ツ Hari ini hari Minggu. Sebagian orang mungkin akan menghabiskan akhir pekan mereka dengan berlibur, entah bersama kekasih atau keluarga atau malah sendirian dengan judul 'me time' yang berarti mereka perlu waktu sendiri entah untuk apa. Sebagian orang mungkin juga tidak akan kemana-mana, memilih rebahan sepanjang hari demi mempersiapkan esok hari yang menjadi hari 'lelah' bagi sejuta umat.
Sama halnya dengan sebagian orang yang lebih memilih untuk tidak kemana-mana, Karina pagi ini sedang termenung menemani Beomha bermain mobil-mobilan di ruang tengah.
Semalam ternyata ayahnya sudah harus terbang ke Jerman. Mendadak keputusan ini berubah maju, yang otomatis membuat Karina harus menetap sendirian di rumah mewah besar namun sepi melompong bak tak berpenghuni.
Ah, membicarakan Beomha, bocah itu merengek meminta untuk bertemu Karina saat matahari saja bahkan belum keluar menampakkan diri. Dengan terpaksa dan mata yang masih setengah mengantuk, Jose dan Yuko mau tidak mau melengang ke jalanan yang jelas saja lengang.
"Kayin, kok ngamun?" (Kok ngelamun?)
Karina tersentak dari lamunannya, tangan yang mulanya memaju mundurkan mobil ambulance mini terhenti. Mengundang pandangan serta desahan kecewa dari bocah laki-laki yang baru selesai mandi tadi.
"Ngeng ngeng lagi dong, Kayin!"
Beomha menabrakkan helikopter mini miliknya pada mobil ambulance mini yang sudah tidak tersentuh oleh jemari apik Karina. Melihat jika mobil ambulance mini itu limbung dan terbalik karena ulahnya, Beomha memekik girang sambil bertepuk tangan.
Penyerangan yang meriah.
"Beomha, sini makan dulu, yuk!" Suara dari arah dapur yang menyatu dengan ruang makan mengalihkan atensi kedua manusia berbeda usia tersebut. Karina menajamkan penglihatannya saat melihat siluet tubuh yang cukup familiar baginya.
Jose berjalan dari arah dapur, membawa dua piring dengan isi yang berbeda, satunya berisi camilan biskuit coklat dan yang satunya tentu saja berisi bubur bayi, makanan sang anak.
"Ck, kirain Bang Gon tadi."
Jose menatap bingung Karina yang tiba-tiba marah. Lantas dia duduk di depan anaknya, beralaskan karpet tebal import pilihan sang ibu mertua, tidak mencegah Karina yang beranjak dari tempatnya.
"Kayin kenapa, tuh?" Beomha ikut menoleh, melihat jarak pandang yang sedang dilihat ayahnya. Antara tidak tahu atau memang tidak mau tahu, Beomha menggeleng pelan, lebih memilih untuk fokus pada mobil ambulance mini yang kini sudah tidak oleng lagi.
Kring! Kring! Kring!
Jose dan Beomha serempak menoleh pada asal suara yang berasal dari luar. Dengan mulut yang masih penuh dengan bubur dan tangan yang membawa helikopter mainan, Beomha ribut berlari, tidak peduli jika dia bisa terjatuh kapan saja.
Jose juga ikut berdiri. Jelas dia tidak akan membiarkan anaknya keluar sendirian dan lebih parahnya dia takut jika Beomha menjadi korban penculikan.
"OCHII!!" Beomha berteriak, nyaris memuncratkan bubur yang ada di dalam mulutnya.
"Ochi doang, nih yang disapa? Hawu enggak?"
Beomha berjalan sambil merentangkan kedua tangannya, meminta digendong sekaligus meminta maaf kepada Haruto.
"Hehe, Hawuu..." Beomha jelas cengengesan. Digendong adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOZARELLA
Teen Fiction"Nih, ya, semisal gue bilang kalau gue ternyata anaknya orang kaya, lo percaya gak?" "Kan emang anaknya orang kaya, gimana, sih?!" Kisah kasih? No thank you. Fiksi. Penuh umpatan dan kata-kata kasar. Lapak Yorina✧