Note: ada sedikit kesalahan, jadi baca dulu bagian Not The End But The Beginning dulua yah😇🙏
Setelah selesai dengan kegiatan bersih-bersihnya, Zaussel mengenakan dress sederhana berwarna hitam selutut tidak ketat, dengan bagian pinggang yang longgar, juga lengan panjang yang bagian ujungnya mengembang.
Seorang maid masuk tepat saat Zaussel ingin membalut rambutnya dengan handuk.
"N-nona?" Heran maid tersebut. Pasalnya ini baru pukul 7 pagi, tetapi gadis itu sudah selesai dengan kegiatan mandinya tanpa bantuan satupun maid.
Tak ada jawaban, Zaussel hanya menatap dingin sang maid.
"S-saya akan membantu anda mengeringkan rambut", walaupun sedikit gugup, maid itu mendekat dan menggosok perlahan rambut Zaussel dengan handuk.
"Siapa nama mu?" Tanya Zaussel pada gadis yang mengeringkan rambutnya itu.
"Nama saya Fany, saya baru direkrut kemarin oleh Mr. Robert", jawab gadis belasan tahun itu dengan mata yang masih fokus pada rambut sang Lady.
" Jadi kau akan menjadi pelayan pribadiku?" Tanya Zaussel dingin.
"Iya", jawabnya singkat.
'Dulu Fany berada di pihak Lévita, dia cukup berbakat. Dia yang membunuh Robert dimasa lalu, kali ini akan ku buat dia menjadi kartu ku.', batinnya lalu tersenyum sekilas.
" Dari mana kau berasal?" Tanya Zaussel lagi.
"Saya berasal dari Rockwood.", jawab Fany patuh.
" Tempat hidup yang cukup keras. Melihat kau yang memenuhi kualifikasi Robert itu artinya kau berguna kan?" Tanya gadis itu lagi.
"Saya akan loyal kepada siapa pun tuan saya", jawab maid tersebut yakin.
" Kalau begitu persiapkan diri mu, karena aku akan memanfaatkan ke loyalitas-an milik mu itu.", balas Zaussel menanggapi jawaban Fany.
Rockwood berada di perbatasan Duchy dengan Black Forest, tempat para monster berada. Itu membuat para warga yang berada di sana harus sigap dan siap di segala kondisi dan waktu jika monster tiba-tiba memasuki kawasan pemukiman.
Jadi kemampuan dan ketangkasan para penduduk di sana tidak perlu di ragukan lagi.
Juga, sebagian besar Ksatria yang Duke siapkan untuk putrinya sebelum menghilang tanpa jejak berasal dari sana.
'Entah kemana hilangnya ayah', batin Zaussel sembari menatap pantulan wajahnya di cermin.
Kesatria itu memang di siapkan sejak Zaussel lahir, hanya perintah Zaussel saja yang akan mereka patuhi terlepas dari siapa pemimpin Duchy saat ini.
'Dulu aku termakan rayuan pria bau tanah itu dan membiarkan mereka ikut perang. Tapi tidak kali ini.',
"Sudah selesai", suara Fany membuyarkan lamunan Zaussel.
Rambut hitamnya itu sudah di sanggul dengan hiasan permata berwarna putih.
"Dimana pamanku saat ini?" Tanya Zaussel seusai melihat penampilannya di cermin.
"Mereka sedang menunggu nona diruang makan.", jawab Fany.
" Baik ayo ke bawah", balas Zaussel lalu keluar dengan diikuti Fany.
Iris Ruby Zaussel menelisik seluruh koridor Mansion Duvesa, mengamati setiap sudut.
Saat menggambar tidak boleh ada detail yang terlupakan, begitu pula dengan rencana.
Tak boleh ada cela, bagian yang tak terpikirkan dan terlupakan.Semua harus diperhatikan dengan seksama.
Walaupun Zaussel lahir dan besar di mansion ini, tapi dia tidak boleh ceroboh. Sudah hampir dua musim kedua pria yang merupakan kerabat dari pihak sang Ibu, mengambil alih kekuasaan mansion tersebut.
Jadi bukannya tidak mungkin, kalau ada bagian mansion yang di ubah.
Setelah menuruni tangga, mereka berbelok ke kanan menuju sebuah pintu ebony besar yang terpahat rapi.
Saat pintu tersebut dibuka oleh Fany, sang paman dan sang sepupu Zaussel sudah duduk dengan tenang.
Pamannya duduk di kursi sebelah kanan kursi utama, lalu putranya duduk di sampingnya.
Tanpa banyak bicara, Zaussel duduk di kursi kepala keluarga.
"Nikmatilah selagi kalian disini", ujar Zaussel tanpa basa-basi sesaat setelah dia duduk di kursinya.
" Sebentar lagi aku yang akan duduk di kursi itu. ", balas Flartmird, sang paman.
" Kita lihat saja nanti", balas Zaussel sembari tersenyum manis pada sang paman.
Matanya sekilas melihat lukisan wajah para penguasa Duchy Duvesa. Sepanjang sejarah, kudeta paling berdarah keluarga mereka adalah sang kakek.
Lelaki itu bahkan membunuh dua orang Viscount dan Seorang Marquess demi mangambil alih Duchy ini.
Bukan hanya ketiga orang itu, anggota keluarga, pelayan, prajurit, bahkan tahanan dan budak mereka pun dibunuh oleh kakenya itu.
'Akan ku ikuti jejak mu, kakek', batin Zaussel sembari menatap kosong ke depan.
Pelayan pun mengantarkan makanan dan menatanya di atas meja.
Setelah di tata, sebelum tangan Zaussel bergerak Fany terlebih dulu memakan Steak dan desert yang disajikan.
Memastikan tak ada racun yang terkandung dalam makan sang lady.
Mata Flartmird memicing kearah Fany, dan Mard putranya pun buka suara.
"Siapa dia?" Tanya Mard.
Zaussel tidak membuka suara.
"Saya adalah maid pribadi Lady Zaussel. Kita akan sering bertemu jadi tolong bantuannya untuk sementara Sir." Jawab Fany untuk pertanyaan Mard.
Flartmird hanya terseyum tipis, sedangkan sang anak hampir meledak karena marah.
"Jika kau menginginkan posisi ini, ajar dulu para pengikut mu untuk tetap tenang di segala kondisi, karna jika tidak mereka akan menjadi sasaran yang empuk", ujar Zaussel sembari menunjuk sang Sepupu dengan pisau.
Dia lalu memulai acara sarapannya tanpa melirik sedikit pun pada keluarga orang di depannya itu.
'Heh ingin menjadi Duke kediaman ini? Dalam mimpi mu bajingan', batin Zaussel dengan tangan memotong steak nya dan membayangkan kedua orang didepannya itu lah yang dia cincang sampai habis.
•
•
•
•Yuhuu wahh akhirnya up juga😭🙏
Semoga suka yah, jangan lupa komen dan vote
Love you all~🌹
Original by: 인탄.M04
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes I'm A Villain
Fantasy'Kehidupan kedua yah? Tentu akan ku hancurkan wanita bermuka dua itu', batin Zaussel setelah melihat pantulan dirinya pada cermin. Just my imagination so enjoy😇