Bab I

77 15 6
                                    

Cahaya obor menerangi sudut istana yang sepi, membentuk kedua bayangan yang bersembunyi dalam gelap malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya obor menerangi sudut istana yang sepi, membentuk kedua bayangan yang bersembunyi dalam gelap malam. Mata berair Carla menatap kekasihnya Aiden yang bersandar di dinding batu.

"Kau tidak bisa mengatakannya," ulang Carla sambil menggenggam erat baju Aiden. "Yang Mulia tidak akan mengizinkannya dan akan menghukummu!"

Aiden melepas tangan Carla dari bajunya dan ganti menggenggamnya erat. "Carla, kita tidak bisa terus bersembunyi. Aku ingin menunjukan pada semua orang bahwa kau, Carla adalah satu-satunya wanita yang kucintai dan akan kunikahi di masa depan."

"Apa kau lupa, Aiden? Yang Mulia pernah mengatakan padaku bahwa ketika aku mencapai usia legal untuk menikah, dia akan menjadikanku selirnya."

Aiden terlihat ragu namun dia dengan cepat menghilangkan keraguannya dan berkata dengan penuh keyakinan, "Yang Mulia menjanjikan satu permintaan padaku karena aku berhasil membersihkan monster di wilayah Liter. Aku akan menggunakannya untuk meminta pernikahan denganmu."

Carla menarik paksa tangannya dari genggaman tangan Aiden dan mengusap kasar air mata di wajahnya. "Apa kau bodoh? Aku tidak akan pernah setuju," ucapnya tegas sebelum melarikan diri.

"Carla!"

◾◾◾

Carla duduk di atas tempat tidurnya sambil menatap pemandangan langit malam dari jendela. Dia sedang merenungkan perjalanan hidupnya selama hampir delapan belas tahun ini.

Carla adalah anak yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Di sana Carla bertemu dengan Aiden yang lebih tua tujuh tahun darinya. Hanya Aiden yang selalu merawatnya dengan baik. Hingga pada usia Aiden yang ketujuh belas tahun, Carla menatap kepergiannya dari panti asuhan untuk mengikuti ujian seleksi pasukan kerajaan.

Carla yang berumur sepuluh tahun hanya bisa menerima kepergian Aiden dan kembali hidup dalam kesepian. Penampilannya yang memiliki rambut dan mata berwarna hitam membuatnya dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Tempat tinggal Carla adalah desa kecil di wilayah kekuasaan Count Tera yang ada di bawah Kerajaan Sanbelova. Di kerajaan ini masyarakat sangat menentang keberadaan penyihir. Mereka membenci para penyihir yang serakah hingga menyebabkan perang melawan kerajaan mereka dan kematian banyak orang seratus tahun yang lalu. Dan Carla memiliki ciri dari seorang penyihir yaitu rambut dan mata berwarna hitam.

Carla yang masih bayi lolos dari kematian karena pemeriksaan oleh para Alkemis menyatakan bahwa dia tidak memiliki kekuatan mana  yang seharusnya ada pada penyihir. Dia pun dikembalikan ke panti asuhan yang merupakan tempat dia pertama kali ditemukan.

Carla kecil sering mengalami ketidakadilan hingga hampir mati karena kelaparan. Beruntung Carla bertemu Aiden yang selalu membagi jatah makanannya diam-diam untuknya, membelanya dari hinaan anak-anak panti lainnya hingga memberinya jubah untuk membuat penampilannya tidak mencolok.

Carla sangat menyukai Aiden. Selain kebaikan dan keramahannya, Carla menyukai rambut dan pupil Aiden yang berwarna emas. Dia sangat suka memandangnya saat Aiden berdiri di bawah sinar matahari. Penampilan Aiden yang menyilaukan menampilkan warna dalam kehidupannya yang gelap.

Karena perasaan itulah, Carla yang berumur lima belas tahun memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan memberanikan diri melamar menjadi pelayan di istana. Dia berharap bisa bertemu dengan Aiden yang telah menjadi salah satu panglima di pasukan utama Kerajaan Sanbelova.

"Aiden."

Saat itu Aiden terkejut melihat Carla yang telah tumbuh menjadi remaja. Rambut hitam gadis itu dikepang menjadi dua. Lemak bayi di wajahnya sudah menghilang dan membuat pipinya menjadi tirus. Gadis itu menjadi semakin cantik. "Carla, kenapa kau bisa ada di sini?"

Bibir Carla melengkung ke atas, "Sekarang aku adalah pelayan di istana selatan. Aku bisa sering bertemu denganmu di tempat latihan pasukan ini."

Aiden tersenyum dan menepuk kepala Carla dengan lembut, "Kau sudah bekerja keras. Bagaimana kabarmu selama ini?"

"Aku baik-baik saja. Aiden, aku sangat merindukanmu."

Aiden tertegun menatap mata polos gadis itu. Dia lalu tersenyum dan membalas, "Aku juga merindukanmu, Carla."

Sejak itu hubungan keduanya semakin berkembang hingga menjadi sepasang kekasih. Selama dua tahun, kehidupan cinta mereka berjalan lancar hingga suatu hari Carla menggantikan seorang pelayan menyajikan makan siang kepada Raja Sanbelova Sire van Belova.

Sire mengamati pelayan yang memiliki tampilan unik ini. Bagaimana mungkin ada penyihir yang lolos dari hukum kerajaan?

"Penyihir?"

Piring di tangan Carla hampir jatuh, Carla segera berlutut di depan Rajanya. "Ampun, Yang Mulia. Saya bukan penyihir."

"Oh?" Sire mengusap dagunya sambil berpikir. "Angkat kepalamu."

Carla dengan ragu - ragu mengangkat kepalanya. Tubuhnya gemetar saat melihat pupil merah Sire.

"Cantik." Sire tersenyum miring, "Berapa umurmu?"

"Tujuh belas tahun, Yang Mulia."

"Namamu?"

"Carla."

Sire mengulurkan tangan dan mengusap pipi Carla dengan lembut yang berbeda dengan perkataan tajamnya di detik berikutnya. "Dengar Carla. Mulai hari ini kau adalah milikku. Aku akan secara resmi menjadikanmu selir saat kau berusia delapan belas tahun nanti. Jaga kesetiaanmu."

Bulu mata Carla bergetar mendengar ultimatum dari rajanya. "Baik, Yang Mulia."

Carla menghela nafas saat mengingat pertemuan pertamanya dengan Raja Sire van Belova. Sebentar lagi dia akan berumur delapan belas tahun. Apa yang harus dia lakukan? Melarikan diri? Tidak. Aiden adalah salah satu panglima pasukan kerajaan, tidak mungkin dia begitu saja mengorbankan jerih payah Aiden untuk ada di posisi ini.

Carla memikirkan saran Aiden tadi. Haruskah dia membiarkan Aiden mencoba meminta pernikahan pada raja walaupun nyawa mereka sebagai taruhannya?

 Haruskah dia membiarkan Aiden mencoba meminta pernikahan pada raja walaupun nyawa mereka sebagai taruhannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◾◾◾

Jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!

1. Viloise--@Chimmyolala

2. The Lucky Hunter--@Dhsers

3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn

4. Aku Bisa--@okaarokah6

5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01

6. Is It Our Fate?--@ovianra

7. Crush--@dhalsand

8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa

9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025

10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai

#OMB2022 #eventAE #wpAE #Olimpus #AEPublishing

Is It Our Fate? (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang