Bagian 2

356 33 0
                                    

Makin hari, kondisi Rio makin memburuk. Tubuhnya makin kurus, rambutnya juga mulai rontok akibat kemoterapi. Tubuh Rio makin melemah.

Untuk berbicara sedikit keras saja nafasnya tak sanggup.

Pria itu kini terbaring dengan banyak selang di tubuhnya.

Hanya Shabila yang selalu menemani Rio. Keluarga pria itu tak ada yang peduli dengan kondisinya. Orang tua Rio sudah memiliki keluarga sendiri-sendiri.

Pria malang itu sendirian.

Tak akan ada yang mengurusi pria itu seandainya Rio tak pernah mengenal Shabila.

Beruntung gadis cantik itu dengan setia menemani sang kekasih yang sudah lemah karena digerogoti penyakit.

"Shabila." Ucap Rio lirih. Nafas pria itu akan terengah-engah jika berbicara terlalu panjang dan sedikit keras.

"Ya?" Shabila menjawab lembut. Mata gadis itu selalu sembap saat bersama sang kekasih. Sekuat mungkin ia menahan bulir air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Tangan Rio terangkat mengusap pipi Shabila.

Pria ini..

Pria yang  dulunya kekar dan kuat.  Kini yang tersisa hanya tulang dan kulit.

Pria yang dulunya selalu bertingkah konyol demi senyum di bibir Shabila. Kini terbaring lemah tak berdaya di ranjang rumah sakit.

Shabila tak kuasa menahan air matanya. Tenggorokannya terasa sakit menahan pedih yang menggerogoti hati dan jiwanya.

"Hiks hiks." Shabila menangis tergugu di samping Rio.

"Shabila, ku mohon jangan menangis." Ucap Rio lemah. Bicara pelan saja nafas Rio sudah mulai tak kuat. Nafas pria itu terlihat terengah-engah.

"Sayang. Kalau aku pergi, kamu jangan pernah khianati cinta kita ya." Ucap Rio disela nafasnya yang mulai terputus.

Shabila menggeleng panik. "Enggak Rio, aku gak akan pernah khianati cinta kita." Tangan Shabila bergerak memencet bel di atas kepala Rio.

"Ka..mu jan..ji?" Tanya Rio. Nafasnya mulai memendek. "Kamu.. gak akan per..nah meni..kah dengan pria selain a..ku?"

Shabila mengangguk. Air matanya mengalir dengan derasnya. "Aku janji." Ucap Shabila.

Rio tersenyum, tak lama senyum itu hilang bersamaan dengan mata Rio yang menutup.

Hari itu, hari terakhir Shabila menemani Rio.

Dokter menyatakan Rio sudah berpulang. Pria itu pergi meninggalkan Shabila. Pria itu sekarang sudah tak perlu merasakan sakit lagi.

Di hari pemakamannya, tak ada satupun keluarga Rio yang datang melayat.

Bahkan saat pria itu matipun, tak ada yang mau mempedulikannya.

Pria itu selalu sendirian, di hari kematiannya pun ia juga sendirian.

Di dunia ini Rio hanya punya Shabila.

Bersambung..

JANJI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang