Di sebuah desa yang merupakan perbatasan Kerajaan Sanbelova di bagian tenggara, dua orang dengan jubah hitam tengah duduk berhadapan di sudut ruang makan sebuah penginapan. Mereka adalah Carla dan Gerald yang sedang dalam pelarian.
"Kakek." Carla menatap Gerald yang sedang menutup matanya.
Sudah dua minggu sejak Carla keluar dari penjara. Mereka hampir tertangkap karena ternyata ada sihir pelacak yang dipasang dalam tubuh Carla. Gerald menguras mana nya untuk menghilangkan sihir di tubuh gadis itu.
Gerald lalu menggunakan sisa kekuatannya untuk mengubah warna rambut dan mata Carla menjadi cokelat sehingga Gerald membutuhkan waktu untuk memulihkan diri yang mempengaruhi perjalanan mereka.
Gerald membuka matanya. "Ada apa?"
"Saya sudah menyewa kereta kuda untuk besok."
"Bagus."
"Maaf, Kakek. Karena saya, Kakek harus-"
"Tidak apa," potong Gerald. "Kau fokus saja pada latihan yang telah kuajarkan. Masih ada sekitar sebulan untuk sampai di Kerajaan Magiya."
"Baik, Kakek. Kalau begitu saya akan pergi ke hutan untuk latihan sekarang," ucap Carla berpamitan.
"Ya. Jaga dirimu, jangan sampai tertangkap."
"Tentu."
Carla beranjak dari kursinya dan keluar dari penginapan. Di jalanan yang ramai oleh penduduk desa dan para pendatang, Carla berusaha merapat ke dinding bangunan yang dilewati untuk mengaburkan kehadirannya. Tidak jarang dia berpapasan dengan prajurit kerajaan yang membawa potret dirinya sedang berbicara dengan para penduduk.
"Berhenti."
Carla diam membatu. Apakah dia ketahuan? Pagi ini dia sudah merias wajahnya sejelek mungkin dan rambut serta matanya berwarna cokelat terang seperti kebanyakan orang di sini.
Carla merasakan tangan seseorang menekan bahunya dan memutar paksa tubuhnya.
Weyne terkesiap melihat wajah Carla. Awalnya dia curiga dengan penampilan yang tertutup rapat, namun dia dikejutkan oleh jerawat dan bisul yang menutupi seluruh permukaan wajah gadis itu.
Carla menatap takut pada prajurit di depannya, dia sangat mengenal pria yang merupakan wakil panglima sekaligus sahabat Aiden. Sir Weyne! Apa yang harus dia lakukan untuk menghadapi pria itu?
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Carla berusaha menahan kegugupannya.
Alis Weyne mengerut, "Tidak. Saya salah orang. Kau bisa pergi."
"Baik, Tuan." Carla menundukkan kepalanya dengan sopan.
"Weyne."
Suara ini?
Pupil Carla bergetar dan dia mengangkat kepalanya. Tatapannya bertemu dengan sepasang mata emas yang bersinar di bawah matahari. Aiden? Apakah dia berhalusinasi? Tidak hanya malam hari, bahkan sekarang pria itu juga menghantuinya di siang hari?
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Our Fate? (DITERBITKAN)
RomanceCarla adalah yatim piatu yang hidup dalam kesepian karena rambut dan matanya yang berwarna hitam menampilkan ciri khas seorang penyihir. Di tempatnya tinggal, Kerajaan Sanbelova, masyarakat sangat membenci para penyihir sehingga penampilan Carla mem...