Matahari bersinar terik saat Aiden berlatih pedang dengan rajanya.
"Seperti biasa, aku tidak bisa mengalahkanmu, Panglima Aiden," puji Sire sambil mengembalikan pedang ke sarung pedang di pinggangnya.
"Saya masih banyak kekurangan, Yang Mulia," ucap Aiden yang tidak berani mengambil pujian dari rajanya.
Sire tertawa, "Kau tidak berubah sejak delapan tahun yang lalu. Selalu saja rendah hati."
Aiden tersenyum. "Terima kasih, Yang Mulia."
"Aku ingat kau lebih muda setahun dariku. Usiamu sudah duapuluh lima tahun, kenapa kau belum menikah? Kondisi kerajaan sekarang cukup stabil, tidak banyak monster yang muncul. Aku bisa memberikanmu cuti sebulan untuk bulan madu pernikahanmu nanti," ucap Sire.
"Sebenarnya saya sudah memiliki kekasih, Yang Mulia dan rencananya kami akan menikah tahun depan." Aiden menatap ragu pada Sire. Haruskah dia mengatakan permintaannya sekarang?
Sire menepuk bahu Aiden, "Bagus. Kalau begitu, aku yang akan menikah duluan."
"Ya?" Aiden menatap bingung.
"Kau tahu pelayan yang memiliki rambut dan mata hitam? Aku akan menjadikannya selir."
Jantung Aiden seakan jatuh ke perutnya. Hanya ada satu pelayan di istana dengan ciri-ciri tersebut. Yang Mulia benar-benar ingin menjadikan Carla sebagai selirnya?
Aiden berusaha menahan suaranya agar tidak gemetar, "Mengapa Yang Mulia tiba-tiba ingin menjadikan seorang pelayan sebagai selir?"
Pupil merah Sire berkilat. "Mungkin karena dia unik? Tidak buruk memilikinya di istana selir."
Aiden mengepalkan tangannya. Dia telah mengenal Sire sejak Sire masih menjadi putra mahkota. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama melawan monster hingga pergi ke medan perang melawan invasi kerajaan lain. Aiden tahu Sire memiliki ketertarikan terhadap hal yang dia anggap 'unik' baik itu barang maupun manusia. Ada sepuluh selir di istana Sire yang masing-masing memiliki keunikan. Entah itu dari suaranya, bakatnya, penampilannya atau hal lainnya.
"Apakah kau pernah melihat pelayan ini? Dia sangat cantik," tanya Sire.
"Tidak," jawab Aiden berbohong.
"Tenang saja, kau akan melihatnya di pernikahanku nanti." Sire tersenyum lebar dan menepuk bahu panglimanya. "Aku sudah selesai, kau lanjutkan latihan." Dia lalu pergi meninggalkan tempat latihan itu.
Aiden menatap kosong pada punggung Sire yang semakin mengecil.
◾◾◾
Sepanjang hari Aiden dalam kondisi linglung. Rajanya benar-benar menginginkan kekasihnya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia tidak mungkin hanya berdiam diri dan berpangku tangan.
Carla menatap pria di depannya yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara. "Ada apa denganmu? Apakah ada masalah yang terjadi di pasukan?"
Aiden tersadar dari lamunannya. "Tidak." Dia menatap lurus pada kekasihnya, "Carla, mari kita pergi dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Our Fate? (DITERBITKAN)
RomanceCarla adalah yatim piatu yang hidup dalam kesepian karena rambut dan matanya yang berwarna hitam menampilkan ciri khas seorang penyihir. Di tempatnya tinggal, Kerajaan Sanbelova, masyarakat sangat membenci para penyihir sehingga penampilan Carla mem...