Hari ke Tujuh

5 0 0
                                    

" Flashback Time

aku sangat terkekeh kala itu mendengar kamu yang dengan senangnya menceritakan hal-hal random saat kamu sudah tak lagi bersamaku.
kamu bercerita bahwa setelah usai denganku kamu bertemu dengan seseorang, dia cantik ucapmu, dia juga pintar. Satu hal yang kamu tak suka darinya dia centil, itu ucapmu kala itu.
Bagaimana aku tidak terkekeh, setelah sekian lama kita tidak bertemu ternyata itu yang kamu ucapkan untuk pertama kalinya.
kamu bercerita bahwa saat ini teman2mu sangat banyak , mereka juga orang2 yang baik dan dalam waktu dekat kamu juga sedang mempersiapkan sebuah perlombaan. Saat itu aku benar2 merasa bahagia, mendengar kamu yang sudah mulai berprogres jauh lebih baik dari sebelumnya percayalah aku sangat bahagia.

saat itu aku masih ingat, kita mencari tempat makan namun ternyata tidak kita temukan. Akhirnya kita asal memilih salah satu tempat makan, kau tau? Saat itu aku sangat merasa 'kenapa aku baru sadar, bahwa dulu kamu sangat menyayangiku, dulu kamu sangat berjuang untukku.'

hari ini aku tidak akan menyampaikan sebuah penyesalan, aku sama sekali tidak menyesal. Tidak menyesal karena telah mengenalmu dan menjadi salah satu tokoh dalam ceritamu. Begitupun aku tidak pernah menyesal bahwa semuanya telah usai, dulu aku memang memutuskan bahwa kita memang sudah tidak bisa sama-sama lagi, kita tidak bisa untuk beriringan lagi. Dulu kamu memaksa agar kita bisa kembali, namun aku selalu berkata tidak.

Karena memang saat itu keadaan seperti itu, aku merasa bahwa kita sudah tidak bisa dipaksa, aku merasa bahwa kita perlu waktu. Waktu yang lebih banyak untuk mengenal diri kita.

Saat itu, ketika kamu yang meminta untuk mengulang semuanya dari awal. Aku sudah menata hatiku, sudah menyatukan kembali potongan-potongan hati yang kemarin sempat ku cari, aku sudah mulai mengenali diriku, aku sudah mulai bisa menerimamu sepenuhnya saat itu.

Bisa dibayangkan bukan? ketika aku sudah menata semuanya dengan baik, menyiapkan semuanya agar kita bisa mengulang lagi dan memperbaiki semuanya. Memperbaiki diriku, mengenali diriku juga siap untuk mengenal dirimu kembali, lalu tanpa aba-aba dengan mudahnya kamu diam, diam seribu bahasa tanpa cela, tanpa kata.

Saat itu aku diambang kebingungan, abu-abu menyelimuti hatiku. Lantas bertanya, apakah hatiku harus menjadi hitam? atau harus kuubah menjadi putih? aku sangat bingung, bingung untuk melangkah. Kenapa kamu harus membiarkan diriku diambang ketidakpastian?

Bukankah kamu sangat tau betul, betapa gengsinya aku, betapa egoisnya aku dan betapa keras kepalanya aku. Sangat tidak mungkin untuk aku bertanya 'bisa disebut apakah kita ini?'

Apakah kita dua orang yang saling mencintai?

Apakah kita dua orang yang tak sengaja bertemu kembali?

Apakah kita dua orang yang saling menyayangi?

Atau sebenarnya

Kita hanya dua orang yang dipaksa bertemu kembali

Kita hanya dua orang yang terpaksa mengulang cerita kembali

Kita hanya dua orang yang terpaksa harus kembali

Apakah itu?

Kita hanya dua orang yang terpaksa saja.

Lalu kenapa harus berdiam diri saja? kenapa tidak kamu katakan bahwa 'sepertinya keputusanku mengajakmu untuk mengulang kembali itu adalah hal yang salah' kenapa tidak seperti itu? kenapa kamu memilih diam dan begitupun aku.

