Chapter 6

70.6K 9.3K 685
                                    

Selamat membaca 😁

INFO PENTING!!! WAJIB DIBACA!!!

Cerita Hujan Terakhir pindah ke aplikasi KUBACA/UNINOVEL dan KARYA KARSA untuk menghindari plagiarisme. Jadi mohon pengertiannya 🙏

Di sana ceritanya LENGKAP dan sudah TAMAT.

Untuk yang belum punya aplikasinya bisa download di play store. Dan cari akun aku @indahmendung

Cukup sekian dan terima kasih 🙏

"Prada." Aji menyentuh pundak Prada, tetapi tangannya langsung ditepis oleh Prada.

"Aku mau sendiri," tukas Prada tanpa menatap ke arah Aji.

Aji terdiam sejenak menatap Prada lurus sebelum akhirnya beranjak dari tepi tempat tidur. "Oke, Papa akan beri kamu waktu untuk sendiri."

Dia kemudian mendekat, dan mengecup puncak kepala Prada sebelum keluar dari kamar Prada.

Setelah Aji pergi, Prada memejamkan mata sembari menarik napas panjang untuk menenangkan diri.

"Akhirnya gue bisa ngeluarin itu semua," gumamnya merasa lega ketika berhasil mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap kedua orang tuanya tersebut.

"Prada gimana, Pa?" tanya Endang menghampiri Aji yang baru saja keluar dari kamar Prada.

Aji mengembuskan napas berat. Lalu menggelengkan kepala pelan dengan raut wajah lesu. "Sepertinya Prada semakin salah paham," ungkapnya lelah.

"Coba biar Mama yang bicara sama Prada." Endang berniat masuk ke dalam, tetapi Aji segera mencegahnya.

"Jangan, Ma," pungkas Aji.

"Suasana hatinya lagi nggak bagus, jadi lebih baik jangan diajak bicara dulu," imbuhnya.

"Tapi—"

"Prada butuh waktu sendiri, jadi kita harus hargai itu," potong Aji.

"Sudah, sekarang Papa harus balik ke kantor lagi," lanjutnya berjalan keluar dari rumah, meninggalkan Endang yang masih tampak resah memikirkan Prada.

Selepas Aji pergi, Nada datang menghampiri Endang. "Prada masih marah ya, Ma?"

"Kayaknya iya," jawab Endang pelan.

"Mama mau bicara, tapi kata papa jangan ganggu Prada dulu," sambungnya tertunduk lesu.

"Mungkin Prada memang butuh waktu untuk sendiri, Ma. Jadi biarkan Prada tenang dulu," ujar Nada.

"Kamu benar, sepertinya Prada masih belum mau bicara sama siapa pun," kata Endang.

"Kalau tau akhirnya akan seperti ini, seharusnya tadi aku nggak minta pendapatnya papa," ucap Nada tampak merasa bersalah.

"Ini bukan salah kamu," kata Endang.

"Prada cuma salah paham saja," imbuhnya.

"Tapi tetap aja Nada ngerasa nggak enak. Kalau tadi Nada nggak iseng-iseng tanya papa, mungkin sekarang Prada nggak akan salah paham," sahut Nada.

Endang menyentuh pundak Nada. "Sudah, nggak perlu menyalahkan diri sendiri," ujarnya lembut.

"Lebih baik sekarang kamu istirahat," lanjutnya.

Nada mengangguk patuh dan menuruti ucapan Endang untuk kembali ke kamar. Begitupula dengan Endang yang juga masuk ke kamarnya sendiri.

Ketika mereka tengah beristirahat di kamar masing-masing, Prada saat ini justru terlihat sibuk dengan laptopnya. Dia tidak bisa bersantai-santai karena masih banyak hal yang harus dia urus sebelum melamar kerja di perusahaan pilihannya. Selain itu, dia juga harus menyiapkan diri dengan sebaik mungkin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan Terakhir ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang