Hari Ke Sembilan

0 0 0
                                    

" Dilema terbesar dalam hidupku antara iya dan tidak, dua kata yang selalu terngiang-ngiang dan memutar di kepalaku saat ini.

' kita cari makan dulu ya ' ucapmu
' gamau, gamau makan' ucapku

Tanpa berfikir panjang kamu menepi, menepi ke sebuah tempat makan dan kamu bilang

' udah yu makan dulu ' ucapmu dengan sangat manisnya

hati manusia mana yang tidak luluh diperlakukan seperti itu, perhatian-perhatian kecil yang kamu berikan saat itu belum membuatku luluh. Hati yang bebal ini masih merasa belum dicintai dan disayangi.

Aku menyayangimu bahkan sangat menyayangimu, mungkin saat itu kamu tidak menyadarinya. Yang kamu tau hanyalah aku yang keras kepala, aku yang egois dan aku yang tidak pernah mau mengalah.

Tanpa kamu ketahui, setiap kali perbuatanmu , sikapmu itu menjadi nilai plus dimataku.

Memang benar aku adalah ragu yang tak pernah kau yakinkan, tapi aku yakin bahwa ragu ini akan menemui titik yakinnya sendiri.

Entah aku memang harus mengikhlaskan kamu pergi atau aku harus terus menunggu sampai nanti yakin itu segera tiba.

Mungkin terdengar sedikit bodoh atau bahkan sangat terdengar bodoh, tapi aku merasa tidak bodoh. Aku hanya perlu waktu.

Menikmati apa yang sudah terjadi itu adalah sebuah keputusan, apapun yang aku rasakan hanyalah aku yang merasakannya, menyembuhkannya pun hanya aku yang tau.

Kemarin aku memposting salah satu foto yang akan membuat semua orang berasumsi bahwa 'oh itu adalah pasangan barunya'. Sejujurnya aku hanya ingin tau seberapa besar kamu percaya bahwa aku dengan sangat sabar menunggu disini. Dia adalah saudaraku, saudara lelaki dari keluarga ayahku. Apakah kamu percaya? aku selalu mempercayaimu jika memang kamu tidak percaya itu urusanmu.

Hasil akhirnya adalah sahabatku. Dia satu-satunya yang dengan lantang menantang, menggubris, lalu menekankan bahwa 'itu hanyalah sebuah kebohongan yang kamu buat kan' dengan terkekeh aku menjawab iya. Kenapa dia selalu mengerti sedangkan kamu tidak, kenapa dia selalu paham sedangkan kamu tidak.

Apa yang terlihat tidak sepenuhnya terjadi, kamu tau? Aku pernah memotret. Memotret sebuah pantai di layar monitorku, hasilnya? Hasilnya sangat mirip. Sangat mirip seakan akan aku ada disana, didepan pantai itu memandanginya lalu memotretnya.

Aku bisa memanipulasi apapun di sosial mediaku, aku bisa mengedit apapun. Tapi tidak! Tidak dengan perasaan ini.

Terimakasih
lagi lagi aku ucapkan terimakasih.
terimakasih kemarin telah begitu sabar.
terimakasih sudah menyayangi.
aku tidak mengharapmu kembali.
aku dengan jalanku begitupun kamu.
tujuan kita sudah berbeda, aku tidak suka dipaksa. "

Ku Ceritakan Tentang Hari Ini, Esok Dan SeterusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang