Bab VIII

21 8 0
                                    

Sudah tiga bulan berlalu sejak Carla kembali melatih sihirnya sendiri tanpa Kai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tiga bulan berlalu sejak Carla kembali melatih sihirnya sendiri tanpa Kai.

"Nona. Tuan meminta anda untuk datang ke ruang tamu," ucap Lea.

Carla membersihkan debu di pakaiannya dengan sihir lalu menatap Lea. "Baik, terima kasih Lea."

Lea pun menuntun Carla pergi ke ruang tamu. Sesampainya di sana, Carla melihat Gerald tengah duduk berhadapan dengan Marquis Orlando.

"Kakek." Carla menghampiri Gerald dengan semangat. "Akhirnya anda kembali."

"Kemarilah," ucap Gerald sambil menepuk tempat di sampingnya.

"Baik, Kakek."

"Carla, Master Menara Sihir sudah memberiku izin untuk membawamu. Kita akan berangkat nanti malam."

Mata Carla membulat, "Sangat cepat?"

Gerald menghela nafas, "Kita harus cepat. Pria itu suka menghilang seenaknya."

"Baik, Kakek."

Gerald lalu menatap Orlando. "Terima kasih telah menjaga Carla selama ini."

"Kau tidak perlu sungkan."

"Terima kasih, Tuan Marquis telah banyak membantu saya," ucap Carla.

"Jaga dirimu baik - baik, Carla. Perjalananmu masih panjang," pesan Marquis Orlando.

"Baik, Tuan Marquis."

Setelah berkemas, Gerald membawa Carla berteleportasi ke depan sebuah gubuk tua.

Carla mengedipkan mata dan memandang ragu pada Gerald. "Kita telah sampai, Kakek?"

Gerald tertawa. "Kau akan tahu saat masuk ke dalam."

Keduanya lalu membuka pintu gubuk. Carla melihat gubuk itu hampir kosong. Hanya ada meja di area itu. Gerald mengeluarkan amethyst dan menaruhnya pada lubang yang ada di meja. Sebuah portal muncul. Gerald mengambil kembali amethyst dan menggandeng Carla masuk ke dalam portal.

Carla terkejut menatap hutan lebat di depannya. Dia juga melihat bangunan seperti menara menjulang ada di tengah hutan. Apakah itu Menara Sihir?

"Dari sini kita akan berjalan."

"Apakah Kakek lelah?" tanya Carla khawatir.

"Tidak. Kita tidak bisa berteleportasi di sini. Pria itu membangun penghalang sihir teleportasi di sekitar Menara Sihir. Dia mengatakan bahwa kami para penyihir membutuhkan olahraga sesekali." Gerald mengetuk tongkatnya ke tanah. "Bah, dia curang. Hanya dia yang bisa pergi sesuka hati di wilayah ini."

Carla tertawa kecil. "Apakah Kakek ingin saya gendong?"

Gerald memandang tangan kurus gadis itu. "Saya masih kuat. Ayo kita pergi."

Satu jam kemudian mereka sampai di depan Menara Sihir. Seorang pria muncul menyambut mereka.

"Selamat datang, Tuan Gerald."

Is It Our Fate? (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang