BAB VII

17 8 0
                                    

Daun-daun berterbangan dengan tidak beraturan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daun-daun berterbangan dengan tidak beraturan.

"Fokus, Carla," ucap Kai dengan tegas.

Carla menggigit bibirnya dengan keras berusaha menahan rasa sakit yang menyerang perutnya. Sudah satu bulan dia berlatih dengan Tuan Muda Kai dan dia telah melepas segelnya sebanyak lima persen sehingga segel dalam tubuhnya telah terbuka seperempat bagian. Carla menyadari fakta bahwa dengan terus meningkatkan kemampuannya, dia akan bisa melepas seratus persen segelnya tanpa bantuan Master Menara Sihir.

"Ayo, Carla." Kai mendorong semangat gadis itu. "Kau harus menstabilkan mana yang mengalir melalui tanganmu."

"Baik, Tuan Muda." Carla mengikuti arahan Kai dan perlahan angin bertiup dengan lembut membentuk pusaran di atas telapak tangannya. Pupil mata Carla bergetar. "Saya berhasil!"

Kai menepuk kepala Carla dengan lembut. "Bagus."

"Terima kasih, Tuan Muda."

"Kai."

Carla berkedip bingung, "Ya?"

"Panggil namaku. Kai, jangan Tuan Muda."

"Bukankah tidak sopan memanggil Tuan Muda dengan nama?"

"Panggil Kai atau aku tidak akan mengajarimu lagi," ancam Kai.

"Tidak. Baik saya akan memanggil Tuan Muda dengan nama anda."

"Coba sekarang," pinta Kai sambil menatap mata Carla.

"Kai," bisik Carla

Kai tertawa dan mengacak rambut Carla. "Tenang saja, kau tidak akan dihukum karena memanggil namaku."

Carla hanya cemberut sambil merapikan rambutnya.

◾◾◾

Suasana di jalanan yang dipenuhi barisan toko sangat ramai. Banyak masyarakat di wilayah yang dipimpin Marquis Orlando berbelanja kebutuhan mereka. Carla yang mengenakan gaun sederhana sedang melihat-lihat aksesoris. Kai yang mengenakan pakaian biasa menemaninya di samping.

"Bagaimana menurut anda?" tanya Carla sambil menunjukkan jepit rambut berwarna emas.

Kai mengambil jepit rambut itu dan memasangnya di rambut Carla. "Cantik."

"Tiga koin emas," ucap penjual tiba-tiba.

"Mahal sekali." Carla hendak meraih jepit rambut ketika tangan Kai menahan lengannya.

Kai menyerahkan tiga koin emas kepada penjual, "Terima kasih."

Penjual tersenyum lebar. Saat dia melihat sang gadis ingin menolak hadiah dari si pria, dia buru-buru menambahkan, "Barang yang telah dibayar tidak dapat dikembalikan."

"Dengar?" tanya Kai sambil diam-diam mengangkat ibu jarinya pada penjual. "Aku sudah membayarnya."

"Baik, terima kasih atas hadiahnya, Kai. Sebagai balasannya, saya akan mentraktir anda di sana." Carla menunjuk toko roti. Kakek Gerald beberapa kali mengirim surat dan menyelipkan uang saku untuknya. Dia selalu menyimpannya karena segala kebutuhan sehari-hari telah disediakan oleh Marquis Orlando. Akhirnya Carla memiliki kesempatan untuk menggunakannya.

Is It Our Fate? (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang