Jessica menghentak-hentak kaki kesal. Seharusnya malam ini dia bersantai sambil nonton drakor korea, tapi apa daya lah tetangga sebelahnya meminta bantuan untuk membeli keperluan rumahnya.
"Bangsat, emang gak bisa apa minta bantuan sama yang lain? Anaknya misalkan. Mentang-mentang gue orang ngangguran. Awas aja tuh emak-emak." oceh Jessica sepanjang jalan.
Setitik air jatuh dari langit mengenai hidung mancungnya. Jessica mendoak ke atas, seketika matanya membelak.
"Anjing pake grimis lagi! Nanti kalo ada petir gimana?"
Perlu kalian tahu jika Ruby phobia dengan petir.
Kaki jenjang Jessica berlari memasuki minimarket yang tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi.
Tanpa di ketahui gadis itu, seseorang memperhatikannya sejak awal.
Dia Keigher.
I'm not protagonis!
"Lucu." komentar lelaki itu ketika melihat seorang gadis yang sedang mengomel seraya menghentak-hentak 'kan kakinya di pinggir jalan raya.
Keigher mengepulkan asap rokoknya sambil memperhatikan gadis itu. Bisa ia lihat jika sang gadis berlari memasuki minimarket yang bersebelahan dengannya berada.
Jadi posisinya Keigher lagi duduk di halte, dan di sebelah halte ada gedung kecil yang tak lain adalah minimarket.
Suara dering handphone dalam saku jaketnya membuat Keigher tersadar dari lamunannya.
Keigher mengambil benda pipih seharga fantastis itu dengan kasar. Decakan terdengar.
Vita is calling...
Arvita salah satu wanita yang menyerahkan harga dirinya pada Keigher. Tetapi Keigher muak dengan wanita itu karena tidak bisa memuaskan hasratnya.
"Hai sayang, kamu besok udah bisa masuk school lagi kan? Nanti malam main gak?" suara centil terdengar dari sebrang sana.
"Bacot! Gak usah ganggu gue, gue muak sama lo." jawab Keigher pedas lalu memutuskan panggilan.
Jder!
Suara petir terdengar nyaring. Di saat itu juga hujan dengan derasnya membasahi jalanan ibu kota Jakarta.
"Anjing!" umpatan dari sebelahnya membuat Keigher mengalihkan pandangannya.
Keigher mengkerut dahi heran. Sejak kapan gadis bertubuh mungil itu sudah berada di sebelahnya?
"Apa lo liat-liat? Mau gue colok mata lo?!" sentak gadis itu merasa kesal dengan Keigher yang terus memperhatikannya.
Sudut alis Keigher terangkat, lalu menyeringai setelah melihat ketakutan di dalam mata kucing gadis itu.
Keigher menebak jika gadis tersebut mempunyai phobia terhadap petir. Lihat saja apa yang dirinya lakukan.
Gadis yang tidak lain adalah Jessica memeluk kedua lututnya dengan punggung bersender.
"Bangsat kalo bukan karena mak-mak itu gue gak bakal ke jebak di sini. Mana sebelah gue orang gila lagi." tidak salah jika Jessica mengatai Keigher gila. Lihat saja sadari tadi lelaki itu terus memperhatikannya dengan intens.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not protagonist
Novela JuvenilTerjebak di dunia novel dengan ingatan yang samar? Apa ia akan sanggup menjalaninya? Dan juga dirinya memasuki tubuh sang protagonis. Pemeran utama dalam novel tersebut. ... Jesslyn Ruby Araka seorang gadis bersifat tempramen seperti remaja pada um...