Tapi bukankah kamu tau alasannya? alasanku diam dan bungkam sampai saat ini?

aku tidak cukup berani untuk mengatakan bahwa ' kenapa kamu seperti ini? apakah kamu tidak ingin kita mengulang ini ?' aku tidak punya cukup banyak keberanian untuk itu.

apakah kamu menyesal? menyesal karena ternyata aku masih orang yang sama seperti dulu, aku masih aku.

jika kamu bertanya apakah aku menyesal ketika mengucapkan 'iya aku mau' pada saat kamu meminta untuk kita mengulang semuanya , aku sama sekali tidak menyesal.

aku hanya benci dengan kebingungan ini. Kenapa kamu harus membuat aku bingung? kenapa kamu tidak terus terang saja bahwa keputusan untuk kita mengulang dan memperbaiki semua itu adalah hal yang salah. Kenapa tidak seperti itu?

aku sangat benci kebingungan ini, aku sangat benci kenapa aku harus berada dalam situasi ini.

aku benci diammu.

Aku tau itu adalah sifatmu dari dulu, tidak pernah mengeluh apapun, tidak pernah berkomentar apapun, dan selalu diam.
apakah bisa kamu mengurangi sikap diammu itu? aku tidak memintamu untuk berubah bukan? dari dulu aku selalu menerima apapun itu, tapi tolong untuk saat ini kamu sudah keterlaluan.

Kau tau?
bahkan saat ini hatiku rasanya sudah hambar, basa basi hanyalah sekedar basa basi.
ini bukan salahmu aku tau itu, ini hanyalah salahku terlalu terbelenggu dengan kebingungan ini, terjebak dan tenggelam didalamnya. Bisakah kamu bantu untuk aku keluar dari sana?

aku tidak pernah meminta bantuan siapapun, teriak meminta tolong kepada siapapun tidak pernah. maka dari itu aku terjebak didalam sana.

Kalau kamu ingin kembali lagi maaf, hati ini sudah terkunci yang bahkan aku sendiri pun lupa kunci untuk membukanya ada dimana.

jika kamu ingin menjelaskan semuanya juga sudah terlambat, aku sudah terlalu jauh tenggelam, aku sudah terlalu terbelenggu dengan kebingungan sampai nanti apapun yang akan kamu katakan sungguh itu sangat basi dan tidak ada harganya lagi.

aku tidak berharap apapun darimu, semuanya sudah usai. Aku hanya ingin menceritakan perasaanku saat ini saja, dimana hatiku ini dihantam habis2an dengan brutal.

Bagaimana bisa, hatiku yang sudah lama roboh dengan mudahnya ku susun kembali lalu dengan sekejap hati ini kembali seperti semula bahkan lebih parah dari sebelumnya, sampai aku bingung harus mulai menata kembali dari mana.

sekarang hanya tersisa puing puingnya saja, aku tidak berjanji ini akan selesai dengan cepat bukan? tapi aku berjanji aku akan pulih.

sakit memang itu pasti.

Tapi tak apa, ini sekarang sudah menjadi urusanku tidak ada lagi urusanmu didalamnya, kamu sudah keluar tanpa permisi bahkan tanpa aku persilahkan sekalipun.

Tolong, apakah bisa kamu tutup kembali? jika dibiarkan terbuka terlalu lama hati ini akan dengan mudahnya menerima siapapun nantinya.

Maaf, bisakah kamu benar-benar pergi? tolong jangan berdiri disana. Jika memang kamu mau masuk, masuklah dan jika ingin pergi, pergilah jangan menghadang diambang pintu jika tidak ada pilihan di antara itu.

Terimakasih, Jika memang kamu ingin pergi. Setidaknya pintu ini akan ku tutup kembali, aku tidak mau membiarkan ini terbuka terlalu lama, aku tidak ingin siapapun dengan mudahnya masuk, biar ku kunci rapat-rapat. urusan kapan akan kubuka biarlah menjadi urusanku dan sang pencipta.

Tolong, Maaf dan Terimakasih. sangat sederhana sekali bukan? mengapa harus kamu buat rumit seperti ini? ataukah memang sengaja, sengaja membiarkanku diambang kebingungan? "

Ku Ceritakan Tentang Hari Ini, Esok Dan SeterusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang