Chapter 4.

6K 523 31
                                    

Jessica mengkerut dahinya bingung. Dia menatap sekeliling dengan raut heran.

"Ini di mana?" Jessica membeo.

Sebuah tepukkan di bahunya membuat dirinya menoleh kebelakang. Raut terejut tertera di wajahnya.

Bagaimana tidak?

Kini di belakangnya ada seorang gadis yang mirip dengannya. Bedanya dia berambut panjang sepinggang sedangkan dirinya berambut sebahu.

"Hai Ruby." sapa gadis tersebut.

'Dari mana dia tahu nama asli gue?' Ruby membatin.

|sekarang perannya di pegang masing-masing, biar gak bingung|

"Jessica?" tebaknya tepat sasaran. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum.

"Oh? Ada apa?" tanya Ruby.

"Ak-"

"Oh iya ini di mana?" Ia memotong ucapannya.

Jessica mengubah raut wajahnya menjadi datar. Ruby mengrejab kemudian menyengir.

"Hehe, monggo di lanjutin." ucapnya.

Menghela nafas pelan, Jessica kembali berucap. "Aku cuman pengen ngomong kalo sebenarnya aku bukan anak tunggal." Jessica menjeda ucapannya.

"APA?!" Ruby berteriak heboh.

"RUBY KAMU BERISIK!!" geram Jessica dengan muka memerah menahan kesal. Dia mendesah pelan. "Aku punya saudara kandung, tapi aku gak dia di mana." lanjutnya.

Ruby terbungkam sebelum bertanya. "Wait, wait. Bukannya lo anak tunggal ya? Setahu gue di dalam novel lo tuh anak tunggal."

"Itu novel Ruby, kalo ini dunia nyata." ucapnya menjelaskan singkat.

"Afa iyahh?" dan detik itu juga kepalanya di tempeleng kebelakang. "Anak ngen-"

"Ruby aku lagi serius. Gak mau bercanda."

"Lo kira gue gak serius, hah?" Ruby berucap malas.

"Sifat aku ke kamu jadi satu."

"Maks-"

"Sifat kita menyatu." potong Jessica memotong ucapannya.

Terdiam. "Oalah pantes! Sifat gue kadang-kadang lugu, berontak, polos, kasar, ceng-"

"Ruby." panggil Jessica geram.

"Lah, Emang bener kan? Sifat lo tuh ppb."

"PPB?" bingung Jessica.

"Polos-polos bangsat." jawab Ruby berbisik tepat di telinganya.

"JESSLYN RUBY ARAKA!"

"HADIR!!!" sahut gadis itu tak kalah keras. Ia melirik Jessica lewat ekor mata. Di lihatnya gadis itu terlihat kesal setengah mati. "Gue salah kah?"

"Nanya lagi kamu?" cetus Jessica ketus. Dia berjalan meninggalkan Ruby yang sedang mengelus dadanya sabar. "Gak usah di elus, dada kamu tepos."

"Astaghfirullah." Ruby menyebut.

Segera ia berlari menuju Jessica yang tengah duduk di pinggir sungai. 'Kayaknya ini alam bawah sadar deh.'

Ruby menduduki bokongnya di sebelah gadis itu.

"Kamu harus hati-hati sama antagonis pria." ucap Jessica tiba-tiba.

"Keigher?" Jessica mengguk.

"Dulu di kehidupan aku yang pertama yang belum aku ketahui kalo itu dunia novel. Kak Sean terobsesi sama aku, sampai-sampai dia mau ngelecehin aku. Untungnya ada kak Denta yang nolongin aku." Ruby manggut-manggut mendengarkan ceritanya.

"Kak Sean itu sempurna, bahkan lebih sempurna dari kak Denta. Tapi sayangnya sifatnya tidak sesuai dengan wajahnya. Dia pemberontak, kasar, galak, dingin, suka nyewa jalang sana sini. Dia juga maniak..." Jessica menjeda ucapannya, ia menatap Ruby yang kini menatapnya penasaran.

"B**bs."

Ruby tercengang mendengar fakta itu. Tiba-tiba saja tubuhnya merinding. "B–beneran?"

"Ngapain aku bohong. Waktu itu dia pernah minta ke aku, tapi aku nolak. Dia bahkan pernah neken dada aku buat ngebuktiin." Jessica menjelaskan.

Nafasnya tercekat, tubuhnya mendingin seketika. "J–jes, i–ini udah part b–berapa?"

"Part empat. Kemungkinan besar dia datang part 6, lusa hari kamis." Jawab Jessica. "By? Are you okay?"

"N–no."

Jessica menarik tubuh Ruby kedalam dekapannya. Ia mengelus punggung itu dengan lembut.

"Aku ngasih tahu fakta ini biar kamu hati-hati sama dia. Aku tahu kamu punya trauma di kehidupan nyata."

"T–tapi di dalam novel kok gak ada fakta itu?"

"Ada. Siapa bilang gak ada? Kamu pasti beli novelnya doang." Ruby mengagguk membenarkan.

"Kuduan kamu beli yang satu lagi, judulnya 'Private BTJ'. Di situ ada adegan di mana aku di lecehin. Dan tentang para tokoh novel dengan rahasianya." Jessica menunduk menatap Ruby yang sedang menyenderkan kepala di dadanya. "Kamu miskin ya sampe gak beli bukunya."

Ia melepaskan pelukan itu. "Sembarangan lo kalo ngomong! Lo gak tau aja kalo gue jejeran anak orang kaya." sombong Ruby bersedekap dada.

Jessica terkekeh. "Iya percaya." ucapnya.

Hening.

Kedua gadis itu tenggelam dalam pikirannya sendiri-sendiri.

"Oh ya Jes, lo kan miskin nih." Ruby membuka suara.

Jessica menatap datar gadis di sampingnya ini. "Apa?"

"Hehe, mau nanya dong. Lo kok bisa beli rumah minimalis?"

"Di kasih kak Denta."

Dahi Ruby mengkerut. "Alarick maksud lo?"

Dia mengagguk.

"Oh."

"Mending kamu balik lagi sana. Udah seharian kamu di sini." ujarnya.

Ruby menoleh menatap dirinya tercengang. "Jadi, dua puluh empat jam ini gue seharian sama lo?"

"Yup!" balas Jessica.

"Berarti gue gak sekolah dong?"

"Iya."

Ruby mendengus sebal. "Gue mau pulang, mau makan."

Jessica menunjuk ke arah kanan membuatnya menoleh ke arah itu. Di sana terdapat cahaya putih yang bersinar terang.

"Masuk sana." tintah gadis itu.

Tanpa menjawab Ruby sudah mengacir ke cahaya itu.

"BYE JESSICA!!"

Kemudian ia masuk ke dalam cahaya tersebut. Dan kegelapan menghampirinya.

-TBC-

Alarick Denta Reynad.

Keigher Sean Altezza.

I'm not protagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang