Dalam hutan yang cukup kelam, seorang gadis bersurai hitam dan bermata ruby mendongak menatap sosok yang siap untuk menebas lehernya.
"Kata-kata terakhir?" Tanya pria itu dengan tatapan dingin.
"S-sem-mo-o-ga a-ak-u l-la-hi-ir k-kem-ba-li d-dan me-mem-bu-nuh-mu", jawab gadis itu walau dengan terbata-bata.
"Semoga kau membusuk di neraka untuk semua perlakuan mu pada Lévita.", balasnya dingin dan penuh amarah.
Pedang hitam itu menembus dada Zaussel, tapi matanya yang dingin itu terpaku menatap lurus pada sosok di depannya.
•••
" Gah!" Suara kaget seorang gadir terdengar matanya menelisik ruangan yang dia diami.
'Tunggu ini kamarku, apa Dewi mengabulkan keinginan ku?' batin gadis itu.
Ia turun lalu menatap kearah cermin 'Kehidupan kedua yah? Baiklah akan ku hancurkan wanita bermuka dia itu', batinnya sembari menatap wajah nya di cermin.
"Pelayan!" Teriaknya tak lama kemudian, Butler yang melayani Zaussel sedari kecil memasuki ruangan.
"Ya nona", balasnya tenang.
" Tahun keberapa sekarang?" Tanya Zaussel.
Robert, Butlernya, merasa pernah mendengar pertanyaan ini. Dalam sejarah keluarga Zaussel, jika pertanyaan macam ini telah dilontarkan ahli waris, maka kudeta akan dilaksanakan, jika pemerintahan diambil alih oleh yang bukan keturunan Duvesa.
Pemerintahan Duchy saat ini di atur oleh sepupu dan paman Lady nya ini.
"Tahun ke-579 Kekaisaran, awal musim semi dan usia anda 13 tahun", jawabnya.
Mendengar jawaban itu Zaussel tersenyum, dan mendekat pada Butlernya itu.
"Aku akan mengambil alih kediaman, kau tau harus apa kan Robert? " Tanya Zaussel lagi dengan mata ruby nya yang bercahaya.
"Semua kesatria yang Duke latih sudah siap untuk hari ini.", balas Robert dengan raut wajah penuh keyakinan.
" Pastikan kudeta pada Duchy Duvesa kali ini, menjadi kudeta paling berdarah dalam sejarah", ujar Zaussel sembari tersenyum.
Tak ada jawaban, Robert kembali keluar dan menghilang dibalik pintu.
'Akan kubalas semua perlakuan yang mereka lakukan padaku, dan untuk Lévita kau akan ku hancurkan bersama Kekaisaran ini' batin penuh amarah Zaussel.
'Tapi akan ku mulai dari kediaman ini, bukankah kau bersinar di kalangan bangsawan karena pengaruh kedua bajingan tidak tahu malu itu kan? Heh akan ku buat kau menderita selama berada disini. Datanglah~ aku tidak sabar membuat mu sengsara'.
Mata Ruby itu menerawang penuh dendam dan amarah.Dengan langkah pelan gadis itu menuju ke bathroom, dan melihat air mengepul didalam bath up. Banyak bunya bertebaran, hampir menutupi air tersebut.
Gadis itu melepas piayama yang dia gunakan lalu berendam.
Matanya tertutup menyusun rencana untuk masa depannya yang tentu akan penuh pertumpahan darah pada setiap langkahnya..
•••
Yuhuu!
Wah its my first time buat nulis cerita, so I hope you all guys like it.Plis komen kalau ada scene yang agak menguji iman dan kesabaran. Juga kalau ada salah pengetikan atau tanda baca yah.
Vote juga tolong😭🙏
It's me : 인탄.M04
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes I'm A Villain
Fantasia'Kehidupan kedua yah? Tentu akan ku hancurkan wanita bermuka dua itu', batin Zaussel setelah melihat pantulan dirinya pada cermin. Just my imagination so enjoy😇