
Tentunya kejadian itu membuat trauma mendalam untuk Shabila. Wanita itu bahkan pernah takut dengan pernikahan. Tetapi karena dukungan dan terapi dari keluarganya. Shabila akhirnya sembuh dari traumanya.
Setahun kemudian keluarganya menjodohkan Shabila dengan anak rekan bisnis sang ayah.
Kejadian yang sama terulang kembali, calon suami Shabila meninggal karena kecelakaan.
Dua kali Shabila gagal di hari pernikahannya.
Dan sekarang, ia berharap di hari pernikahannya ini tak ada hal-hal buruk yang terjadi.
"Tuhan, kumohon tolong lindungi Harris. Jangan ambil dia, berikan umur panjangnya untuknya. Berikan Restu untuk pernikahan kami ya Tuhan. Kumohon." Hati Shabila tak henti-hentinya merapalkan doa.
Di luar kamar, Vanti, ibu Shabila berusaha menenangkan suaminya. "Jangan keras-keras mas nanti Shabila dengar." Ucap Vanti menenangkan.
"Abil." Ferdian memanggil asistennya. "Cari tahu dimana Harris sekarang. Jangan sampai pernikahan putriku batal untuk ketiga kalinya." Ucap Ferdian yang langsung diangguki oleh asistennya.
30 menit menunggu di dalam kamar. Perasaan Shabila mulai tak tenang. Ia takut terjadi sesuatu pada Harris dan juga pernikahan mereka. Tangan Shabila mulai bergetar. Sungguh ia ketakutan sekarang.
Bagaimana jika pernikahannya kali ini kembali gagal. Bagiamana Jika ia kembali mempermalukan keluarganya.
#
Wajah Shabila memucat. Jantungnya rasanya diremas sangat kuat saat asisten ayahnya mengatakan jika Harris ditemukan tewas gantung diri di apartemen mewah milik pria itu.
Gagal sudah pernikahannya.
Air mata Shabila luruh. Tak ada isakan yang keluar dari mulutnya. Ia sudah terlalu lelah dengan takdirnya. Apakah ia memang ditakdirkan untuk tidak menikah seumur hidup?
Bisik-bisik dari tamu undangan mulai terdengar.
Bisikan sebagai wanita pembawa sial mulai terlontar dari mulut keluarga besarnya. Orang tuanya harus menahan malu atas gagalnya pernikahan Shabila untuk kali ketiga.
Shabila berjalan gontai memasuki gereja. Ia bersimpuh di depan salib Yesus yang berada di tengah-tengah gereja.
Saat itu juga, tangisnya pecah.
"Kenapa tuhan? Kenapa takdirku seperti ini? Apakah aku memang ditakdirkan sendiri seumur hidup? Kenapa kau memberiku takdir sekejam ini?" Rintih Shabila.
Tangannya memukul-mukul dadanya guna mengurangi rasa sakit dihatinya. Namun itu tak berguna, hatinya tetap sakit.
"Tuhan." Rintih Shabila. "Hambamu ini tak sanggup menahan rasa sakit ini." Shabila tergugu di depan Tuhannya.
Shabila menoleh saat bahunya disentuh oleh seseorang. Disana pendeta yang akan menikahkan dirinya dan Harris berdiri sambil memegang bahu Shabila.
Pendeta itu menatap Shabila dengan tatapan yang sedikit sulit diartikan oleh Shabila.
"Jiwa hitam mengikuti dirimu. Itu sebabnya pernikahanmu selalu gagal." Ucap pendeta.
"Apa maksudmu?" Shabila tak mengerti.
"Kamu harus melakukan pengusiran setan." Pendeta itu berjalan ke arah lorong gereja. Shabila yang tak mengerti ucapan sang pendeta akhirnya berdiri mengejar langkah kaki sang pendeta. "Apa maksudmu?" Tanyanya. "Kenapa aku harus mengikuti pengusiran setan? Jiwa hitam apa yang kau maksud?"
Langkah kaki pendeta itu berhenti. Ia menatap Shabila dan mengatakan hal yang membuat Shabila ketakutan.
"Ada jiwa hitam yang mengikuti dirimu. Jiwa hitam itu juga yang membunuh semua calon suamimu."
Deg.
Wajah Shabila memucat.
Cobaan apa lagi ini Tuhan? Rintihnya dalam hati.
"Lalu apa yang harus ku lakukan?" Tanya Shabila lemas.
Bersambung..

KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI [SELESAI]
Historia CortaRio mencintai Shabila. Rio rela memberikan hidupnya untuk Shabila. Cinta Rio untuk Shabila tak akan pernah padam bahkan jika Rio mati sekalipun. Jika Rio mati, tak ada yang boleh memiliki Shabila, karena Shabila terikat dengan Rio. *** Shabila ingin...